Sedona Method, Teknik Mengatasi Berbagai Masalah Hidup (Bagian 1)
https://www.naviri.org/2019/03/sedona-method-page-1.html
Naviri Magazine - Sedona Method adalah salah satu metode penyembuhan alternatif yang bersumber dari kekuatan diri sendiri (self healing technique). Metode ini sudah dikenal di seluruh dunia, dan telah dipraktikkan oleh ratusan ribu orang yang juga telah mendapatkan manfaatnya.
Teknik Sedona Method berasal dari seorang wirausahawan sukses sekaligus fisikawan, Lester Levenson. Pada tahun 1952, di saat usianya menginjak 42 tahun, Lester Levenson menderita penyakit fisik dan psikologis sekaligus.
Kesuksesan karir dan finansial ternyata tak membuat Lester Levenson bahagia. Dia menderita depresi berat, yang ujung-ujungnya membuat tubuhnya menderita penyakit komplikasi yang sangat parah. Hingga suatu hari, dokter yang menanganinya menyerah, dan menyarankan agar Lester pulang, dan menunggu ajal menjemputnya dengan tenang.
Dalam kondisi seperti itu, Lester kemudian memasrahkan dirinya. Dia pasrah, dan mempersiapkan diri menerima apa pun yang akan terjadi nanti.
Tapi, ternyata, justru dengan kepasrahannya ini, keajaiban terjadi. Lester sembuh dari penyakitnya, setelah 3 bulan dia menjalani metode ini. Dia pun menjalani hidup dengan jauh lebih bahagia dari sebelumnya, karena terus menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Lester meninggal pada 18 Januari 1994, dan itu 40 tahun setelah vonis dokter bahwa dia akan segera meninggal!
Metode ini lalu diajarkan ke muridnya, yaitu Hale Dwoskin, yang kemudian mengajarkan ke orang-orang mengenai metode penyembuhan ini.
Metode ini disebut Sedona Method. Sedona adalah nama kota tempat tinggal Lester dan Hale Dwoskin. Sampai saat ini, Sedona Method terus dipakai bahkan sudah diteliti efektivitasnya secara ilmiah.
Bahkan, lembaga penelitian terkemuka Harvard Medical School juga telah mengakui keampuhan metode ini, dan sudah ratusan ribu orang yang telah merasakan manfaat dan memperoleh kesembuhan dengan menggunakan metode ini.
Apa itu Sedona Method?
Sedona Method adalah teknik penyembuhan yang unik, sederhana, dan sangat efektif, yang mengajarkan kepada kita cara menggunakan kemampuan alami manusia untuk melepaskan segala rasa sakit atau perasaan yang tidak diinginkan, yang mungkin tengah kita rasakan sekarang ini.
Metode ini terdiri dari beberapa seri pertanyaan yang kita tanyakan ke diri kita sendiri, yang bertujuan untuk mengarahkan kita kepada kesadaran diri mengenai apa yang tengah kita rasakan, dan membimbing kita secara "lembut" untuk memasrahkan diri, lalu melepaskan perasaan yang tidak diinginkan tersebut.
Perasaan tersebut bisa berbentuk ketakutan, frustrasi, kemarahan, mental block, emosi, putus asa, bahkan rasa sakit (penyakit) yang menghambat untuk melangkah maju ataupun memperoleh kesembuhan.
Bagaimana cara kerjanya?
Ada tiga cara untuk mencapai proses "pelepasan” tersebut, dan semuanya mengarah ke satu tujuan: membebaskan kemampuan alami kita untuk melepaskan emosi/perasaan yang tidak diinginkan, dan membuat "energi negatif" yang tertahan di alam bawah sadar kita supaya menghilang.
Cara pertama adalah dengan memilih untuk melepaskan perasaan yang tidak diinginkan tersebut. Cara kedua adalah dengan menerima perasaan tersebut. Dan cara ketiga adalah dengan menyelami sumber emosi tersebut secara lebih dalam.
Seperti apa metodenya?
Supaya mendapat gambaran yang jelas mengenai metode ini, ada baiknya kita coba eksperimen singkat ini. Coba ambil sebuah pulpen atau pensil. Sekarang, genggam pulpen atau pensil tersebut erat-erat.
Coba anggap kalau pulpen atau pensil tersebut adalah perasaan yang membatasi kita, dan tangan yang menggengam tersebut mewakili kesadaran kita. Kalau kita genggam pulpen atau pensil terlalu lama, hal ini akan menimbulkan perasaan tidak nyaman, tapi juga menjadi lazim atau familiar.
Sekarang, coba buka tangan menghadap ke atas, supaya pulpen atau pensil tersebut tidak jatuh, dan gerak-gerakkan tangan maju mundur. Perhatikan bahwa pulpen atau pensil tersebut tidak melekat ke tangan kita, tapi kitalah yang mengizinkannya melekat di sana. Analoginya sama dengan perasaan kita.
Perasaan kita bisa melekat ke diri kita karena kita sendiri yang membiarkannya.
Banyak dari kita yang bergantung pada perasaan tersebut, sampai membuat diri kita lupa kalau kita sendirilah yang menyebabkan perasaan tersebut melekat ke diri kita. Bahkan itu juga terwujud dalam ucapan kita sendiri.
Misal, kalau kita marah atau sedih, jarang dari kita untuk bilang, “Saya sedang merasa marah”, atau, “Saya sedang merasa sedih”. Kita biasanya langsung bilang, “Saya marah”, atau “Saya sedih”. Dan tanpa kita sadari, kita sering salah kaprah menganggap kita sendirilah perasaan tersebut. Makanya, kita sering menganggap kita bergantung pada perasaan tersebut. Sebenarnya ini tidak benar. Kita selalu bisa mengendalikan atau mengatur perasaan tersebut, tapi terkadang kita sendiri yang tidak menyadari.
Nah sekarang, lepaskan pulpen atau pensil tadi.
Apa yang terjadi? Ketika kita melepaskan pulpen atau pensil tersebut, maka akan jatuh, kan? Apakah itu sulit? Tentu saja tidak. Inilah yang dimaksud dengan “lepaskanlah” (let it go).
Kita bisa berbuat hal yang sama dengan semua emosi/perasaan: kita bisa memilih untuk melepaskannya.
Masih menggunakan analogi yang sama. Kalau kita berjalan dengan tangan yang kita buka, malah jadi susah untuk mempertahankan pulpen atau pensil yang berada di tangan kita.
Begitu juga sebaliknya, ketika kita mengizinkan atau menerima suatu perasaan, kita akan membuka kesadaran kita sendiri untuk itu, dan hal ini bisa membuat perasaan tersebut menghilang sendiri, seperti awan yang melintas begitu saja di langit, atau seperti asap yang keluar dari lubang knalpot yang terbuka. Atau gampangnya lagi, seperti kita membuka tutup panci masakan yang sedang kita rebusk.
Sekarang, kalau kita ambil lagi objek yang sama, entah pulpen atau pensil atau apa pun, coba kita perbesar objek tersebut. Bisa pakai kaca pembesar, atau mikroskop. Akan terlihat bahwa jika semakin kita perbesar objek tersebut, akan semakin terlihat kalau objek tersebut ternyata hanya sekumpulan ruang kosong.
Kita hanya akan melihat sebuah ruang kosong yang merupakan jarak antara molekul dengan atom. Sama halnya ketika kita menyelami inti paling dalam dari sebuah perasaan, kita hanya akan melihat sebuah fenomena yang sama: Ternyata tidak ada apa pun disana!
Ketika kita sudah menguasai teknik “pelepasan” tersebut, kita akan menyadari bahwa ternyata perasaan kita yang terdalam sebenarnya hanya ada di permukaan. Di dalam diri kita yang terdalam, kita akan menemukan bahwa sebenarnya kita “kosong”, sunyi, dan penuh kedamaian.
Kita tidak berada dalam kepedihan dan kegelapan seperti yang dipikir kebanyakan orang. Bahkan perasaan kita yang paling ekstrem sekali pun hanya memiliki substansi yang tidak lebih dari sebuah gelembung sabun, yang disentil dengan jari saja bisa pecah. Dan itulah hal sebenarnya yang terjadi, apabila kita menyelami lebih dalam inti sebuah emosi/perasaan.
Terus apa hubungannya dengan sakit? Sakit, secara substansi, juga merupakan perasaan yang sedang kita rasakan, yaitu rasa sakit itu sendiri. Intinya sama, rasa sakit bisa kita lepaskan.
Baca lanjutannya: Sedona Method, Teknik Mengatasi Berbagai Masalah Hidup (Bagian 2)