Bukti-bukti Arkeologis Terjadinya Banjir Besar di Zaman Nabi Nuh
https://www.naviri.org/2019/05/bukti-bukti-arkeologis-banjir-nuh.html
Naviri Magazine - Dalam kasus sebuah peradaban hancur tiba-tiba, yang bisa terjadi karena bencana alam, perpindahan tempat (migrasi) mendadak, atau karena perang, jejak-jejak peradaban sering bisa lebih terpelihara.
Rumah-rumah yang mereka huni, peralatan-peralatan yang mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari, tidak lama kemudian akan terkubur di bawah bumi. Jadi, jejak-jejak peninggalan mereka terpelihara dalam waktu yang lama, dan tidak tersentuh oleh manusia, dan itu semua merupakan bukti penting sejarah masa lampau bila diungkapkan pada saat sekarang.
Inilah masalah besar sehubungan dengan bukti banjir masa Nabi Nuh. Walaupun peristiwa penghancuran kaum Nuh telah terjadi sekitar millenium ketiga sebelum Masehi (SM), banjir itu telah mengakhiri seluruh peradaban untuk jangka waktu tertentu, dan kemudian menyebabkan lahirnya peradaban baru di daerah tersebut.
Jadi, bukti-bukti yang muncul dari banjir ini telah terpelihara selama ribuan tahun agar kita bisa mengambil pelajaran darinya.
Usaha-usaha penggalian telah dilakukan dalam rangka menginvestigasi peristiwa banjir yang telah menenggelamkan daratan-daratan di wilayah Mesopotamia. Dalam penggalian-penggalian yang dilakukan di wilayah tersebut, di empat kota utama ditemukan jejak-jejak yang menunjukkan telah terjadi banjir besar. Kota-kota tersebut adalah kota-kota penting di Mesopotamia; Ur, Erech, Kish, dan Shuruppak.
Penggalian-penggalian yang dilakukan di kota-kota ini telah mengungkap bahwa semua kota ini telah dilanda banjir pada sekitar millenium ketiga Sebelum Masehi.
Pertama, mari kita lihat penggalian-penggalian yang dilakukan di Kota Ur. Sisa-sisa tertua dari sebuah peradaban yang tersingkap dari penggalian di kota Ur, yang telah diganti namanya menjadi "Tell al Muqayyar" pada masa sekarang, menunjuk suatu masa 7000 tahun SM.
Sebagai situs yang pernah menjadi lokasi peradaban-peradaban tertua, kota Ur telah menjadi wilayah hunian tempat berbagai kebudayaan tampil silih berganti.
Temuan arkeologis dari kota Ur memperlihatkan bahwa di sinilah peradaban pernah terputus setelah terjadinya banjir dahsyat, dan kemudian peradaban-peradaban baru tampil. R.H. Hall dari British Museum melakukan penggalian yang pertama di tempat ini. Leonard Woolley, yang melakukan penggalian, meneruskan setelah Hall yang juga menjadi supervisor (pengawas/pembimbing) penggalian yang secara kolektif diorganisir oleh the British Museum dan University of Pensilvania.
Penggalian-penggalian yang dilakukan oleh Woolley, yang telah memberikan pengaruh besar di seluruh dunia, berlangsung dari 1922 sampai 1934.
Penggalian yang dilakukan Sir Woolley mengambil lokasi di tengah-tengah padang pasir antara Baghdad dan Teluk Persi. Pendiri pertama kota Ur adalah orang-orang yang datang dari Mesopotamia Utara, dan mereka menyebut diri "Ubaidian".
Pada awalnya, penggalian itu dilakukan untuk menghimpun informasi berkenaan dengan orang-orang tersebut. Penggalian yang dilakukan Woolley digambarkan oleh seorang arkeolog Jerman, Werner Keller, sebagai berikut:
Kuburan Raja-Raja Ur, begitu ungkap Woolley dalam kegembiraan besar tatkala menemukan, telah membubuhkan lubang kuburan bagi kejayaan Sumeria, yang kehebatan kekuasaannya telah tersingkap saat sekop/cangkul para arkeolog mengenai sebuah tanggul sepanjang 50 kaki di sebelah selatan candi, dan ditemukan sebuah deretan panjang dari pekuburan yang sangat menarik.
Kubah/kolong batu yang ditemukan benar-benar merupakan peti-peti harta yang berharga, yang dipenuhi piala-piala mahal, kendi-kendi dan vas-vas yang dibentuk secara menakjubkan, barang becah belah terbuat dari perunggu, kepingan-kepingan mutiara, lapis lazuli, dan perak yang mengelilingi tubuh-tubuh tersebut, yang telah terbentuk menjadi debu/abu. Barang-barang semacam kecapi dan lyre disandarkan di dinding-dinding.
"Hampir hanya dalam sekali," dia menulis dalam buku hariannya, "penemuan-penemuan dihasilkan yang telah memberikan ketegasan tentang kecurigaan-kecurigaan kami. Tepat di bawah lantai dari salah satu lubang kubur para raja, kami menemukan lapisan abu berbagai tablet tanah liat, yang tertutupi oleh huruf-huruf yang jauh lebih tua dibandingkan prasasti di atas kuburan. Dengan mendasarkan pada sifat tulisan yang ada, tablet-tablet tersebut bisa diduga dibuat pada sekitar tahun 3000 SM. Berarti, itu dua atau tiga abad lebih awal dari lubang kuburan tersebut."
Terowongan/lubang itu ternyata masih bisa dirunut lebih dalam. Tingkatan yang baru, dengan pecarhan-pecahan kendi, pot dan mangkuk, masih tampak terjaga. Para ilmuwan memperhatikan bahwa barang-barang tembikar itu masih cukup mengejutkan karena tetap tidak berubah. Benar-benar tampak seperti yang telah ditemukan di pekuburan para raja.
Karena itulah, tampaknya selama beberapa abad peradaban Sumeria tidak mengalami perubahan yang radikal. Mereka tentu, menurut kesimpulan yang bisa ditarik, telah mencapai tingat perkembangan tinggi yang menakjubkan pada awal peradaban mereka.
Setelah beberapa hari penggalian dilakukan, beberapa pekerja Woolley berteriak kepadanya, "Kita telah sampai paga lapisan dasar (ground)." Dia kemudian turun menuju lantai lubang galian agar bisa menyaksikan. Semula, pikiran Woolley adalah, "Ini adalah penggalian terakhir." Wujudnya adalah pasir, pasir murni yang hanya bisa dikandung oleh air.
Mereka memutuskan untuk menggali lapisan tersebut dan membuat lubang lebih dalam lagi. Semakin dalam, semakin dalam menuju dasar: tiga kaki, enam kaki, masih penuh lumpur. Tiba-tiba, pada kedalaman sepuluh kaki, lapisan lumpur terhenti. Di bawah deposit tanah liat ini, sekitar sepuluh kaki tebalnya, mereka menemukan bukti-bukti baru dari hunian manusia.
Wujud dan kualitas dari tembikar telah jelas berubah. Di sini, barang-barang itu adalah bikinan tangan. Besi belum juga ditemukan di sini. Peralatan primitif yang tampak adalah peralatan yang terbuat dari tebangan batu api. Ini mesti terjadi pada Zaman Batu!
Banjir. Itulah penjelasan yang paling mungkin bagi deposit tanah liat yang besar di bawah bukit di kota Ur, yang secara cukup jelas telah memisahkan dua zaman kehidupan.
Samudera telah meninggalkan jejak-jejak yang tidak terpungkiri dalam bentuk sisa-sisa organisme laut yang terlekat/tersimpan dalam lumpur.
Analisa dengan mikroskop mengungkapkan bahwa deposit tanah liat di depan bukit di kote Ur telah terkumpul disebabkan oleh banjir yang begitu besar, yang telah meludeskan peradaban Sumeria kuno.