Kisah dan Pengakuan Pria yang Diantar Menikah Lagi oleh Istri Pertama (Bagian 2)
https://www.naviri.org/2020/02/nikah-lagi-page-2.html
Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Kisah dan Pengakuan Pria yang Diantar Menikah Lagi oleh Istri Pertama - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.
Apa yang akhirnya membuat Teh Rita mantap menerima pinangan Abah?
Pertama, ketika saya melihat visi dan misi Abah. Hampir tiap hari Abah dan Umma ke rumah saya, saya bilang ‘pikir dulu’. Ada juga santri-santrinya dan kakak-kakak saya. Waktu itu, saya sempat berdebat, karena memang saya enggak mau jadi istri kedua.
Saya coba buat salat istikharah dan sowan ke guru saya. Kalau misalkan hasil istikharah dan sowan, terutama sowan ya, karena bagi saya apa yang beliau ridhoi saya akan lakukan; tapi ketika bilang tidak, saya tidak akan lakukan. Ketika saya datang ke sana, saya sampaikan saya dilamar tetapi jadi istri kedua, lalu saya diberikan wejangan kalau mau mengikhlaskan untuk syiar Islam, saya diridhoi.
Tetapi, saya diminta untuk jadi istri kedua yang selalu menghormati istri pertama, karena ridho saya ada di istri pertama. Kalau sembunyi-sembunyi atau tidak diridhoi, maka tidak akan disetujui. Dari situ, saya bilang kalau memang guru saya meridhoi, saya akan menerima.
Saya lalu kembali ke Abah, saya kasih buku dari guru saya ke Abah sebagai tanda menerima pinangan. Memang, visi dan misi untuk perjuangan Islam, untuk membesarkan pesantren, itu yang membuat saya tertarik.
Ketika Abah sudah mantap menikah dengan Teh Rita, apakah ada perjanjian yang dibahas antara Abah, Umma, dan Teh Rita?
Kalau perjanjiannya sudah ada, karena jauh sebelum saya nikah sudah dipersiapkan, karena persiapannya kan sudah dua tahun sama Umma. Disepakati sebelum dan sesudah menikah akan seperti apa, jadi bukan dadakan. Kalau orang bilang kami pengin viral, tapi kami memang enggak tahu. Ini takdir Allah.
Dengan viralnya video pernikahan, apakah sampai mengganggu aktivitas Abah, terutama dalam berdakwah?
Kalau mengganggu sih enggak, karena memang dari awal viral, media-media mengejar saya, tapi saya enggak layani, karena saya enggak mau, enggak mau viral dan masuk TV. Sampai dikejar ke pesantren, baru saya terima. Saya 4 hari di Jakarta, banyak media mengejar, sampai nunggu 3 hari saya enggak buka pintu.
Dan, kenapa saya mau diwawancara kemarin? Karena buat saya, kalau siapa pun sudah bertamu ke rumah, saya pasti hormati. Di situ pun, hati tetap enggak nerima. Saya ditanya kenapa enggak mau diwawancara atau masuk TV. Kebetulan, di pesantren saya kan enggak ada TV, lucu saja enggak punya TV tapi masuk TV he he he... Karena saya sebenarnya benar-benar enggak mau.
Bagaimana dengan Teh Rita, apakah merasa terganggu?
Secara aktivitas sih enggak menggangu, tapi pikiran terganggu. Karena saya kan malu, di media sosial. Yang paling tidak mau diwawancara kan saya, karena saya malu. Yang bikin saya malu juga karena kan ada video-video di Ploso Jombang di rumahnya Ndalem (guru)...
Salah satu syarat saya mau menikah dengan Abah, saya ingin Abah menjadi ikhwan di Thariqat saya, makanya Abah dibaiat, Abah menikah secara Shiddiqiyyah dengan saya. Di rumah Ndalem kan priviasi, saya sedang pakai baju organisasi. Karena itu, saya juga ingin minta maaf kepada keluarga Ndalem, saya tidak tahu menjadi viral.
Karena saya izin susah, karena beliau sedang sakit. Saya datang ke sana dengan izin berbagai macam, ketika datang di-upload dan ada keluarga Ndalem. Saya minta maaf dalam keadaan guru saya sedang sakit, malah ramai seperti ini.
Kalau untuk netizen, saya enggak begitu peduli, tapi ketika menyangkut nama pesantren saya, saya tergugah. Karena saya tidak mengizinkan seorang pun berkata tidak baik kepada pesantren saya, guru-guru saya tentang Thariqat Shiddiqiyyah. Karena kan komentar bermacam-macam tentang pesantren saya, itu saya tidak terima.
Dengan viralnya video ini, apakah tidak khawatir tentang reputasi atau citra Abah?
Pas nikah kan hari Minggu, Senin ramai, dan Selasa sudah masuk TV. Itu kan hitungan per detik. Dari hari pertama, Senin sampai Selasa, ada kekhawatiran. Karena saya memegang pesantren, saya wajib menjaga nama baik pesantren dan majelis, karena komentar netizen dari hari pertama sampai hari kedua itu 80% jelek semua, ke sini mungkin agak bagus, ya.
Ada kekhawatiran dari saya, mungkin akan mempengaruhi. Tapi, setelah saya berpikir lebih jauh, ini semua bukan settingan kami, yang memviralkan pun bukan kami, tidak ada niat untuk viral, bahkan saya sangat enggak mau karena ini privasi kami sebenarnya. Urusan pernikahan itu bukan urusan umat, apalagi poligami.
Sebenarnya, dengan kondisi ini saya pengin marah tapi karena saya meyakini bahwa Allah sudah memainkan skenario sedemikian rupa, maka saya tidak berhak untuk marah. Saya meyakini semua, kami pasrahkan kepada Allah. Andaikan (jemaah) pengajian saya sampai terkikis habis, saya pasrahkan, yang penting Allah meridhoi kami. Tapi, alhamdulillah, sejauh ini tidak ada.
Baca lanjutannya: Kisah dan Pengakuan Pria yang Diantar Menikah Lagi oleh Istri Pertama (Bagian 3)