Dinar dan Dirham, Mata Uang yang Digunakan Paling Lama di Dunia
https://www.naviri.org/2019/04/dinar-dan-dirham.html
Naviri Magazine - Uang dalam berbagai bentuk sebagai alat tukar perdagangan telah dikenal ribuan tahun yang lalu, seperti dalam sejarah Mesir kuno sekitar 4000 SM–2000 SM. Dalam bentuknya yang lebih standar, uang emas dan perak diperkenalkan oleh Julius Caesar dari Romawi sekitar tahun 46 SM.
Julius Caesar pula yang memperkenalkan standar konversi dari uang emas ke uang perak dan sebaliknya, dengan perbandingan 12:1 untuk perak terhadap emas. Standar Julius Caesar ini berlaku di belahan dunia Eropa selama sekitar 1250 tahun, yaitu sampai tahun 1204.
Di belahan dunia lainnya di Dunia Islam, uang emas dan perak yang dikenal dengan Dinar dan Dirham juga digunakan sejak awal Islam, baik untuk kegiatan muamalah maupun ibadah, seperti zakat dan diyat, sampai berakhirnya Kekhalifahan Usmaniah Turki tahun 1924.
Standarisasi berat uang Dinar dan Dirham mengikuti hadits Rasulullah SAW, ”Timbangan adalah timbangan penduduk Makkah, dan takaran adalah takaran penduduk Madinah.” (HR. Abu Daud).
Pada zaman Khalifah Umar bin Khattab, sekitar tahun 642 Masehi, bersamaan dengan pencetakan uang Dirham pertama di kekhalifahan, standar hubungan berat antara uang emas dan perak dibakukan, yaitu berat 7 Dinar sama dengan berat 10 Dirham.
Berat 1 Dinar sama dengan 1 mitsqal, atau kurang lebih setara dengan berat 72 butir gandum ukuran sedang, yang dipotong kedua ujungnya.
Dari Dinar-Dinar yang tersimpan di museum setelah ditimbang dengan timbangan yang akurat, diketahui bahwa timbangan berat uang 1 Dinar Islam yang diterbitkan pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan adalah 4.25 gram, berat ini sama dengan berat mata uang Byzantium yang disebut Solidos, dan mata uang Yunani yang disebut Drachma.
Atas dasar rumusan hubungan berat antara Dinar dan Dirham dan hasil penimbangan Dinar di museum, dapat pula dihitung berat 1 Dirham adalah 7/10 x 4.25 gram atau sama dengan 2.975 gram.
Sampai pertengahan abad ke 13, baik di negeri Islam maupun di negeri non Islam, sejarah menunjukan bahwa mata uang emas yang relatif standar tersebut secara luas digunakan. Hal ini tidak mengherankan, karena sejak awal perkembangannya pun kaum muslimin banyak melakukan perjalanan perdagangan ke negeri yang jauh.
Keanekaragaman mata uang di Eropa kemudian dimulai ketika Republik Florence di Italia pada tahun 1252 mencetak uangnya sendiri, yang disebut emas Florin, kemudian diikuti oleh Republik Venesia dengan uang yang disebut Ducat.
Pada akhir abad ke 13, Islam mulai merambah Eropa dengan berdirinya kekalifahan Usmaniyah, dan tonggak sejarahnya tercapai pada tahun 1453 ketika Muhammad Al Fatih menaklukkan Konstantinopel, dan terjadilah penyatuan dari seluruh kekuasan Kekhalifahan Usmaniyah.
Selama tujuh abad, dari abad ke 13 sampai awal abad 20, Dinar dan Dirham adalah mata uang yang paling luas digunakan. Penggunaan Dinar dan Dirham meliputi seluruh wilayah kekuasaan Usmaniyah yang meliputi tiga benua, yaitu Eropa bagian selatan dan timur, Afrika bagian utara, dan sebagian Asia.
Pada puncak kejayaannya, kekuasaan Usmaniyah pada abad 16 dan 17 membentang mulai dari Selat Gibraltar di bagian barat (pada tahun 1553 mencapai pantai Atlantik di Afrika Utara) sampai sebagian kepulauan nusantara di bagian timur, kemudian dari sebagian Austria, Slovakia dan Ukraina di bagian utara sampai Sudan dan Yaman di bagian selatan.
Apabila ditambah dengan masa kejayaan Islam sebelumnya, yaitu dari awal kenabian Rasululullah SAW (610), maka secara keseluruhan Dinar dan Dirham adalah mata uang modern yang dipakai paling lama (14 abad) dalam sejarah manusia.
Selain emas dan perak, di negeri Islam maupun non Islam juga dikenal uang logam yang dibuat dari tembaga atau perunggu. Dalam fiqih Islam, uang emas dan perak dikenal sebagai alat tukar yang hakiki (thaman haqiqi atau thaman khalqi), sedangkan uang dari tembaga atau perunggu dikenal sebagai fulus, dan menjadi alat tukar berdasar kesepakatan atau thaman istilahi.
Dari sisi sifatnya yang tidak memiliki nilai intrinsik sebesar nilai tukarnya, fulus ini lebih dekat kepada sifat uang kertas yang kita kenal sampai sekarang.
Dinar dan Dirham memang sudah ada sejak sebelum Islam lahir, karena Dinar (Dinarium) sudah dipakai di Romawi sebelumnya, dan Dirham sudah dipakai di Persia.
Kita ketahui bahwa apa yang ada sebelum Islam namun setelah turunnya Islam tidak dilarang atau bahkan juga digunakan oleh Rasulullah SAW, maka hal itu menjadi ketetapan (taqrir) Rasulullah SAW yang berarti menjadi bagian dari ajaran Islam itu sendiri. Dinar dan Dirham masuk kategori ini.