Biografi Osama bin Laden, Musuh Terbesar Amerika Serikat
https://www.naviri.org/2019/04/biografi-osama-bin-laden.html
Naviri Magazine - Usamah bin Muhammad bin Awwad bin Ladin, yang sering dipanggil Usamah bin Ladin (atau Osama bin Laden dalam ejaan Inggris), dilahirkan pada 28 Juni 1957 di kota Jeddah) dan merupakan pendiri Al Qaeda.
Dilahirkan di Jeddah, Arab Saudi, kawasan pantai Laut Merah, Usamah adalah anak ke-17 dari 52 bersaudara. Ayahnya bernama Muhammad bin Ladin, seorang petani miskin dari Yaman, yang kemudian bermigrasi ke Arab Saudi setelah Perang Dunia II.
Di tempat yang baru itu, Muhammad bin Ladin memulai usaha baru, yang bergerak dalam bidang bisnis pembangunan. Pada akhirnya ia memenangkan banyak kontrak bagi pembangunan masjid-masjid dan istana-istana yang sangat bernilai dari pemerintah Arab Saudi.
Oleh karena itu, ia telah mengembangkan tali persahabatan yang sangat akrab dengan keluarga Kerajaan Saudi. Muhammad bin Ladin kemudian menjadi salah seorang paling kaya di Arab Saudi, yang memiliki kekayaan miliaran dolar. Dari keuntungannya, diperkirakan Muhammad bin Ladin memiliki saham sebesar hampir 300 miliar dolar.
Pendidikan dan masa muda
Ketika remaja, Usamah bin Ladin telah bergabung dengan gerakan konservatif-baru (ultrakonservatif), sebuah gerakan politik dalam Islam yang sebagian mengadopsi pemahaman salaf (paham pemurnian agama para ulama Saudi), tetapi kurang mendapat dukungan dari para ulama. Ia juga pernah masuk ke dalam dinas kepolisian yang menegakkan hukum-hukum syariah.
Usamah menjadi mahasiswa di Universitas King Abdul Aziz di Jeddah, di mana ia berguru pada Sheikh Abdullah Azzam. Abdullah Azzam kemudian diketahui sebagai tokoh utama yang memainkan peran mobilisasi dukungan bangsa Arab bagi kaum mujahidin yang berperang melawan pendudukan Uni Soviet atas Afghanistan.
Usamah bin Ladin menyelesaikan studinya, dan diwisuda tahun 1979 dalam bidang Ekonomi dan Manajemen.
Perjalanan hidup
Usamah bin Ladin mulai membangun jaringan komunikasinya pada 1979, ketika ia berangkat ke Afghanistan, bergabung dalam milisi pejuang Afghanistan yang dikenal sebagai kaum mujahidin, yang bertempur melawan Soviet.
Usamah menggalang dana melalui jalur-jalur kekayaan dan relasi keluarganya bagi gerakan pertahanan Afghanistan, dan membantu kaum mujahidin dengan bantuan logistik dan bantuan kemanusiaan. Usamah juga terlibat mengambil bagian dalam beberapa pertempuran selama perang Afghanistan.
Ketika peperangan melawan Soviet hampir berakhir, Usamah mendirikan gerakan Al Qaeda, sebuah organisasi para mantan/eks pejuang mujahidin dan para pendukung lainnya, yang membantu menyalurkan dana maupun para pejuang bagi gerakan pertahanan Afghanistan.
Ketika tentara Soviet keluar dari Afghanistan, Usamah bin Ladin pulang ke Arab Saudi, dan bergabung pada perusahaan konstruksi dan bangunan milik keluarga, Group Perusahaan Bin Ladin. Di sini, ia kemudian terlibat bersama kelompok orang-orang Saudi yang berseberangan dan melawan pemerintahan kerajaan/monarki Saudi, yakni terhadap Keluarga Raja Fahd.
Pada 1994, pemerintah Saudi mencabut hak kewarganegaraan Usamah, dan membekukan seluruh aset kekayaannya di seluruh negeri. Usamah bin Ladin diyakini berbagai pihak sebagai tokoh pusat dan kunci dari suatu koalisi internasional kaum radikal Islam.
Menurut pemerintah Amerika Serikat, Al Qaeda telah meniru gerakan-gerakan aliansi dengan pola pikir kelompok fundamentalis, seperti kelompok Al-Jihad di Mesir, Gerakan Hizbullah di Iran, Front Islam Nasional di Sudan, dan kelompok-kelompok jihad lainnya di Yaman, Arab Saudi, dan Somalia.
Organisasi Usamah bin Ladin juga memiliki ikatan dengan "kelompok Islam" yang pernah dipimpin Syaikh Omar Abdel Rahman, ulama Mesir yang menjalani hukuman seumur hidup sejak pengakuannya pada 1995 dalam persekongkolan peledakan beberapa tempat di kawasan New York.
Pada akhir 1990-an, dua orang anak Syaikh Rahman bergabung bersama kekuatan tentara dan perjuangan Usamah bin Ladin.
Sejak tahun 1992, pemerintah Amerika Serikat memberi kesan bahwa Usamah bin Ladin dan anggota-anggota lainnya dari gerakan Al Qaeda menjadi target sasaran militer Amerika yang bertugas di Arab Saudi, Yaman, dan Somalia.
Pada Oktober 1993, diberitakan ada 18 anggota militer Amerika Serikat yang bekerja untuk bantuan kemanusiaan dan penanggulangan penderitaan di Somalia, mati dibunuh ketika menjalankan karya sosial mereka. Mayat tentara pekerja sosial itu diseret dan dianiaya di sepanjang jalan raya.
Pada 1996, Usamah bin Ladin dikenai hukuman atas tuduhan melatih orang-orang yang terlibat dalam penyerangan dan pembunuhan tentara pekerja sosial di atas, dan ia mengatakan bahwa para pengikutnya bersama kaum muslim setempat telah membunuh tentara-tentara itu.
Penegak hukum Amerika Serikat juga menuduh Usamah bin Ladin memiliki jaringan dengan serangan-serangan yang gagal ke dua hotel di Yaman, di mana para tentara Amerika Serikat bermalam dalam perjalanan mereka ke Somalia.
Pada 7 Agustus 1998, delapan tahun setelah penugasan operasional militer Amerika Serikat di Arab Saudi, dua truk bermuatan bom meledak di luar Kedutaan Besar Amerika Serikat di Nairobi, Kenya; dan di Dares Salaam, Tanzania. Usamah bin Ladin menolak bertanggung jawab, tetapi para hakim menegaskan keterlibatan dan kesalahannya itu terbukti dengan adanya surat-surat faksimili yang dikirimkan oleh kelompok Usamah di London, setidaknya kepada tiga agen penjualan media internasional.
Para hakim juga menunjukkan pengakuan para tertuduh pelaku pengeboman kedutaan-kedutaan besar, yang mengaku sebagai anggota gerakan Al Qaeda.
Empat belas hari kemudian, pada 20 Agustus 1998, presiden Bill Clinton memerintahkan armada kapal perang Amerika Serikat menggempur kamp-kamp di Afghanistan yang dicurigai sebagai sarang pelatihan teroris, dan penggempuran terhadap pabrik reaktor kimia di kota Khartoum, Sudan.
Usamah bin Ladin selamat dari serangan itu, dan dijatuhi hukuman oleh Amerika Serikat dengan tuduhan sebagai perancang atau otak di balik serangan-serangan November 1998.
Tragedi WTC
Presiden George W. Bush menyatakan bahwa Usamah adalah tertuduh utama dalam serangan teroris di kota New York dan Washington pada 11 September 2001; bahwa Usamah adalah tertuduh utama dalam pengeboman gedung World Trade Center; dan terhadap lusinan serangan teroris lain terhadap kedutaan-kedutaan Besar Amerika Serikat, kapal-kapal perang, dan aset-aset Amerika Serikat lainnya.
Para perwira Taliban mengutuk serangan ke WTC Amerika Serikat, dan menegaskan bahwa Taliban tidak terlibat. Usamah bin Ladin sendiri telah menyangkal keterlibatan dirinya dalam pembantaian dan pertumpahan darah 11 September 2001 itu. "Amerika Serikat menudingkan jari telunjuknya kepadaku, tetapi aku menyatakan dengan pasti dan yakin bahwa aku tidak melakukan semua itu."
Banyak pengamat Islam internasional mengatakan bahwa perlawanan Usamah bin Ladin dan Al Qaeda akan tetap berlanjut selama dunia barat, khususnya Amerika Serikat, tidak mengubah kebijakan yang dianggap tidak adil terhadap negara-negara dunia Islam. Kasus Palestina dan keberpihakan AS terhadap Israel di antaranya, serta serangan dan pendudukan terhadap Irak, membuat masalah yang dikatakan dunia barat sebagai terorisme tidak akan pernah selesai.