Jutaan Orang Tak Mau Lagi Naik Pesawat, ternyata Ini Biang Keroknya!
https://www.naviri.org/2020/02/jutaan-orang-tak-mau-lagi-naik-pesawat.html
Naviri Magazine - Minat masyarakat dalam menggunakan pesawat terbang menurun di tahun 2019 lalu. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan penurunan pada rute domestik menurun tajam.
Pada 2019, jumlah penumpang 'hanya' 76,7 juta penumpang, turun 18,54% jika dibanding dengan tahun sebelumnya yang mencapai 94,13 juta penumpang. Artinya, sebanyak 17,7 juta orang sudah tidak lagi menggunakan pesawat terbang pada tahun lalu.
Kalau dicermati lebih jauh, jumlah penumpang pesawat untuk rute domestik tiap bulannya sepanjang 2019 lebih rendah dibanding tahun 2018.
Angka terendah paling terasa pada bulan Mei 2019 lalu, yang hanya 5,25 juta penumpang. Turun mencapai 2 juta Year on Year dibanding Mei 2018 yang mencapai 7,27 juta, dan Mei 2017 mencapai 7,24 juta penumpang.
Kepala BPS, Suhariyanto, mengatakan bahwa salah satu penyebab turunnya jumlah penumpang yang cukup signifikan tersebut adalah harga tiket yang mahal.
"Harga memang sudah turun, tetapi tetap lebih mahal dari beberapa tahun sebelumnya" katanya saat konferensi pers.
Harga tiket pada 2019 memang terbilang mahal. Sebagai contoh, beberapa maskapai penerbangan sejak awal tahun lalu menaikkan harga tiketnya. Sebut saja Garuda, Citilink, Sri Wijaya, dan NAM Air.
Pada kuartal pertama tahun lalu, harga tiket domestik Garuda naik 15% (qoq) dan 46% (yoy). Citilink yang terkenal dengan maskapai penerbangan low cost airlines, yang terkenal dengan harga tiketnya yang murah, pun mengikuti Garuda dengan menaikkan harga tiket. Pada periode yang sama, harga tiket Citilink naik 23% (qoq) dan 64% (yoy).
Langkah serupa juga diambil oleh Sri Wijaya Group, yang kala itu berada di bawah naungan Garuda, juga menaikkan harga tiket. Harga tiket domestik Sri Wijaya Group naik 43% (qoq) dan 97% (yoy). Sementara maskapai penerbangan lain, yaitu NAM Air, mengalami kenaikan harga tiket 81% (qoq) dan 149% (yoy).
Tak bisa dipungkiri, kenaikan harga tiket yang sangat signifikan membuat appetite orang untuk bepergian jadi berkurang. Kenaikan harga tiket pun banyak dikeluhkan oleh pelanggan.
Menteri Perhubungan (Menhub), Budi Karya Sumadi, diminta untuk menurunkan harga tiket pesawat. Namun persoalan tarif tiket pesawat tak sesederhana itu. Kalau harga tiket diturunkan, maskapai-maskapai penerbangan tanah air akan menanggung rugi yang makin besar, dan kelangsungan bisnisnya di ujung tanduk.
Sementara jika harga tak diturunkan, maka harga yang sangat mencekik membuat penumpang mengurungkan diri bepergian dengan pesawat terbang, dan ujung-ujungnya dapat memicu penurunan pendapatan maskapai.
Budi Karya pun mengaku, masalah ini sudah sampai dibicarakan bersama Presiden Joko Widodo (Jokowi). Ada 3 daerah yang disebut Jokowi perlu perhatian, karena mengalami dampak terparah penurunan jumlah penumpang pesawat.
"Mengenai tiket terjangkau, kami sudah rapatkan. Pertama kali arahan Presiden, memang karena yang paling terdampak adalah 3 daerah. Satu Sulawesi Utara, kedua Kepulauan Riau, yang ketiga baru Bali," ujarnya di ruang rapat Komisi V DPR RI.
Penurunan penumpang juga berdampak pada sektor pariwisata, terutama turis domestik. Sejumlah skema pun disiapkan.
"Karenanya kita upayakan wisatawan lokal, termasuk kami diminta untuk mengadakan kegiatan-kegiatan di minimal 3 tempat itu. Jadi bundling antara tiket dengan hotel, itu dilakukan atas arahan presiden," bebernya.