Sir Arthur Conan Doyle, Tokoh di Balik Sherlock Holmes
https://www.naviri.org/2019/02/sir-arthur-conan-doyle.html
Naviri Magazine - Sir Arthur Conan Doyle adalah pengarang yang melahirkan tokoh detektif terkenal, Sherlock Holmes. Yang unik, Sherlock Holmes bisa jadi lebih terkenal dibanding pengarangnya. Karena para penggemar atau orang-orang umum mungkin mengenal nama Sherlock Holmes, tapi bisa jadi kebingungan saat ditanya siapa penulis kisahnya.
Gara-gara itu pula, Sir Arthur Conan Doyle pernah “jengkel” pada Sherlock Holmes, karena menganggap tokoh fiktif itu lebih terkenal dibanding dirinya. Karena kejengkelan itu pula, Sir Arthur Conan Doyle pernah mematikan tokoh Sherlock Holmes dalam salah satu kisah yang ditulisnya. Tapi terpaksa dihidupkan kembali, gara-gara para penggemar Sherlock Holmes protes dan menuntut agar detektif itu dimunculkan lagi.
Arthur Ignatius Conan Doyle dilahirkan di Edinburgh, Skotlandia, pada tahun 1855, sebagai anak tertua dari keluarga yang kurang mampu. Meskipun begitu, orang tua Conan Doyle tetap mampu mengirimkannya ke sekolah yang bagus, tempat dia menuntut ilmu. Dia bersekolah sejak usia 9 tahun hingga 16 Tahun.
Kemudian, dia belajar ilmu kedokteran di Universitas Edinburgh. Setelah menyelesaikan pendidikannya di bidang kedokteran, Conan Doyle menghabiskan waktu selama hampir satu tahun bekerja sebagai dokter di sebuah kapal yang berkeliling ke seluruh dunia.
Saat kembali ke Inggris, pada 1882, Conan membuka praktik kedokteran di Southsea, yang terletak di daerah pantai bagian selatan Inggris. Awalnya, kehidupan Conan Doyle sangat sulit, karena hanya memiliki sedikit pasien, dan dia harus bekerja jeras untuk memperoleh uang guna membiayai hidupnya.
Walaupun kesulitan, namun semua masalah itu malah membantu Conan Doyle dalam mengasah kemampuan menulisnya. Dia memanfaatkan waktu luangnya untuk menulis. Kemudian, Conan Doyle pindah ke London untuk terus bekerja sebagai dokter. Lalu pada 1891 Conan Doyle akhirnya beralih profesi, dari dokter menjadi penulis.
Conan Doyle dianugerahi gelar Sir oleh pemerintah Inggris, setelah jasanya pada perang Boer (1899-1902) sebagai dokter tentara di Afrika Selatan. Conan Doyle meninggal pada tahun 1930.
Selama hidupnya, Conan Doyle menghasilkan berbagai macam buku dan tulisan. Walaupun dia juga menulis berbagai macam tulisan dengan pokok masalah yang serius, namun dia lebih terkenal karena buku-buku dan cerita-ceritanya tentang detektif Sherlock Holmes. Karena detektif Shelock Holmes pula, dia dikenang sampai hari ini.
Tokoh Sherlock Holmes diciptakannya pada 1886, yang diilhami dari Dr. Joseph Bell, salah satu dosennya. Cerita pertama, berjudul A Study in Scarlet (bahasa Indonesia: Penelusuran Benang Merah) diterima publik dengan baik.
Tetapi Sherlock Holmes baru dikenal secara luas saat diterbitkan dalam sebuah cerita bersambung dalam Majalah Strand pada 1891, yang kemudian cerita-cerita bersambung tersebut dikumpulkan menjadi satu dengan judul Petualangan Sherlock Holmes.
Conan Doyle pun bosan, dan tidak ingin hanya terkenal karena Sherlock Holmes. Dia menilai tulisan-tulisannya yang lain lebih berbobot, dan dia juga menulis buku tentang berbagai sejarah, termasuk buku berjudul “Perbuatan-perbuatan Berani Brigadir Gerard” pada tahun 1896, buku serial fiksi ilmiah tentang Professor Challenger, dan artikel-artikel yang berdasarkan pengalaman pribadi Conan Doyle selama mengalami Perang Boer dan Perang Dunia I.
Setelah kematian anak laki-lakinya, Conan Doyle kemudian memperdalam minatnya dalam hal-hal spiritual. Bukunya yang terpenting dan yang paling akhir ditulis berjudul Sejarah Spiritualisme, pada 1926.
Walaupun sudah berusaha dengan berbagai cara untuk keluar dari karakter Sherlock Holmes, tetap saja Conan Doyle akhirnya tidak mampu keluar dari tokoh itu. Conan Doyle betul-betul berusaha mengakhiri hidup Sherlock Holmes dalam sebuah cerita yang diterbitkan pada 1893. Namun, karena popularitas Sherlock Holmes sangat kuat, para pembaca cerita petualangan Sherlock Holmes memaksa Sir Conan Doyle untuk menghidupkan kembali tokoh itu.