Fakta dan Temuan Mengejutkan di Bawah Makam Nabi Yunus
https://www.naviri.org/2019/06/fakta-dan-temuan-mengejutkan-di-bawah-makam.html
Naviri Magazine - Jauh di dalam terowongan yang digali oleh penjarah di bawah makam yang diyakini sebagai makam Nabi Yunus di Nineveh, sebuah kota kuno di Irak, para arkeolog menemukan tujuh prasasti berusia 2.700 tahun.
Prasasti-prasasti itu menggambarkan jalannya pemerintahan dan undang-undang yang dibuat oleh Raja Asiria, bernama Esarhaddon.
Semua prasasti tersebut ditemukan di empat terowongan di bawah Makam Nabi Yunus, yang merupakan tempat suci bagi kaum Nasrani dan Muslim.
Tempat suci tersebut pernah dihancurkan oleh kelompok teroris Daesh alias ISIS, selama mereka menguasai kota Nineveh dari bulan Juni 2014 sampai Januari 2017.
ISIS, atau penjarah yang didukung ISIS, diduga menggali terowongan untuk mencuri harta karun bernilai sejarah tinggi dari makam Raja Asiria. Hal itu diungkapkan oleh Ali Y. Al-Juboori, direktur Pusat Pengkajian Budaya Asiria di Universitas Mosul, dalam sebuah jurnal di Irak.
Al-Juboori, yang menerjemahkan ketujuh prasasti tersebut, mengatakan prasasti pertama berisi tentang kekuasaan Raja Asiria, Esarhaddon. Dalam prasasti itu tertulis:
"Istana Esarhaddon, raja yang kuat, raja seluruh dunia, Raja Asiria, Gubernur Babylon, raja dari Sumeria dan Akkadia, raja dari raja-raja kecil di Mesir, raja-raja besar di Mesir dan Kush (sebuah kerajaan kuno yang terletak di selatan Mesir di Nubia)."
Menurut prasasti kuno yang ditemukan di situs arkeologi lain, raja-raja Kush memang pernah memerintah Mesir. Prasasti-prasasti itu juga mengatakan Esarhaddon telah mengalahkan para pemimpin Kush, dan memilih satu pemimpin baru untuk memerintah Mesir.
Prasasti lain yang ditemukan di bawah Makam Nabi Yunus juga mengatakan Esarhaddon 'merekonstruksi kuil untuk Dewa Asyur (kepala dewa-dewa Asiria)', membangun kembali kota-kota Babylon dan Esagil, serta 'memperbarui patung-patung dewa-dewa besar'.
Prasasti itu juga menceritakan sejarah keluarga Esarhaddon, dengan mengatakan bahwa dia adalah putra Sennacherib (memerintah 704–681 Sebelum Masehi). Disebutkan pula bahwa dia adalah keturunan dari Sargon II (memerintah 721–705 SM), yang juga merupakan 'raja seluruh dunia, Raja Asiria'.
Isi prasasti lainnya
Al-Juboori kemudian menjelaskan terjemahan dari keempat prasasti lainnya yang ditemukan di dekat Jembatan Nergal (nama dewa perang bangsa Asiria), Nineveh.
Prasasti-prasasti ditemukan pada tahun 1987 dan 1992 oleh tim arkeolog dari Inspektorat Barang Antik di Irak. Namun, karena kendala konflik di wilayah tersebut, tim arkeolog kesulitan mempublikasikan temuan mereka.
Prasasti-prasasti yang berasal dari zaman pemerintahan Sennacherib itu menyebutkan bahwa raja ini 'memiliki dinding luar dan dalam yang mengelilingi Nineveh, yang tingginya menyamai gunung-gunung'.
Para arkeolog juga menemukan beberapa prasasti dekat Makam Nabi Yunus pada tahun 1987-1992. Salah satu prasasti ditulis di atas objek berbentuk prisma yang terbuat dari tanah liat.
Prasasti tersebut menceritakan penaklukan-penaklukan militer yang pernah dilakukan oleh Esarhaddon. Salah satu wilayah yang ditaklukkan adalah Cilicia (yang sekarang terletak di pantai selatan dari negara Turki).
Tulisan di prasasti itu menyebut Esarhaddon sebagai 'dia yang menginjak leher orang-orang Cilicia'.
Dalam prasasti itu, Esarhaddon mengklaim 'aku mengepung, menaklukkan, meratakan, meruntuhkan, menghancurkan, dan membakar dengan api 21 kota mereka bersama dengan kota-kota kecil di sekitarnya'.
Prasasti itu juga membahas penaklukan Sidon (yang sekarang adalah Lebanon), dengan mengklaim bahwa pasukan Esarhaddon menghancurkan tembok kota dan melemparkan mereka ke Laut Mediterania.
Sisa prasasti kuno lainnya, yang coba dicuri dan dihancurkan oleh ISIS, juga ditemukan. Salah satu prasasti itu menceritakan kota Nimrud. Dalam prasasti itu disebutkan bahwa sebuah koloni monyet pernah berkembang di Nimrud. Prasasti ini ditemukan bersama yang lain pada November 2017 lalu.