Kisah Sebelum Deddy Corbuzier Memutuskan Masuk Islam
https://www.naviri.org/2019/07/kisah-deddy-corbuzier.html
Naviri Magazine - Deddy Corbuzier resmi memeluk agama Islam pada Jumat (21/6) di Pondok Pesantren Ora Aji, Sleman, Yogyakarta. Ia dibimbing langsung oleh pengasuh pesantren, KH Miftah Maulana Habiburrahman, saat membaca dua kalimat syahadat.
"Asyhadu alla ilaaha illallah wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah. Saya bersaksi dengan sebenar-benarnya bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan saya bersaksi sedalam-dalamnya bahwa Nabi Muhammad utusan Allah," ujar KH Miftah Maulana Habiburrahman yang diikuti Deddy Corbuzier.
Gus Miftah, sapaan akrab KH Miftah Maulana Habiburrahman, langsung melafalkan hamdalah dilanjutkan dengan doa. "Alhamdulillah, prosesi sakral sudah selesai. Kita berdoa untuk Mas Deddy, beliau diberikan istiqamah," katanya, yang langsung diamini oleh jemaah yang menyaksikannya.
Kisah sebelum masuk Islam
Dalam sebuah perbincangan bersama Gus Miftah di channel Youtube Deddy Corbuzier, ia ditanya oleh tamunya itu, “Gua denger katanya lu udah mau masuk Islam lu?”
Pria bernama lengkap Deodatus Andreas Deddy Cahyadi Sunjoyo ini mengaku sulit menjawab pertanyaan yang dilontarkan kepadanya. Pasalnya, pembawa acara program galawicara di stasiun televisi swasta itu bingung harus belajar kepada siapa, mengingat banyaknya ulama.
“Kalau gua masuk muslim, menurut lu nih, karena dengan banyaknya pemuka agama, gua harus belajar sama siapa Islam yang benar ini, menurut lu?" jawabnya diiringi tanya.
"Kalau menurut gua belajar sama..." jawaban Gus Miftah terpotong.
Dialog keduanya merupakan video keenam perbincangannya dengan Gus Miftah yang diunggah dengan judul, "Saya Mualaf Bila... (Debat Kursi Panas Gus Miftah vs Me)".
Deddy pertama kali membuat konten video bersama pendakwah di klub-klub malam itu pada Oktober 2018 silam. Video tersebut diunggah dengan judul "Agama apa yang paling benar?"
Pada kesempatan tersebut, keduanya membincangkan fenomena keberagamaan bangsa Indonesia yang kerap kali ditarik ke dunia perpolitikan, terlebih saat itu tengah ramai persiapan pemilu. Gus Miftah menyatakan bahwa ada sekelompok umat yang mengikuti dan menghormati ulama jika sepaham saja. Sementara saat ulama berbeda pandangan dengannya, mereka tak lagi menghormati apalagi mengikutinya. "Ini bukan menghormati ulama tapi memanfaatkan ulama," tegasnya.
Karenanya, pria berambut panjang itu mengingatkan agar tidak lagi membawa agama ke dalam ranah politik.
"Jangan menjadikan agama sebagai komoditi politik, karena derajat agama jauh di atas politik," tegasnya.
Gus Miftah juga menyampaikan bahwa agama apa saja itu benar bagi penganutnya masing-masing. Kepada mereka yang berbeda agamanya, katanya, mestinya bersikap saling menghargai.
"Kalau toh kita tidak bisa menghargai dia karena agamanya, hargailah dia sebagai hamba Tuhan," katanya, menjawab pertanyaan Deddy.
Ayah dari Azkanio Nikola Corbuzier itu menyatakan diri terkesan dengan pernyataan Gus Miftah yang menyebut bahwa menyalakan lampu di tempat gelap dan menyapu di tempat kotor. Saat Deddy mengulang pernyataan itu, Gus Miftah langsung meresponsnya, "Orang baik punya masa lalu, orang jelek pasti punya masa depan."
Orang baik dan orang jelek, menurut Gus Miftah, hanya memilik sedikit perbedaan. "Sebaik-baik orang pernah berbuat jelek, dan sejelek-jelek orang pasti pernah berbuat baik," katanya.
Bagi Gus Miftah, yang penting harus taat terhadap agama masing-masing. Ia juga mengaku kerap mengingatkan rekannya yang Nasrani untuk beribadah. Namun, ia justru mendapat respons yang tidak enak.
"Sorry, Gus. Gereja gua gereja negeri. Sabtu Minggu libur," katanya dengan nada bercanda dan langsung disambut gelak tawa.
Terakhir dalam video tersebut, Gus Miftah mengingatkan agar bangsa Indonesia bersatu dengan keragamannya. Pasalnya, gegara Pilpres, ratusan suku di Indonesia, menurutnya, hanya sisa dua saja, yakni cebong dan kampret.
"Siapapun presidennya, tetap Deddy Corbuzier," pungkasnya yang langsung disambut tawa Deddy sekaligus jabat tangan dan pelukan.
Selanjutnya, di bulan yang sama, Oktober 2018, Deddy kembali berkolaborasi dengan dai kelahiran Agustus 1981 itu. Edisi keduanya itu, mereka membahas tentang mengidolakan sosok Ahok yang dianggap membuat Muslim otomatis kafir.
Gus Miftah mengawalinya dengan meminta konfirmasi mitra bicaranya itu tentang kekafirannya jika hanya mengidolakan menjadi kafir. “Apakah mengidolakan Ahok menjadi kafir? Berarti gua kafir dong?” tanyanya.
“Lah kenapa?” Deddy bertanya balik.
“Ngidolain lu,” jawab Gus Miftah yang tentu saja langsung disambut gelak tawa bersama.
Gus Miftah menjelaskan bahwa idola sama sekali tidak berkaitan dengan agama. Ia mencontohkan banyaknya orang Indonesia yang mengidolakan grup musik Metallica. Tentu tidak berarti mereka langsung kafir.
Bulan berikutnya, Gus Miftah tampil lagi di Youtube Deddy. Kali itu, mereka tidak hanya berdua, tetapi juga bersama Coki Pardede dan Tretan Muslim. Mereka membincangkan kasus yang menimpa dua komedian itu karena dianggap menista agama akibat membincangkan babi dan kurma.
Saat itu, Gus Miftah mencairkan suasana diskusi yang terlihat cukup tegang. Ia menyampaikan bahwa babi memang haram. Ia pun bertanya kepada Coki Pardede sembari menepuk pahanya, “Kamu tahu babi itu mengandung siapa?”
“Katanya sih ada cacing pitanya,” jawabnya tergagap.
Gus Miftah pun langsung meresponsnya dengan menyalahkan jawaban tersebut. “Salah. Babi itu ya mengandung anaknya, gimana,” katanya langsung diiringi gelak tawa bersama.
Deddy seakan tidak bosan berbincang dengan penceramah muda NU itu. Pada bulan Desember 2018, pria yang pernah berstudi di Universitas London itu kembali mengundang Gus Miftah. Pertemuan itu lain dengan biasanya. Pasalnya, perbincangan mereka dilakukan sembari menikmati hidangan yang disediakan tuan rumah.
Dalam video tersebut, Deddy berkisah pernah bersedekah ambulans. Namun, penerima menyayangkannya karena ia bukan seorang Muslim. Mendengar hal tersebut, Gus Miftah menjelaskan bahwa orang non-Muslim juga boleh berbuat baik. Persoalan berpahala atau tidaknya bagi mereka, sudah bukan urusan lagi.
“Ya mohon maaf, Gus Miftah bukan panitia pahala,” katanya yang disambut tawa tipis Deddy, “Iya kan? Kewajiban kita itu berbuat (baik). Soal diterima atau tidak bukan domain manusia,” lanjutnya.
Gus Miftah kembali diajak berbincang dengan Deddy Corbuzier pada bulan April 2019. Ia kembali menyampaikan pertanyaan warganet yang menunggu kepastian Deddy menjadi mualaf. Yang ditanya itu malah bertanya balik, “Kenapa gua harus mualaf, Gus?” tanya laki-laki kelahiran 28 Desember 1976 ini.
Dai yang mendakwahi para ‘pekerja malam’ itu menjawabnya dengan bercanda. Ia menyebut bahwa saat ini tengah tren. “Kan sekarang lagi tren. Orang begitu jadi mualaf, artis kan. Tidak laku jadi artis, jadi ustaz,” jawabnya yang sontak disambut gelak tawa mitra tuturnya itu.
Terakhir kali mereka duet dalam satu video di akun Youtube Deddy Corbuzier adalah saat bulan puasa lalu. Video yang diunggah pada 20 Mei 2019 itu menampilkan perbincangan mereka yang selalu hangat dan diiringi humor-humor segar ala Gus Miftah.
Di akhir perbincangan itu, Gus Miftah menegaskan tujuan berdakwah adalah mengagungkan Tuhan, bukan pribadinya. “Inti dari dakwah itu sebenarnya apa? Menyampikan kebesaran Allah, bukan kebesaran pendakwah,” pungkasnya.