Ini Penyebab Pria Lebih Cepat Jatuh Cinta Dibanding Wanita
https://www.naviri.org/2019/07/ini-penyebab-pria-lebih-cepat-jatuh-cinta.html
Naviri Magazine - Penelitian menunjukkan bahwa lelaki heteroseksual cenderung jatuh cinta, atau meyakini bahwa mereka jatuh cinta, jauh lebih cepat dibanding partner perempuan mereka.
Satu penelitian mensurvei 172 anak kuliah. "Lelaki," seperti dikutip dari penelitian tersebut, "dilaporkan jatuh cinta lebih awal dan mengekspresikannya lebih awal dibanding perempuan. Hasil ini mengindikasikan bahwa perempuan mungkin tidak ngebet ‘dicintai’ seperti persepsi masyarakat umum."
Penemuan ini berlawanan dengan asumsi awal anak kuliah sebelum survei, jelas psikolog Marissa Harrison, salah satu perintis penelitian tersebut. "Perempuan diasumsikan lebih emosional; kadang lebay, dan terburu-buru," jelasnya. "Baik peserta lelaki dan perempuan berasumsi bahwa perempuan akan jatuh cinta dan mengatakan 'aku cinta kamu' lebih cepat dibanding laki-laki."
Neil Lamont, seorang psikolog berbasis di London, mengatakan masyarakat cenderung memandang laki-laki sebagai gender yang lebih pragmatis, dan bahkan sulit berkomitmen.
"[Tapi] hubungan yang bermakna itu sama pentingnya buat lelaki dan perempuan. Dan biarpun norma masyarakat dan budaya kerap mendikte lelaki untuk menjadi lebih kuat dan tahan banting, realitanya lelaki yang hidup bahagia akan terlibat dalam hubungan penuh kasih sayang yang mendalam."
Lelaki cenderung lebih berapi-api memulai hubungan, tapi juga lebih cepat mencari alternatif lain nantinya.
Lalu apa alasan lelaki jatuh cinta lebih cepat? Marissa mengatakan, perempuan berevolusi untuk lebih berhati-hati—untuk alasan yang jelas.
"Perempuan cenderung menunda cinta secara tidak sadar dibanding lelaki. Apabila berkomitmen ke lelaki yang salah, perempuan akan 'merugi' lebih besar secara organ reproduktif. Perempuan terlahir dengan jumlah telur yang terbatas, sementara lelaki bisa memproduksi jutaan sperma setiap hari.
"Apabila perempuan berkomitmen dan dihamili oleh lelaki brengsek yang tidak membantu membesarkan anak, ini akan sangat memakan waktu dan sumber daya."
Ingrid Collins, seorang psikolog dari London Medical Centre, mengatakan kelakuan lelaki menunjukkan aspek alam yang ditunjukkan oleh binatang. "Lelaki biasanya menjadi pemburu, dan lebih mudah distimulasi secara langsung. Perempuan lebih berfokus pada stabilitas jangka panjang, karena ini lebih kondusif untuk membesarkan anak."
Neil menyatakan "jatuh cinta" dengan cepat juga dianggap metode untuk mengklaim teritori. "Bagi lelaki, dorongannya adalah untuk mengamankan keterikatan secepat mungkin, dibanding perempuan yang harus berinvestasi lebih besar secara fisik dan emosional."
Neil meyakini lelaki mengatakan "aku cinta kamu" lebih cepat karena lagi-lagi perempuan lebih berhati-hati mengambil resiko: "Perempuan tidak bisa mengekspresikan emosi mendalam hingga mereka merasa aman di dalam hubungan tersebut. Mengungkapkan rasa cinta ke pasangan membuat seseorang lebih rentan, karena kita tidak bisa yakin pasangan memiliki perasaan yang sama."
Selain elemen evolusi, ini juga mungkin disebabkan karena lelaki diajar untuk menjadi dominan. "Bisa dikatakan 'sifat cowok' itu harus tegas dan memimpin, jadi bisa jadi ini sebetulnya masalah ekspektasi norma sosial."
Hanya karena seorang lelaki heteroseksual mengira dia sedang jatuh cinta, bukan berarti perasaan ini akan bertahan lama. "Dalam pengalaman saya sebagai terapis, lelaki cenderung lebih berapi-api memulai hubungan, tapi juga lebih cepat mencari alternatif lain nantinya," kata Ingrid.
Biarpun penelitian Marissa tidak meneliti apakah lelaki heteroseksual lebih cepat hilang rasa dibanding perempuan, dia merasa mereka cenderung move on dari sebuah hubungan lebih cepat dibanding partner perempuan mereka.
"Misalnya, seorang lelaki bisa berhubungan seks dengan lima perempuan sekaligus dan semuanya hamil, sementara seorang perempuan bisa berhubungan seks dengan lima lelaki bersamaan dan dia hanya akan dihamili satu lelaki saja," jelasnya.
Namun dia juga menekankan bahwa ini bukan berarti perselingkuhan boleh dijadikan alasan insting manusia bertahan hidup.
"Sekarang, apabila seorang lelaki berkomitmen terhadap seorang perempuan dan sebaliknya, bagian korteks frontal modern manusia harusnya membantu mereka menjaga komitmen tersebut. Awas ya, evolusi akal dan insting tidak bisa dijadikan alasan untuk berselingkuh atau mengabaikan partner sendiri."