Ini Penyebab Banyak Orang “Kecanduan” Film-film Horor
https://www.naviri.org/2019/07/penyebab-banyak-orang-kecanduan-horor.html
Naviri Magazine - Bagi sebagian orang, film horor dianggap menakutkan, dan karena itu tidak perlu ditonton. Namun, bagi sebagian yang lain, film horor yang dianggap menakutkan itu justru perlu ditonton.
Meski mereka tahu film itu akan membuat mereka ketakutan, mereka tetap akan menonton. Bahkan, sepertinya, mereka kecanduan dengan film horor, hingga tidak ingin melewatkan setiap film horor yang tayang di bioskop.
Mengapa ada banyak orang yang sepertinya kecanduan film horor?
Studi Bruce Ballon dan Molyn Leszcz berjudul “Horror Films: Tales to Master Terror or Shapers of Trauma” (2018) mencatat peningkatan stres dan trauma yang terjadi setelah orang menonton film The Exorcist.
Ballon dan Leszcz mengategorikan Exorcist dalam film horor paranoia, karena memberikan efek kecemasan paranoid dan depresif akibat hilangnya anggota keluarga yang dicintai. Meski begitu, mengapa ada orang yang menyukainya?
Para ahli memberikan jawaban yang berbeda-beda. Dilansir dari catatan Allegra Ringo untuk The Atlantic (2013), Margee Kerr, seorang staf sosiolog di Scare House, sebuah objek wisata berhantu yang terletak di Pitsburgh, Pennsylvania, Amerika Serikat, mengatakan bahwa kesukaan orang terhadap hiburan horor muncul karena proses kimiawi dalam otak manusia.
Glenn Sparks, seorang profesor dari Brian Lamb School of Communication, Purdue University, mengatakan bahwa ketika orang menonton film-film yang menakutkan, detak jantuk, tekanan darah, dan pernapasan meningkat. Sensasi itu bertahan setelah film usai, serta mempengaruhi emosi setelah menonton.
Namun, biasanya orang tanpa sadar akan berfokus pada pengalaman menontonnya, bukan filmnya. "Alih-alih fokus pada rasa takut, Anda akan teringat betapa gembiranya menonton bersama teman-teman sehingga Anda ingin mengulanginya lagi."
Diwawancarai New York Times pada 2016, neuropsikolog Vanderbilt University, David Zald, menjelaskan bahwa ada orang yang tak memiliki “rem” ketika melakukan pelepasan hormon dopamin. Tak heran, jika satu orang dan lainnya memiliki penerimaan berbeda-beda terhadap hiburan horor. Yang satu menganggap horor menyenangkan, sementara bagi yang lain menakutkan.