Sejarah Timor Timur yang Kini Menjadi Negara Timor Leste
https://www.naviri.org/2019/07/sejarah-timor-leste.html
Naviri Magazine - Timor Timur merupakan wilayah bekas koloni portugis yang dianeksasi oleh militer Indonesia, dan menjadi provinsi yang pernah jadi bagian Indonesia antara 17 Juli 1976 sampai 19 Oktober 1999. Kala itu provinsi ini merupakan provinsi Indonesia yang ke-27.
Timor Timur berintegrasi dengan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia setelah dijajah selama 450 tahun oleh Portugal. Wilayah provinsi ini meliputi bagian timur pulau Timor, pulau Kambing atau Atauro, pulau Jaco, dan sebuah eksklave di Timor Barat yang dikelilingi provinsi Nusa Tenggara Timur.
Timor Timur secara resmi merdeka menjadi negara Timor Leste pada 20 Mei 2002.
Republik Demokratik Timor Leste (juga disebut Timor Lorosa'e), yang sebelum merdeka bernama Timor Timur, adalah negara kecil di sebelah utara Australia dan bagian timur pulau Timor. Selain itu, wilayah negara ini juga meliputi pulau Kambing atau Atauro, Jaco, dan enklave Oecussi-Ambeno di Timor Barat.
Timor Leste dulu salah satu provinsi di Indonesia. Timor Leste secara resmi merdeka pada 20 Mei 2002. Sebelumnya bernama Provinsi Timor Timur. Ketika menjadi anggota PBB, mereka memutuskan untuk memakai nama Portugis "Timor Leste" sebagai nama resmi negara mereka.
Sejarah
* Abad ke-16: Kedatangan kaum Portugis
* 1902: Pembagian Timor antara kaum Portugis dan Belanda secara definitif
* 1975: Timor Portugis ditelantarkan Portugal yang dilanda Revolusi Anyelir
* 1976: Bergabung dengan Indonesia, menjadi Provinsi Timor Timur
* 1976-1980: Perang saudara; konon sekitar 100.000-250.000 orang tewas
* 1991: Insiden Santa Cruz
* 1999: Referendum pemisahan diri Timor Timur diizinkan presiden B. J. Habibie
* 1999: Kerusuhan besar-besaran antara pro dan anti-kemerdekaan dan pengungsian warga Timor Timur
* 2002: Terbentuknya negara Timor Leste
* 2006: Sepertiga mantan tentara nasional Timor Leste memberontak menuntut keadilan; pecah konflik antara pihak polisi yang mendukung pemerintah dengan pihak militer
Politik
Kepala Negara Republik Timor Leste adalah seorang presiden, yang dipilih secara langsung dengan masa bakti selama 5 tahun. Meskipun fungsinya hanya seremonial, ia juga memiliki hak veto undang-undang. Perdana Menteri dipilih dari pemilihan multi partai, dan diangkat/ditunjuk dari partai mayoritas sebuah koalisi mayoritas. Sebagai kepala pemerintahan, Perdana Menteri mengepalai Dewan Menteri atau Kabinet dalam Kabinet Pemerintahan.
Parlemen Timor Leste hanya terdiri dari satu kamar, dan disebut Parlamento Nacional. Anggotanya dipilih untuk masa jabatan selama lima tahun. Jumlah kursi di parlemen antara 52 dan 65, tetapi saat ini berjumlah 65. Undang-Undang Dasar Timor Leste didasarkan konstitusi Portugal.
Timor Leste secara administratif dibagi menjadi 13 distrik:
* Aileu
* Ainaro
* Baucau
* Bobonaro
* Cova-Lima (Suai)
* Dili
* Ermera
* Lautem (Lospalos)
* Liquica
* Manatuto
* Manufahi (Same)
* Oecussi-Ambeno (Pante Makasar)
* Viqueque (Cabira-Oan)
Nama-nama yang berada di antara tanda kurung adalah ejaan alternatif yang sering dipakai pada masa Integrasi.
Ekonomi
Timor Leste berharap bisa mengeksploitasi minyak bumi di Celah Timor (Timor Gap), namun sepertinya sulit untuk mendapatkan pendapatan devisa yang besar di Celah Timor, karena Australia telah mengiming-imingi Timor Leste dengan pengelolaanya, dan Australia mendapatkan hasil eksploitasinya sebesar 80% dan sisanya diberikan ke Timor Leste.
Australia juga telah menghalang-halangi Timor Leste untuk dapat menguasai Celah Timor secara penuh, dengan cara mengulur-ulur penyelesaian perbatasan kedua negara.
Walaupun telah merdeka, Timor Leste masih sangat tergantung dengan pasokan barang-barang dari Indonesia, mulai dari sembako sampai bahan bakar minyak (BBM), terutama melalui provinsi Nusa Tenggara Timur.
Australia pernah mencoba menguasai distribusi barang-barang kebutuhan sehari-hari tapi gagal karena terlalu mahal, dan kurang dikenal rakyat Timor Leste. Selain amat tergantung secara politik kepada mantan penjajah Portugal, Timor Leste mengadopsi mata uang dolar Amerika Serikat sebagai mata uang, yang mengakibatkan daya beli rakyat jauh menurun dibandingkan ketika masih menjadi provinsi Indonesia.
Demografi
Pada tahun 2005, penduduk Timor Leste diperkirakan berjumlah 1.040.880 jiwa. Penduduk Timor Leste merupakan campuran antara suku bangsa Melayu dan Afrika, sebagian kecil keturunan Portugis.
Mayoritas penduduk Timor Leste beragama Katolik (93%), diikuti Protestan (3%), Islam (1%), dan sisanya Buddha, Hindu (1%, masing-masing 0,5%), dan aliran kepercayaan (2%).
Karena mayoritas penduduk beragama Katolik, maka kini terdapat tiga keuskupan (diosis) yaitu: Diosis Dili, Diosis Baucau, dan Diosis Maliana, yang baru didirikan pada 30 Januari 2010 oleh Paus Benediktus XVI.
Bahasa
Sejak kemerdekaan Timor Leste pada 2002, setelah sejak tahun 1999 di bawah pemerintahan transisi PBB, berdasarkan konstitusi Timor Leste memiliki 2 bahasa resmi, yaitu Bahasa Tetun dan Bahasa Portugis. Selain itu, dalam konstitusi disebutkan pula bahwa Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia dijadikan bahasa kerja.
Dalam praktik keseharian, masyarakat banyak menggunakan bahasa Tetun Portugis sebagai bahasa ucap. Sementara bahasa Indonesia banyak dipakai untuk menulis. Misalnya anak sekolah di tingkat SMA masih menggunakan bahasa Indonesia untuk ujian akhir. Banyak mahasiswa dan dosen lebih memilih menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dan menulis karangan ilmiah.