Susi Pudjiastuti, Hanya Tamat SMP tapi Sukses Luar Biasa
https://www.naviri.org/2019/02/susi-pudjiastuti.html
Naviri Magazine - Nama Susi Pudjiastuti melejit saat ia ditunjuk menjadi salah satu menteri di kabinet pemerintahan Presiden Jokowi. Jauh sebelum menjadi menteri, Susi Pudjiastuti sebenarnya telah menorehkan kesuksesan yang luar biasa, khususnya di bidang kewirausaahn.
Presiden Jokowi mengangkat Susi Pudjiastuti sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan. Urusan laut dan ikan memang sudah sangat diakrabi oleh perempuan kelahiran Pangandaran, Jawa Barat, pada 15 Januari 1965 itu. Karena Susi adalah pengusaha pemilik dan Presdir PT ASI Pudjiastuti Marine Product, eksportir hasil-hasil perikanan.
Tapi, Susi juga “bermain” di udara. Ia juga pemilik PT ASI Pudjiastuti Aviation atau penerbangan Susi Air. Sampai awal tahun 2012, Susi Air memiliki 32 pesawat dengan berbagai tipe, seperti Cessna Grand Caravan, 9 Pilatus PC-06 Porter, dan 3 Piaggio P180 Avanti.
Susi Air mempekerjakan 180 pilot, dengan 175 di antaranya merupakan pilot asing. Tahun 2012, Susi Air menerima pendapatan Rp 300 miliar dan melayani 200 penerbangan perintis.
Orang tua Susi, Haji Ahmad Karlan dan Hajjah Suwuh Lasminah, berasal dari Jawa Tengah, yang sudah lima generasi lahir dan hidup di Pangandaran. Keluarganya adalah saudagar sapi dan kerbau, yang membawa ratusan ternak dari Jawa Tengah untuk diperdagangkan di Jawa Barat. Kakek buyutnya, Haji Ireng, dikenal sebagai tuan tanah.
Yang patut dicatat, meski anak orang kaya, Susi hanya punya ijazah SMP. Memang, setamat SMP, ia sempat melanjutkan pendidikan ke SMA di Yogya. Namun, di kelas II SMA, dia dikeluarkan dari sekolah lantaran terlibat aktif dalam gerakan menentang pemilihan umum dengan membawa bendera Golongan Putih (Golput), yang antara lain dipelopori oleh mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Arief Budiman.
Setelah tidak lagi bersekolah, dengan modal Rp 750 ribu hasil menjual perhiasan, Susi pada 1983 mengawali profesi sebagai pengepul ikan di Pangandaran. Bisnisnya terus berkembang, dan pada 1996 mendirikan pabrik pengolahan ikan PT ASI Pudjiastuti Marine Product, dengan produk unggulan berupa lobster dengan merek Susi Brand.
Ketika bisnis pengolahan ikannya meluas dengan pasar hingga ke Asia dan Amerika Serikat, Susi memerlukan sarana transportasi udara yang dapat dengan cepat mengangkut lobster, ikan, dan hasil laut lain, kepada pembeli dalam keadaan masih segar.
Didukung suaminya, Christian von Strombeck, seorang Jerman yang lama bekerja sebagai mekanik pesawat dan pilot di Indonesia, Susi pada 2004 memutuskan membeli sebuah Cessna Caravan seharga Rp 20 miliar, dengan menggunakan pinjaman bank.
Melalui PT ASI Pudjiastuti Aviation yang ia dirikan kemudian, satu-satunya pesawat yang ia miliki itu ia gunakan untuk mengangkut lobster dan ikan segar tangkapan nelayan di berbagai pantai di Indonesia, ke pasar Jakarta dan Jepang. Call sign yang digunakan Cessna itu adalah Susi Air.
Dua hari setelah gempa tektonik dan tsunami melanda Aceh dan pantai barat Sumatera pada 26 Desember 2004, Cessna Susi adalah pesawat pertama yang berhasil mencapai lokasi bencana untuk mendistribusikan bantuan kepada para korban yang berada di daerah terisolasi. Peristiwa itu mengubah arah bisnis Susi.
Di saat bisnis perikanan mulai merosot, Susi menyewakan pesawatnya itu, yang semula digunakan untuk mengangkut hasil laut, untuk misi kemanusiaan. Selama tiga tahun berjalan, perusahaan penerbangan ini semakin berkembang hingga memiliki 14 pesawat, ada 4 di Papua, 4 pesawat di Balikpapan, Jawa, dan Sumatera.
Perusahaannya memiliki 10 pesawat Cessna Grand Caravan, 2 pesawat Pilatus Porter, 1 pesawat Diamond Star, dan 1 buah pesawat Diamond Twin Star. Sekarang, Susi Air memiliki 45 pesawat terbang beragam jenis.
Beragam penghargaan telah Susi terima, antara lain Pelopor Wisata dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat Tahun 2004; Young Entrepreneur of the Year dari Ernst and Young Indonesia tahun 2005, dan; Primaniyarta Award for Best Small & Medium Enterprise Exporter 2005 dari Presiden Republik Indonesia.
Ia juga menerima Indonesia Berprestasi Award dari PT Exelcomindo dan Sofyan Ilyas Award dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, pada tahun 2009. Pada tahun 2008, ia mengembangkan bisnis aviasinya dengan membuka sekolah pilot Susi Flying School melalui PT ASI Pudjiastuti Flying School.
Perempuan energik ini juga tampaknya tak suka dengan pencitraan semu. Buktinya, setelah Jokowi mengumumkan nama-nama menteri di taman Istana Merdeka dan Istana Negara, Susi langsung melepas sepatunya dan duduk santai di sekitar Istana Merdeka, sambil diwawancarai banyak wartawan.
"Ya, rencana, Indonesia harus jaya di kelautan, 70 persen adalah laut. Dengan good will, semua pihak pasti bisa," kata Susi waktu itu.
Baca juga: Ini Rancangan Baru Soal Sistem Upah Pekerja di Indonesia