Kisah Lengkap Nabi Yusuf yang Sangat Mengharukan (Bagian 3)
https://www.naviri.org/2019/06/kisah-lengkap-nabi-yusuf-part-3.html
Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Kisah Lengkap Nabi Yusuf yang Sangat Mengharukan - Bagian 2). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.
Saat mereka sudah akan berangkat, salah seorang pegawai Yusuf memanggil mereka kembali, dan mengatakan bahwa piala raja telah hilang. Barang siapa yang dapat mengembalikannya, akan memperoleh bahan makanan seberat muatan seekor unta.
Saudara-saudara Yusuf bersumpah bahwa mereka tidak mencuri. Salah seorang pegawai Yusuf kemudian bertanya, "Apa balasannya jika ternyata kalian berdusta?"
Mereka menjawab, "Pada siapa diketemukan barang yang hilang itu dalam karungnya, maka dia dijadikan budak. Ini adalah balasan yang adil bagi pencuri menurut syariat Ya'qub."
Maka mulailah Yusuf dan para pegawainya memeriksa karung-karung mereka. Sengaja karung Bunyamin diperiksa paling akhir, supaya tidak timbul kecurigaan pada saudara-saudaranya yang lain bahwa pencurian itu telah diatur.
Saat ditemukan piala itu dalam karung Bunyamin, saudara-saudara Yusuf sangat terkejut menyaksikan hal itu. Mereka merasa malu dengan peristiwa ini, karenanya mereka berkata, "Sesungguhnya telah mencuri pula saudaranya sebelum ini."
Tentu saja yang mereka maksud adalah Yusuf. Yusuf memahami apa yang dimaksud saudara-saudaranya, dan sesungguhnya ia jengkel dan kecewa terhadap mereka, tapi sikap itu tidak diperlihatkannya.
Menurut riwayat, tatkala Rahel, ibu Yusuf, pergi bersama Yusuf menuju Palestina, ia membawa sebuah patung kecil milik ayahnya, Laban. Laban yang merasa kehilangan patung itu kemudian mencarinya, tapi tidak bisa menemukannya pada Rahel maupun orang lain, karena Rahel telah menyembunyikannya di sela-sela perlengkapan unta yang dinaikinya.
Ketika Ya'qub dan keluarganya tiba di Palestina, patung itu berada pada Yusuf, dan dibuat mainan lantaran menyerupai boneka yang biasa dimainkan anak-anak kecil. Itulah sebabnya Yusuf dituduh mencurinya dari rumah kakeknya, Laban, padahal kenyataannya tidak begitu.
Saudara-saudara Yusuf memohon agar Bunyamin dibebaskan, dan mengambil salah satu dari mereka sebagai penggantinya. Mereka berkata, "Wahai Al-Aziz, sesungguhnya ia mempunyai ayah yang sudah lanjut usia. Karena itu ambilah salah seorang di antara kami sebagai gantinya, sesungguhnya kami melihatmu termasuk orang-orang yang berbuat baik."
Maka Yusuf pun menjawab, "Aku tidak akan menahan seseorang, kecuali orang yang kami ketemukan harta benda kami padanya. Jika kami menahan orang yang tidak bersalah, maka kami termasuk orang-orang yang zalim."
Saudara-saudara Yusuf merasa bingung dan putus asa. Mereka telah berjanji pada ayah mereka untuk menjaga Bunyamin sebaik-baiknya. Sebelum ini mereka telah menyia-nyiakan Yusuf. Jika sekarang mereka tidak membawa Bunyamin pulang, pastilah ayah mereka akan marah dan tidak mempercayai mereka.
Setelah berunding dan berbisik-bisik, berkatalah yang tertua dari mereka, "Aku tidak akan meninggalkan Mesir sampai ayah mengizinkan aku kembali, atau Allah memberikan keputusan kepadaku. Dan Dia adalah hakim yang paling adil."
Namun Yusuf berkata, "Kembalilah pada ayahmu, dan katakan bahwa anaknya telah mencuri, dan bahwasanya kalian hanya menyaksikan apa yang terjadi dan tak mampu menjaga barang yang hilang."
Akhirnya saudara-saudara Yusuf pulang tanpa Bunyamin. Dengan demikian, siasat Yusuf untuk menahan adik kandungnya akhirnya berhasil. Kisah ini diterangkan dalam surat Yƻsuf: 68-82.
Yusuf berkumpul kembali bersama keluarganya
Ya'qub sangat sedih mendengar kejadian yang menimpa Bunyamin. Ia tidak mempercayai perkataan anak-anaknya, dan sangat kecewa terhadap mereka. Kendati demikian, ia memasrahkan semuanya kepada Allah SWT, dan percaya bahwa Allah pasti akan mewujudkan harapannya untuk bisa bertemu kembali dengan kedua putra tercintanya.
Ya'qub memerintahkan anak-anaknya untuk mencari kabar tentang Yusuf dan Bunyamin. Putra-putranya mematuhi perintah ayah mereka, dan kembali ke Mesir.
Kepada Yusuf, mereka memohon belas kasihan agar ia berkenan melepaskan Bunyamin. Mereka pun mengadukan keadaan mereka yang miskin dan membutuhkan makanan, dengan harapan Yusuf mau memberi mereka bahan makanan yang cukup.
Timbul rasa iba dalam hati Yusuf mendengar keluhan saudara-saudaranya, sehingga terpikir olehnya untuk mengungkapkan siapa dirinya yang sebenarnya, supaya mereka bisa tinggal bersamanya dalam keadaan sejahtera.
Kemudian ia memanggil Bunyamin, dan berkata kepada saudara-saudaranya, "Tahukan kalian akan buruknya perlakuan kalian kepada Yusuf dan saudaranya? Ingatkah kalian akan perbuatan kalian memisahkan Yusuf dan ayahnya, dengan membuangnya ke dalam sumur? Dan kepada Bunyamin, kalian telah membuatnya bersedih atas kehilangan saudaranya, sehingga ia pun ikut menderita."
Mendengar perkataan Yusuf, mulai timbul dugaan dalam diri saudara-saudaranya, jangan-jangan pembesar yang berbicara di hadapan mereka ini adalah Yusuf.
Dengan berdebar-debar mereka bertanya, "Apakah engkau Yusuf?"
Yusuf menjawab, "Benar, aku Yusuf. Dan ini saudaraku, Bunyamin."
Maka saudara-saudara Yusuf pun segera memohon ampun dan meminta maaf kepadanya atas kejahatan yang pernah mereka lakukan dahulu. Dengan lapang dada, Yusuf memaafkan kesalahan saudara-saudaranya. Ia lalu memerintahkan mereka untuk menjemput ayahnya beserta keluarga mereka untuk datang ke Mesir.
Mengetahui bahwa ayahnya telah kehilangan penglihatan lantaran kesedihan yang amat sangat semenjak kepergiannya, Yusuf memberikan gamisnya untuk diusapkan ke wajah ayahnya, supaya ia dapat melihat kembali.
Setelah mengusapkan gamis Yusuf ke wajahnya, Ya'qub dapat merasakan keberadaan Yusuf, dan segera mengetahui bahwa Yusuf masih hidup. Karena gembira dengan kenyataan itu, ia pun dapat melihat kembali dengan seizin Allah. Akhirnya, Yusuf pun dapat berkumpul kembali dengan orangtua dan saudara-saudaranya di Mesir.
Ya'qub dan anak-anaknya telah diliputi rasa hormat kepada Yusuf, yang telah diberi kemuliaan oleh Allah. Mereka pun memberikan penghormatan kepadanya dengan cara menundukkan kepala, sesuai adat pada masa itu dalam menghormati pembesar yang berkuasa.
Melihat ini, Yusuf teringat akan mimpinya dulu ketika masih kecil, maka ia berkata kepada ayahnya, "Inilah tafsir mimpiku yang dulu kuceritakan kepadamu, ketika di dalam mimpi aku melihat 11 bintang serta matahari dan bulan bersujud kepadaku."
Kisah mengharukan berkumpulnya Yusuf dengan keluarganya ini terdapat dalam surat Yƻsuf: 83-101.