Negara-negara Paling Berisiko dan paling Berbahaya untuk Bisnis
https://www.naviri.org/2019/04/negara-negara-paling-berisiko-untuk-bisnis.html
Naviri Magazine - Kondisi politik di suatu negara sangat berpengaruh dalam hal lain. Secara mudah, kondisi politik yang baik menjadikan perekonomian negara ikut stabil, dan itu artinya iklim bisnis akan terjaga, lapangan kerja akan tersedia, orang-orang dapat bekerja dengan baik, dan tingkat kerusuhan atau kejahatan dapat ditekan karena sistem hukum punya wibawa.
Sebaliknya, kondisi politik yang kacau akan berpengaruh sama pada negara bersangkutan. Kondisi politik yang kacau akan berdampak pada kekacauan ekonomi, dan kekacauan ekonomi menjadikan iklim bisnis tidak kondusif.
Hasilnya, lapangan kerja menyempit, orang kesulitan mendapat pekerjaan, dan tingkat kerusuhan serta kejahatan cenderung meningkat. Di tengah-tengah situasi semacam itu, korupsi sering kali mewabah, sehingga sistem hukum cenderung sama korupnya.
Karena latar belakang semacam itulah, investor sering kali sangat berhati-hati ketika memilih suatu negara yang akan digunakannya untuk menanam uangnya, untuk membangun atau mengembangkan bisnis.
Tanpa stabilitas politik yang terjaga, hampir bisa dipastikan investasi mereka akan sangat berisiko. Karenanya pula, negara-negara yang politiknya kacau sering kali menjadi negara buruk di mata para investor, dan dianggap sebagai negara-negara yang tidak kondusif untuk berbisnis.
Aon Plc, sebuah perusahaan konsultasi manajemen risiko yang berbasis di London, melakukan survei terhadap banyak negara di dunia untuk mengetahui negara-negara mana saja yang dinilai paling berisiko untuk berbisnis.
Hasilnya, negara-negara yang menempati peringkat sepuluh teratas adalah negara-negara yang kondisi politiknya kacau, kekerasan dan kerusuhan sering terjadi, serta pemerintahnya cenderung korup. Berikut ini sepuluh teratas negara di dunia yang paling berisiko untuk bisnis.
Afghanistan
Membuka bisnis di Afghanistan bisa dibilang mudah, tetapi risikonya sangat besar. Hal itu disebabkan karena sulitnya akses kredit, serta tingkat korupsi di pemerintah yang sangat tinggi.
Selain itu, dalam beberapa dekade terakhir, Afghanistan diselimuti konflik kekerasan dan politik yang tinggi, sementara kerusuhan sering terjadi. Karenanya, membuka bisnis di negara ini bisa dibilang sangat berisiko.
Chad
Di wilayah Afrika Barat, Chad adalah negara pengeskpor minyak. Namun, karena situasi politik di Afrika mengalami gejolak sejak 2012, harga minyak di sana menjadi sangat mahal, sementara pemerintah Chad harus membayar tunggakan-tunggakan utang negara.
Akibatnya, banyak infrastruktur di sana yang tidak memadai, sementara tingkat pendidikan warganya sangat rendah. Kombinasi semua itu sangat berisiko pada dunia bisnis.
Republik Kongo
Kondisi negara ini bisa dibilang sangat tidak stabil, bukan hanya pada sektor bisnis dan ekonomi, tapi juga politik. Ancaman perang dan kerusuhan bisa terjadi sewaktu-waktu. Selain itu, Republik Kongo tidak memiliki sistem perlindungan investor, yang menjadikan bisnis di negara ini semakin berisiko.
Haiti
Haiti adalah negeri yang kacau. Tingkat korupsi pemerintahnya sangat tinggi, kekerasan berbau politik terjadi di mana-mana, peraturan tidak dijalankan, sementara perlindungan kepemilikan properti sangat rendah.
Membuka bisnis di Haiti sama saja menaiki rollercoaster—harus penuh kewaspadaan, berisiko, tetapi hasilnya belum bisa dipastikan.
Iran
Di antara negara-negara lain di Timur Tengah, Iran menjadi negara yang paling kacau secara politik. Sistem hukum di sana sangat rendah, dan hal itu menjadikan korupsi tumbuh subur, sementara militer ikut campur dalam bidang ekonomi.
Kacaunya politik di Iran juga menjadikan kacaunya sektor lain, khususnya ekonomi. Karenanya, membangun bisnis di Iran sangat berisiko.
Irak
Sepuluh tahun setelah invasi Amerika, kondisi Irak masih belum stabil, bahkan bisa dibilang masih jauh dari stabil. Konflik dan kekerasaan masih sering terjadi, sementara berbagai infrastruktur sangat tidak memadai.
Hal itu masih ditambah dengan gagalnya pemerintah Irak menerapkan perubahan hukum yang dapat menarik investasi internasional. Meski Irak memiliki sumber minyak yang menggiurkan, tapi tetap saja berbisnis di sana sangat berisiko.
Korea Utara
Korea Utara adalah api dalam sekam. Tampak tenang tapi sebenarnya lebih mirip kandang perang. Rezim negara itu juga mengetatkan hukum serta menerapkan regulasi yang semakin berisiko bagi para investor yang ingin membangun bisnis di sana.
Kenyataannya, Korea Utara adalah negara tertutup, dan mereka tidak senang negara lain punya kepentingan di negara mereka.
Somalia
Di Afrika Timur, Somalia adalah negara terburuk. Situasi politik dan ekonomi negara ini carut marut akibat tidak adanya sistem pemerintahan yang stabil. Ancaman kekerasan bahkan penculikan kerap terjadi, sementara lembaga otoritas seperti kehilangan wewenangnya. Bukan hal baik membangun bisnis di Somalia.
Sudan
Di wilayah Afrika Tenggara, Sudan adalah negara terbesar. Tetapi negara ini mengalami situasi politik yang kacau, kesenjangan antar etnis, beserta segunung masalah keuangan sejak pertengahan 2011. Kombinasi berbagai masalah itu menjadikan Sudan sebagai negara yang buruk untuk berbisnis.
Suriah
Konflik dan kekerasan telah menjadi makanan sehari-hari di Suriah, dan hal itu menjadikan kondisi politik sangat rapuh, sementara tingkat ekonomi sangat rendah. Iran dan Rusia memang membantu Suriah untuk menghindari krisis utang, tapi hal itu tidak menjadikan Suriah menjadi negara yang lebih baik, khususnya untuk mengembangkan bisnis.