Misteri di Balik Terkuaknya Identitas Jack the Ripper (Bagian 1)
https://www.naviri.org/2019/04/identitas-ripper-part-1.html
Naviri Magazine - Jack the Ripper (Jack sang Pencabik) adalah julukan untuk tokoh misterius yang melakukan serangkaian pembunuhan berantai dan mutilasi di Inggris, pada abad 19. Pada 31 Agustus 1888 lewat tengah malam, di distrik East End di kota London, Inggris, yang dikenal dengan nama Whitechapel (daerah lampu merah di London), dihebohkan aksi pembunuhan sadis terhadap sejumlah wanita.
Identitas pelaku pembunuhan hingga kini tidak terungkap. Polisi hanya tahu bahwa sang pembunuh menjuluki dirinya "Jack the Ripper".
Jack The Ripper tidak meninggalkan bukti satu pun dalam tindakan kriminalnya, pola pembunuhannya pun tidak diketahui, bahkan bisa dibilang acak. Satu-satunya persamaan antara korban-korbannya ialah mereka wanita tuna susila.
Jack The Ripper membunuh korban-korbannya tanpa ampun. Setelah memotong leher korbannya, Jack The Ripper memutilasi mereka. Bagaikan bayangan di malam hari, tidak ada seorang pun yang dapat menguak siapa Jack The Ripper sebenarnya. Walaupun Jack The Ripper "hanya" beraksi lebih kurang satu tahun, korbannya sangat banyak, dan telah menjadi legenda sampai sekarang.
Nama Jack The Ripper tertulis dalam sebuah surat yang dikirim ke Badan Pusat Berita di London, oleh seseorang yang mengaku sebagai pelaku pembunuhan.
Jack The Ripper digambarkan sebagai sosok berjubah hitam yang mengincar korbannya dalam kabut, serta mencabut nyawa korban dengan cepat, dan meninggalkan korban dengan pesan di dinding dekat lokasi pembunuhan.
Jack The Ripper adalah penjaga kamar mayat?
Sejarawan Mei Trow menggunakan teknik forensik modern yang biasa dipakai oleh polisi. Ia menyimpulkan bahwa pembunuh sadis itu adalah seorang penjaga kamar mayat, bernama Robert Mann. Trow mendapatkan informasi ini dari hasil pemeriksaan FBI atas kasus Jack The Ripper yang menghasilkan profil kepribadian pembunuh yang komprehensif.
Hasil penelitian FBI menyimpulakn bahwa Jack The Ripper adalah pria berkulit putih dari kalangan bawah. Jack mungkin seorang pekerja kasar, namun anehnya mempunyai pengetahuan luas tentang anatomi manusia, seperti tukang jagal, petugas kamar mayat, atau asisten dokter. Jack juga diduga tidak berinteraksi dengan orang lain, sehingga mungkin dia mengalami masalah sosial.
Jika dicocokkan, semua deskripsi tentang Jack The Ripper sangat cocok dengan ciri-ciri Robert Mann. Dia berasal dari keluarga bermasalah, dan sejak kecil telah menjadi pekerja kasar.
Trow mengatakan, "Saya ingin menelusuri lebih jauh, lebih dari sekadar mitos seseorang dengan mantel, topi, dengan sebilah pisau, dan masuk ke dunia nyata. Kenyataanya, Jack adalah pria biasa."
Trow juga mengatakan bahwa Jack The Ripper telah membunuh dua wanita lainnya. Trow percaya bahwa Martha Tabram, yang ditemukan mati dengan 39 tusukan di Gunthorpe Street, adalah korban pertamanya. Sedangkan Alice Mackenzie, yang terbunuh lima bulan setelah lima pembunuhan lainnya, adalah korban terakhirnya.
Kedua mayat wanita itu, bersama mayat lainnya, dikirim ke rumah mayat Whitechapel tempat Robert Mann bekerja. Mann menjadi saksi polisi yang memeriksa mayat-mayat tersebut.
Hal lain yang membuat Trow semakin mencurigai Mann, karena Mann bersama asistennya menelanjangi semua mayat wanita, walaupun polisi telah melarangnya. Menurut Trow, hal ini dilakukan Mann untuk mengagumi hasil karya pembunuhannya sendiri.
Baca lanjutannya: Misteri di Balik Terkuaknya Identitas Jack the Ripper (Bagian 2)