Kisah Nabi Muhammad (2): Munculnya Tanda-tanda Kenabian
https://www.naviri.org/2019/06/kisah-nabi-muhammad-part-2.html
Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Kisah Nabi Muhammad 1: Kelahiran dan Masa-masa Kecil). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.
Sejak kecil, Muhammad SAW telah memperlihatkan keistimewaan yang luar biasa. Usia 5 bulan, ia sudah pandai berjalan, usia 9 bulan ia sudah mampu berbicara. Pada usia 2 tahun, ia sudah bisa dilepas bersama anak-anak Halimah yang lain untuk menggembala kambing. Saat itulah ia berhenti menyusu, dan karenanya harus dikembalikan lagi pada ibunya.
Dengan berat hati, Halimah terpaksa mengembalikan anak asuhnya yang telah membawa berkah itu, sementara Aminah sangat senang melihat anaknya kembali dalam keadaan sehat dan segar.
Namun, tak lama setelah itu, Muhammad SAW kembali diasuh oleh Halimah, karena terjadi wabah penyakit di kota Mekah. Dalam masa asuhannya kali ini, baik Halimah maupun anak-anaknya sering menemukan keajaiban di sekitar diri Muhammad SAW.
Anak-anak Halimah sering mendengar suara yang memberi salam kepada Muhammad SAW, "Assalamu 'Alaika ya Muhammad," padahal mereka tidak melihat ada orang di situ.
Dalam kesempatan lain, Dimrah, anak Halimah, berlari-lari sambil menangis, dan mengadukan bahwa ada dua orang bertubuh besar-besar dan berpakaian putih, menangkap Muhammad SAW.
Halimah bergegas menyusul Muhammad SAW. Saat ditanyai, Muhammad SAW menjawab, "Ada dua malaikat turun dari langit. Mereka memberikan salam kepadaku, membaringkanku, membuka bajuku, membelah dadaku, membasuhnya dengan air yang mereka bawa, lalu menutup kembali dadaku tanpa aku merasa sakit."
Halimah sangat gembira melihat keajaiban-keajaiban pada diri Muhammad SAW. Namun, karena kondisi ekonomi keluarganya yang makin lemah, ia terpaksa mengembalikan Muhammad SAW, yang saat itu berusia 4 tahun, kepada ibu kandungnya di Mekah.
Dalam usia 6 tahun, Nabi Muhammad SAW telah menjadi yatim-piatu. Aminah meninggal karena sakit, sepulangnya ia mengajak Muhammad SAW berziarah ke makam ayahnya. Setelah kematian Aminah, Abdul Muttalib mengambil alih tanggung jawab merawat Muhammad SAW.
Namun kemudian Abdul Muttalib pun meninggal, dan tanggung jawab pemeliharaan Muhammad SAW beralih pada pamannya, Abi Thalib. Ketika berusia 12 tahun, Abi Thalib mengabulkan permintaan Muhammad SAW untuk ikut serta dalam kafilahnya, ketika ia memimpin rombongan ke Syam (Suriah).
Usia 12 tahun sebenarnya masih terlalu muda untuk ikut dalam perjalanan seperti itu, namun dalam perjalanan ini kembali terjadi keajaiban yang merupakan tanda-tanda kenabian Muhammad SAW. Segumpal awan terus menaungi Muhammad SAW, sehingga panas terik yang membakar kulit tidak dirasakan olehnya.
Awan itu seolah mengikuti gerak kafilah rombongan Muhammad SAW. Bila mereka berhenti, awan itu pun ikut berhenti.
Kejadian itu menarik perhatian seorang pendeta bernama Buhairah, yang memperhatikan dari atas biaranya di Busra. Ia menguasai isi kitab Taurat dan Injil. Hatinya bergetar melihat dalam kafilah itu terdapat seorang anak yang terang benderang sedang mengendarai unta. Anak itulah yang terlindung dari sorotan sinar matahari oleh segumpal awan di atas kepalanya.
"Inilah Roh Kebenaran yang dijanjikan itu," pikirnya. Pendeta itu pun menyongsong iring-iringan kafilah Abi Thalib, dan mengundang mereka dalam suatu perjamuan makan.
Setelah berbincang-bincang dengan Abi Thalib dan Muhammad SAW, ia semakin yakin bahwa anak bernama Muhammad itu calon Nabi yang ditunjuk oleh Allah SWT. Keyakinan ini dipertegas lagi oleh kenyataan bahwa di belakang bahu Muhammad SAW terdapat sebuah tanda kenabian.
Saat akan berpisah dengan para tamunya, Buhairah berpesan pada Abi Thalib, "Saya berharap Tuan berhati-hati menjaganya. Saya yakin dialah Nabi Akhir Zaman yang telah ditunggu-tunggu oleh umat manusia. Semoga Tuan-Tuan selamat dalam perjalanan."
Apa yang dikatakan oleh pendeta itu membuat Abi Thalib segera mempercepat urusannya di Suriah, dan segera pulang ke Mekah.
Baca lanjutannya: Kisah Nabi Muhammad (3): Masa Dewasa dan Pernikahan