Kisah Dajjal yang Akan Menguasai Dunia di Akhir Zaman (Bagian 2)
https://www.naviri.org/2019/07/kisah-dajjal-page-2.html
Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Kisah Dajjal, Imam Mahdi, Hingga Turunnya Nabi Isa - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.
Binatang itu ketakutan setengah mati mendengar makian Dajjal. Ia berkata, “Aku adalah ciptaan Allah, dan aku hanya taat kepada-Nya. Engkau telah mengatakan hal yang mengguncang langit, maka dengarlah bagimu ada dua janji. Kesempatan pertama adalah sekarang.
“Jika engkau menyatakan tunduk kepada Allah, maka perkataanmu akan diampuni. Jika tidak, maka tinggalkanlah pulau ini untuk melihat kehidupan di luar sana, agar kau menyadari keesaan Allah. Nanti engkau akan kembali ke sini, dan jika saat itu kau masih membangkang, maka janji kedua akan berlaku, yaitu kau tidak akan pernah lagi dapat kembali ke pulau ini, dan akan menjadi makhluk paling jahat di muka bumi hingga akhir zaman.”
Dajjal mengembara ke seluruh dunia
Dajjal pergi dari pulau itu. Ia membuat perahu, dan di tengah laut berpindah ke kapal lain dengan mengarang cerita bahwa ia korban kapal yang karam. Ia pergi menjenguk dunia luar, belajar setiap hal yang membuatnya tertarik, menyelidiki kisah-kisah tentang sejarah dirinya, menggali harta karun dunia berupa ilmu dan materi. Hingga ia menjadi orang yang sangat kaya, sangat pandai, dan, yang membuatnya takjub, fisiknya tak bertambah tua.
Negeri pertama yang disinggahi Dajjal pada usianya yang ke-20 adalah Yaman, 4.000 km jaraknya dari pulau itu. Di sana ia belajar berbagai hal baru setiap hari, dan dapat memahami makna kehidupan dengan sangat cepat, seolah-olah ia memiliki kecerdasan dan kemampuan seratus kali lipat manusia lainnya.
Setiap orang yang mengenalnya merasa kagum pada kekuatan, kemampuannya yang besar, dan keajaiban dalam kecepatannya berpikir.
Setelah beberapa lama, ia mulai berpikir untuk kembali ke negeri nenek moyangnya di Palestina. Tetapi sebelumnya, ia merasa rindu untuk kembali ke pulau tempatnya hidup di masa kecil. Dengan mengendarai kapal besar dan ditemani sejumlah pelayan, ia berangkat.
Di tengah laut, kapal besar itu berhenti, dan Dajjal melanjutkan perjalanan sendiri dengan kapal kecil.
Di pulau, binatang pengasuhnya hanya memandangi Dajjal, tidak mengajaknya bicara sama sekali. Di pulau, hal pertama yang teringat oleh Dajjal untuk dibawa adalah materi ajaib peninggalan Jibril. Selain itu, ia juga membawa sepotong batu kecil berwarna-warni, yang dipotongnya dari batu panel tempat Jibril menuliskan wasiat-wasiat untuknya.
Setelah itu, dia melanjutkan petualangannya hingga ke Palestina. Sampai di Palestina, usianya sudah mencapai 100 tahun, tapi ia tidak merasa lemah, tua, ataupun pikun. Seolah-olah waktu telah berhenti pada masa mudanya. Tanpa ragu, ia merasa dirinya pantas untuk menjadi tuhan, karena ia tahu dirinya lebih cerdas dari setiap manusia.
Di zaman Nabi Musa, Dajjal pernah menjadi pembantunya, menggunakan nama Samiri. Nabi Musa telah mengetahui tentang Dajjal dari malaikat Jibril. Nabi Musa menerimanya bekerja menjaga kuda, dan membersihkan kandang kuda. Tetapi Dajjal bukan hanya bekerja, dia selalu mengintip percakapan Nabi Musa dengan Nabi Harun, juga perbincangan Nabi bersama Jibril.
Ia selalu mengikuti dari belakang kuda Nabi Muda. Dan apabila Jibril mendatangi Nabi Musa saat berkuda, kesempatan itu digunakannya untuk mengambil pasir tempat pijak kaki kuda dan disimpannya. Ia juga selalu memperhatikan tingkah laku para pengikut Nabi Musa.
Ketika Nabi Musa pergi bermunajat selama 40 hari di Bukit Tursina, peluang ini diambil oleh Dajjal alias Samiri untuk melakukan tipu daya. Dia berkata pada kaum Nabi Musa, yaitu Bani Israil, supaya mengumpulkan semua emas yang mereka punya untuk menunjukkannya kepada “tuhan”.
Setelah mereka mengumpulkan emas, maka diberikanlah kepada Dajjal. Emas itu lalu ditempa menjadi patung anak lembu, yang dimasuki pasir bekas tempat pijakan kaki kuda yang disimpannya dulu. Patung itu diletakkan di hadapan masyarakat bani Israil, dan kemudian ia mantrai.
Tiba-tiba, patung anak lembu itu bebicara, dan mengaku sebagai “tuhan”. Kaum Bani Israil yang selama ini mencari-cari tuhan, tanpa sadar telah berpaling dan menyembah patung anak lembu emas itu. Sekembalinya Nabi Musa dari munajatnya, beliau marah atas perbuatan Samiri. Beliau juga memarahi Nabi Harun yang tidak mencegah keadaan itu. Maka Nabi Musa memohon petunjuk pada Allah swt.
Ketika Nabi Musa sadar bahwa ia berhadapan dengan manusia yang akan menjadi Dajjal di akhir zaman, Nabi Musa pun hanya menyuruhnya pergi, tanpa menghukumnya.
Setelah diusir Nabi Musa, Samiri mengembara sendirian menjauhi wilayah kekuasaan Musa. Ia mengembara ke berbagai negeri, belajar bahasa dan tulisan setiap masyarakat, mengumpulkan ilmu pengetahuan kuno yang dianggap punah.
Ia mengarungi zaman kebesaran Daud, Sulaiman, hingga sampai ke zaman Nabi Isa. Fisiknya tetap seperti laki-laki berusia 30 tahun, ia selamanya muda meski telah berumur ribuan tahun.
Dajjal pada zaman Nabi Isa
Di zaman Nabi Isa, Samiri mendengar kabar tentang Isa as, yang dikatakan sebagai keturunan Daud as, yang menyelamatkan bangsa Yahudi dari pertikaian, kejahatan, dan kepunahan. Samiri ingin menguji apakah Isa betul-betul nabi atau bukan. Maka ia pergi menemui Isa as.
Namun, ia tidak langsung bertemu muka dengan Isa, melainkan mengutus orang untuk bertanya kepada Isa, “Jika engkau benar-benar Nabi, katakan padaku siapa yang berada di luar.”
Isa diam sejenak, dan kemudian berkata, “Wahai saudaraku, beritahukan kepada orang yang mengutusmu bahwa Allah yang Maha Perkasa menerima taubat dan mengampuni dosa-dosa seluruh hamba-Nya… (disebutkan oleh Isa secara terperinci riwayat hidup Samiri).
Baca lanjutannya: Kisah Dajjal yang Akan Menguasai Dunia di Akhir Zaman (Bagian 3)