Ini Rukun dan Tata Cara Mandi Besar Menurut Ajaran Islam

Ini Rukun dan Tata Cara Mandi Besar Menurut Ajaran Islam

Naviri Magazine - Sebagaimana diketahui, ada dua hadats yang biasa terjadi pada diri setiap orang, di mana masing-masing dapat disucikan dengan cara yang berbeda. Hadats kecil yang diakibatkan terjadinya hal-hal yang membatalkan wudlu, dapat disucikan dengan cara berwudlu.

Sedangkan hadats besar yang diakibatkan karena keluar sperma, bersetubuh, haid, nifas, dan melahirkan, dapat disucikan dengan cara melakukan mandi jinabat, mandi karena haid dan nifas, atau yang kesemuanya lebih dikenal dengan sebutan mandi besar.

Sebagai ibadah, tentunya dalam melakukan mandi besar ada kefardluan atau rukun tertentu yang mesti dipenuhi. Tidak terpenuhinya rukun tersebut secara sempurna menjadikan mandi besar yang dilakukan tidak sah, dan orangnya masih dianggap berhadats sehingga dilarang melakukan aktivitas tertentu.

Syekh Salim bin Sumair Al-Hadlrami, dalam kitab Safînatun Najâ, menyebutkan ada 2 (dua) hal yang menjadi rukunnya mandi besar, yakni niat dan meratakan air ke seluruh tubuh. Dalam kitab tersebut beliau menuliskan: “Fardlu atau rukunnya mandi ada dua, yakni niat dan meratakan air ke seluruh tubuh.”

Apa yang disebutkan Syekh Salim di atas kemudian dijabarkan penjelasannya oleh Syekh Muhammad Nawawi Al-Jawi dalam kitab Kaasyifatus Sajaa, sekaligus menerangkan tata cara melaksanakan kedua rukun tersebut.

Pertama, niat mandi besar mesti dilakukan berbarengan dengan saat pertama kali menyiramkan air ke anggota badan. Anggota badan yang pertama kali di siram boleh yang mana pun, baik bagian atas, bawah, ataupun tengah.

Bila pada saat pertama kali meyiramkan air ke salah satu anggota badan tidak dibarengi dengan niat, maka anggota badan tersebut harus disiram lagi, mengingat siraman yang pertama tidak dianggap masuk pada aktivitas mandi besar tersebut.

Sebagai contoh, pada saat memulai mandi besar, Anda pertama kali menyiram bagian muka, namun tidak disertai dengan niat. Setelah itu, Anda menyiram bagian dada dengan disertai niat. Dalam hal ini, muka yang telah basah dengan siraman pertama tersebut dianggap belum disiram, karena penyiramannya dianggap tidak termasuk dalam aktivitas mandi besarv sebab belum ada niat.

Oleh karenanya, bagian muka mesti disiram kembali. Penyiraman kembali ini merupakan siraman yang masuk pada aktivitas mandi besar, mengingat dilakukan setelah penyiraman di bagian dada yang dibarengi dengan niat.

Lalu apa yang mesti diniatkan dalam melakukan mandi besar? Dalam mandi besar, bila yang melakukannya adalah orang yang junub (karena keluar sperma atau bersetubuh) maka ia berniat mandi untuk menghilangkan jenabat. Kalimatnya:

“Nawaitul ghusla li raf’il janâbati” (“Saya berniat mandi untuk menghilangkan jenabat”).

Sedangkan bagi bagi perempuan yang haid atau nifas, ia berniat mandi untuk menghilangkan haid atau nifasnya. Kalimatnya:

“Nawaitul ghusla li raf’il haidli” atau “li raf’in nifâsi” (“Saya berniat mandi untuk menghilangkan haidl” atau “untuk menghilangkan nifas”).

Atau baik orang yang junub, haid maupun nifas, bisa berniat dengan kalimat-kalimat sebagai berikut:

“Nawaitul ghusla li raf’il hadatsil akbari” (“Saya berniat mandi untuk menghilangkan hadats besar”).

Kedua, meratakan air ke bagian luar seluruh anggota badan. Bila ada sedikit saja bagian tubuh yang belum terkena air, maka mandi yang dilakukan belum dianggap sah, dan orang tersebut dianggap masih dalam keadaan berhadats, sehingga dilarang melakukan pekerjaan-pekerjaan yang tidak boleh dilakukan orang berhadats besar, seperti shalat, thawaf, membaca, menyentuh dan membawa Al-Qur’an, dan lain sebagainya.

Maka dari itu, dalam melakukan mandi besar perlu kehati-hatian, agar jangan sampai ada bagian dari tubuh yang tertinggal belum terkena air.

Lipatan-lipatan badan yang biasa ada pada orang yang gemuk, kulit yang berada di bawah kuku yang panjang, dan membersihkan kotoran yang ada di dalamnya, bagian belakang telinga dan bagian depannya yang berlekuk-lekuk, selangkangan kedua paha, sela-sela antara dua pantat yang saling menempel, kulit dada yang berada di bawah payudara yang menggantung, dan juga kulit kepala yang berada di bawah rambut yang tebal, adalah bagian-bagian tubuh yang mesti diperhatikan dengan baik ketika melakukan mandi besar, agar jangan sampai tidak terkena air sedikit pun. Wallahu a’lam.

Related

Moslem World 9073978939706765692

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item