Daftar Kitab Mahabharata dan Penjelasan Mengenai Isinya
https://www.naviri.org/2019/04/daftar-kitab-mahabharata-dan-penjelasan.html
Naviri Magazine - Di India, ditemukan dua versi utama Mahabharata dalam bahasa Sansekerta, yang agak berbeda satu sama lain. Kedua versi ini disebut dengan istilah "Versi Utara" dan "Versi Selatan". Biasanya versi utara dianggap lebih dekat dengan versi yang tertua.
Daftar kitab
Mahabharata merupakan kisah epik yang terbagi menjadi delapan belas kitab, atau sering disebut Astadasaparwa. Rangkaian kitab menceritakan kronologi peristiwa dalam kisah Mahabharata, yakni semenjak kisah para leluhur Pandawa dan Kurawa (Yayati, Yadu, Puru, Kuru, Duswanta, Sakuntala, Bharata), sampai kisah diterimanya Pandawa di surga.
Adiparwa
Kitab Adiparwa berisi berbagai cerita yang bernapaskan Hindu, seperti kisah pemutaran Mandaragiri, kisah Bagawan Dhomya yang menguji tiga muridnya, kisah para leluhur Pandawa dan Kurawa, kisah kelahiran Resi Byasa, kisah masa kanak-kanak Pandawa dan Kurawa, kisah tewasnya raksasa Hidimba di tangan Bhimasena, dan kisah Arjuna mendapatkan Drupadi.
Sabhaparwa
Kitab Sabhaparwa berisi kisah pertemuan Pandawa dan Kurawa di sebuah balairung untuk main judi, atas rencana Duryudana. Karena usaha licik Sengkuni, permainan dimenangkan dua kali oleh Kurawa. Sehingga, sesuai perjanjian, Pandawa harus mengasingkan diri ke hutan selama 12 tahun, dan setelah itu melalui masa penyamaran selama 1 tahun.
Wanaparwa
Kitab Wanaparwa berisi kisah Pandawa selama masa 12 tahun pengasingan diri di hutan. Dalam kitab tersebut juga diceritakan kisah Arjuna yang bertapa di gunung Himalaya untuk memperoleh senjata sakti. Kisah Arjuna tersebut menjadi bahan cerita Arjunawiwaha.
Wirataparwa
Kitab Wirataparwa berisi kisah masa satu tahun penyamaran Pandawa di Kerajaan Wirata, setelah mengalami pengasingan selama 12 tahun. Yudistira menyamar sebagai ahli agama, Bhima sebagai juru masak, Arjuna sebagai guru tari, Nakula sebagai penjinak kuda, Sahadewa sebagai pengembala, dan Drupadi sebagai penata rias.
Bhismaparwa
Kitab Bhismaparwa merupakan kitab awal yang menceritakan pertempuran di Kurukshetra. Dalam beberapa bagiannya terselip percakapan suci antara Kresna dan Arjuna menjelang perang berlangsung. Percakapan tersebut dikenal sebagai kitab Bhagavad Gita. Dalam kitab Bhismaparwa juga diceritakan gugurnya Resi Bhisma pada hari kesepuluh, karena usaha Arjuna yang dibantu oleh Srikandi.
Dronaparwa
Kitab Dronaparwa menceritakan kisah pengangkatan Begawan Dorna sebagai panglima perang Kurawa. Dorna berusaha menangkap Yudistira, namun gagal. Dorna gugur di medan perang karena dipenggal oleh Drestadyumna, ketika ia sedang tertunduk lemas mendengar kabar yang menceritakan kematian anaknya, Aswatama. Dalam kitab tersebut juga diceritakan kisah gugurnya Abimanyu dan Gatotkaca.
Karnaparwa
Kitab Karnaparwa menceritakan kisah pengangkatan Karna sebagai panglima perang oleh Duryodana setelah gugurnya Bhisma, Drona, dan sekutunya yang lain. Dalam kitab tersebut diceritakan gugurnya Dursasana oleh Bhima. Salya menjadi kusir kereta Karna, kemudian terjadi pertengkaran antara mereka. Akhirnya, Karna gugur di tangan Arjuna, dengan senjata Pasupati pada hari ke-17.
Sauptikaparwa
Kitab Sauptikaparwa berisi kisah pembalasan dendam Aswatama kepada tentara Pandawa. Pada malam hari, ia bersama Kripa dan Kertawarma menyusup ke dalam kemah pasukan Pandawa dan membunuh banyak orang, kecuali para Pandawa.
Setelah itu ia melarikan diri ke pertapaan Byasa. Keesokan harinya, ia disusul oleh Pandawa, dan terjadi perkelahian antara Aswatama dengan Arjuna. Byasa dan Kresna dapat menyelesaikan permasalahan itu. Akhirnya, Aswatama menyesali perbuatannya dan menjadi pertapa.
Striparwa
Kitab Striparwa berisi kisah ratap tangis kaum wanita yang ditinggal suami mereka di medan pertempuran. Yudistira menyelenggarakan upacara pembakaran jenazah bagi mereka yang gugur, dan mempersembahkan air suci kepada leluhur. Pada hari itu pula Dewi Kunti menceritakan kelahiran Karna yang menjadi rahasia pribadinya.
Santiparwa
Kitab Santiparwa berisi kisah pertikaian batin Yudistira karena telah membunuh saudara-saudaranya di medan pertempuran. Akhirnya ia diberi wejangan suci oleh Resi Byasa dan Sri Kresna. Mereka menjelaskan rahasia dan tujuan ajaran Hindu agar Yudistira dapat melaksanakan kewajibannya sebagai raja.
Anusasanaparwa
Kitab Anusasanaparwa berisi kisah penyerahan diri Yudistira kepada Resi Bhisma untuk menerima ajarannya. Bhisma mengajarkan ajaran Dharma, Artha, aturan tentang berbagai upacara, kewajiban seorang raja, dan sebagainya. Akhirnya, Bhisma meninggalkan dunia dengan tenang.
Aswamedhikaparwa
Kitab Aswamedhikaparwa berisi kisah pelaksanaan upacara Aswamedha oleh Raja Yudistira. Kitab tersebut juga menceritakan kisah pertempuran Arjuna dengan para raja di dunia, juga kisah kelahiran Parikesit yang semula tewas dalam kandungan karena senjata sakti Aswatama, namun dihidupkan kembali oleh Sri Kresna.
Asramawasikaparwa
Kitab Asramawasikaparwa berisi kisah kepergian Drestarastra, Gandari, Kunti, Widura, dan Sanjaya, ke tengah hutan, untuk meninggalkan dunia ramai. Mereka menyerahkan tahta sepenuhnya kepada Yudistira. Akhirnya, Resi Narada datang membawa kabar bahwa mereka telah pergi ke surga, karena dibakar oleh api sucinya sendiri.
Mosalaparwa
Kitab Mosalaparwa menceritakan kemusnahan bangsa Wresni. Sri Kresna meninggalkan kerajaannya, lalu pergi ke tengah hutan. Arjuna mengunjungi Dwarawati dan mendapati bahwa kota tersebut telah kosong. Atas nasihat Resi Byasa, Pandawa dan Drupadi menempuh hidup ‘sanyasin’ atau mengasingkan diri dan meninggalkan dunia fana.
Mahaprastanikaparwa
Kitab Mahaprastanikaparwa menceritakan kisah perjalanan Pandawa dan Drupadi ke puncak gunung Himalaya, sementara tahta kerajaan diserahkan kepada Parikesit, cucu Arjuna. Dalam pengembaraannya, Drupadi dan para Pandawa (kecuali Yudistira), meninggal dalam perjalanan.
Swargarohanaparwa
Kitab Swargarohanaparwa menceritakan kisah Yudistira yang mencapai puncak gunung Himalaya, dan dijemput untuk mencapai surga oleh Dewa Indra. Dalam perjalanannya, ia ditemani seekor anjing yang sangat setia. Ia menolak masuk surga jika disuruh meninggalkan anjingnya sendirian. Si anjing menampakkan wujudnya yang sebenarnya, yaitu Dewa Dharma.