Berdasarkan Studi, Bumi Semakin Rusak Karena Ulah Manusia
https://www.naviri.org/2019/03/berdasarkan-studi-bumi-semakin-rusak.html
Naviri Magazine - Sekian ribu tahun yang lalu, kondisi bumi begitu subur dengan kekayaan alam yang berlimpah ruah. Tetapi, seiring makin banyak manusia yang menghuni bumi, kondisi bumi perlahan-lahan berubah.
Alam yang semula kaya perlahan menyusut, sementara kondisinya kian memprihatinkan. Belakangan, bumi bahkan kian rusak, yang salah satunya terwujud dalam sesuatu yang disebut pemanasan global.
Analisis baru data satelit selama 40 tahun menunjukkan bahwa manusia secara aktif menyebabkan pemanasan global.
Reuters melaporkan, para ilmuwan di Lawrence Livermore National Laboratory, California, Amerika Serikat, yakin karena data iklim telah mencapai apa yang disebut "standar emas" bukti ilmiah.
Maksudnya hanya ada satu dari sejuta peluang, perubahan iklim yang sedang berlangsung disebabkan oleh apapun selain manusia.
"Narasi di luar sana, bahwa para ilmuwan tidak tahu penyebab perubahan iklim, adalah salah. Kami tahu penyebabnya," tegas Benjamin Santer, ilmuwan yang memimpin penelitian.
Santer membantah para penyangkal perubahan iklim. Mereka sering mengklaim bahwa planet ini memanas dan bencana alam menjadi lebih intens dan umum karena memang begitu adanya.
Orang-orang yang tidak percaya perubahan iklim bersikeras bahwa ketergantungan manusia akan bahan bakar fosil tidak ada hubungannya dengan fenomena ini.
Analisis baru Santer dan tim dalam jurnal Nature Climate Change mengamati tiga set data satelit terbesar yang digunakan oleh para ilmuwan iklim. Ini menunjukkan bahwa dua set data tersebut mencapai standar emas kepastian bahwa manusialah yang menyebabkan perubahan iklim pada 2005, dan penyebab ketiga yang terjadi pada 2016.
Walau jumlahnya tidak 99 persen, kebanyakan rakyat Amerika Serikat pun sebenarnya satu suara dengan periset. Sebanyak 62 persen orang AS percaya, pemanasan global sebagian besar disebabkan oleh aktivitas manusia.
Hal ini terungkap melalui polling Yale Program on Climate Change Communication pada 2018. Hasil polling ini juga mengungkap, jumlah orang yang percaya bahwa manusia sebagai penyebab perubahan iklim melonjak 47 persen dibandingkan lima tahun sebelumnya.
Selain itu, laporan Intergovernmental Panel on Climate Change PBB yang dirilis pada 2013 menyebutkan, kemungkinan manusia sebagai biang keladi perubahan iklim sebesar 95 persen. Sebagai bukti, suhu di belahan bumi utara pada kurun waktu 1983 hingga 2012 adalah 30 tahun terpanas dalam 1.400 tahun terakhir.
Pada dasarnya, banyak orang menyadari bahwa manusia bertanggung jawab atas perubahan iklim yang kini terjadi. Kita tahu bahwa karbon dioksida dan gas rumah kaca lain memerangkap panas di atmosfer Bumi.
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia membakar bahan bakar fosil, melepaskan polusi karbon dalam jumlah besar dan menjebak lebih banyak panas di atmosfer.
Namun, layak diingat bahwa sebenarnya ada solusi atas masalah ini.
Kembali ke penelitian Santer dan tim, proses penelitian ilmiah hampir tidak pernah menghapus ketidakpastian. Biasanya para peneliti menguji hipotesis mereka untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang dunia.
Namun, hampir selalu ada beberapa faktor lain yang dapat memengaruhi temuan mereka. Dengan kata lain, standar emas—seperti yang diungkap riset ini—bukanlah sesuatu yang bisa dianggap enteng.
Penelitian lain yang pernah mencapai standar emas adalah penemuan Higgs boson pada 2012. Higgs Boson dijuluki partikel Tuhan, karena tanpanya atom takkan tercipta, ikatan kimia tak terbentuk, semesta pun takkan ada.