Seperti Ini Wujud Matahari Saat Kiamat Akhirnya Datang
https://www.naviri.org/2019/02/wujud-matahari-saat-kiamat.html
Naviri Magazine - Yang menjadikan bumi dapat ditinggali seperti sekarang, salah satunya karena ada matahari. Karena ada matahari, makhluk-makhluk di bumi bisa hidup, karena matahari memancarkan panas yang bermanfaat untuk banyak hal dalam kehidupan makhluk hidup, termasuk manusia.
Namun, matahari tidak akan terus memiliki energi sebagaimana sekarang. Suatu saat nanti, matahari akan kehabisan energinya, dan mulai meredup. Suatu hari nanti, Matahari yang menyinari Bumi akan mati. Saat itu terjadi, mungkin kiamat datang. Atau, setidaknya, bumi akan menjadi tempat yang sangat mengerikan.
Apa yang sebenarnya terjadi pada matahari di akhir hayatnya, telah lama diperdebatkan. Tapi berdasarkan pengamatan baru yang dilaporkan dalam jurnal Nature, sebagian besar bintang, termasuk Matahari, kemungkinan akan berubah menjadi kristal raksasa seukuran Bumi.
"Dalam puluhan miliar tahun dari sekarang, alam semesta sebagian besar akan terdiri dari bola kristal padat," kata Pier-Emmanuel Tremblay, seorang astrofisikawan di University of Warwick di Inggris, yang memimpin studi, kepada Los Angeles Times.
Antara lima hingga enam miliar tahun dari sekarang, Matahari akan kehabisan hidrogen. Ini menyebabkan intinya menyusut selama sekitar 500 hingga 1 miliar tahun.
Setelah melepaskan energi terakhir yang diciptakan oleh fusi helium, ia memasuki tahap katai putih, ketika bintang utamanya terdiri dari gas karbon dan oksigen. Bintang katai putih tidak menghasilkan energi mereka sendiri, sehingga mereka mendingin dengan cepat.
Karena proses pendinginan yang cepat, para ilmuwan hanya dapat mengamati bintang-bintang yang sekarat ini dalam waktu yang terbatas. Begitu energi telah dihabiskan, teleskop antariksa tidak lagi dapat melihat benda angkasa yang dulunya bersinar terang itu.
Para peneliti mencapai kesimpulannya setelah mempelajari 15.000 kandidat katai putih dalam waktu sekitar 300 tahun cahaya Bumi.
Mereka menganalisis luminositas (jumlah energi yang dipancarkan sebuah benda ke segala arah per satuan waktu) dan warna bintang, berdasarkan data dari satelit Gaia milik Badan Antariksa Eropa (ESA).
Mereka juga mengidentifikasi kumpulan atau sejumlah besar bintang katai putih dengan warna dan luminositas tertentu, yang tidak konsisten dengan massa atau umur mana pun.
Penampilan yang serupa dari bintang-bintang ini menyarankan bahwa mereka telah mencapai fase tertentu dalam perkembangannya. Di mana mereka menjadi kristal dan melepaskan sejumlah besar energi.
"Ini adalah bukti langsung pertama bahwa katai putih mengkristal, atau bertransisi dari cair ke padat. Diperkirakan sejak lima puluh tahun yang lalu, kita harus mengamati penumpukan jumlah katai putih pada luminositas dan warna tertentu karena kristalisasi, dan baru sekarang hal itu berhasil diamati,” kata Tremblay.
"Semua katai putih akan mengkristal di beberapa titik dalam evolusinya, meskipun lebih banyak katai putih berukuran lebih besar melewati proses itu lebih cepat. Ini berarti bahwa miliaran katai putih di galaksi kita telah menyelesaikan proses, dan pada dasarnya mereka adalah bola kristal di langit. Matahari sendiri akan menjadi katai putih kristal dalam waktu sekitar 10 miliar tahun."
Diperkirakan, butuh sekitar lima miliar tahun sebelum bahan bakarnya habis dan menjadi katai putih. Kemudian akan butuh lima miliar tahun lagi untuk mendingin dan mengkristal.
Katai putih adalah salah satu tahap terakhir dari kehidupan sebuah bintang. Diperkirakan, hingga 97 persen bintang di Bima Sakti pada akhirnya akan berubah menjadi bintang katai putih. Sedangkan bintang yang jauh lebih besar ukurannya akan berakhir sebagai bintang neutron atau lubang hitam.
Bintang berukuran sedang hidup dengan menggabungkan hidrogen menjadi helium di inti super-panasnya. Energi dan tekanan yang dilepaskan dari reaksi nuklir tersebut menghasilkan panas dan tekanan luar untuk menjaga bintang tetap dalam kondisi stabil.
Namun, pada akhirnya bintang-bintang berukuran kecil hingga sedang—yang didefinisikan sebagai apa pun dengan massa kurang dari delapan kali massa Matahari—akan mengubah sebagian besar hidrogennya menjadi helium. Tekanan dari reaksi-reaksi itu tidak akan mampu mengatasi gaya gravitasi dari inti bintang.
Bintang itu lalu akan mulai runtuh dengan sendirinya, kemudian mulai memanas lagi dan mulai menggabungkan hidrogen yang tersisa di luar inti dalam cangkang terbakar, yang menyebabkan bintang itu secara besar-besaran berkembang menjadi raksasa merah.
Proses ini akan menjadikannya cukup panas, untuk memadukan inti helium ke unsur-unsur oksigen dan karbon yang lebih berat. Setelah itu, ia akan meledakkan lapisan luarnya, dan yang tersisa adalah katai putih, atau inti bintang yang kehabisan bahan bakar. Ia akan secara lambat mendingin dalam beberapa miliar tahun.
Ini berarti banyak dari bintang-bintang itu berpotensi miliaran tahun lebih tua daripada yang diperkirakan sebelumnya.
“Berkat pengukuran tepat yang mampu dilakukan, kami telah memahami interior katai putih dengan cara yang tidak pernah kami harapkan sebelumnya. Sebelum Gaia, kita memiliki 100-200 katai putih dengan jarak dan luminositas yang tepat—dan sekarang kita memiliki jumlah 200.000. Eksperimen fenomena plasma pada materi padat adalah sesuatu yang tidak bisa dilakukan di laboratorium mana pun di Bumi," tutup Tremblay.
Baca juga: Benarkah Dajjal Akan Keluar dari Segitiga Bermuda?