Sejarah dan Asal Usul WC yang Ternyata Sangat Mencengangkan
https://www.naviri.org/2019/02/sejarah-dan-asal-usul-wc.html
Naviri Magazine - Orang-orang Eropa akrab dengan WC atau toilet model duduk. Karenanya, banyak dari mereka yang merasa tidak nyaman dengan toilet model jongkok. Sementara itu, orang-orang Asia lebih akrab dengan toilet model jongkok. Mereka pun bisa tidak nyaman saat harus buang air besar di toilet duduk.
Kebiasaan kedua peradaban ini telah melalui proses yang panjang. Riset seorang peneliti, Melda Genç, berjudul “The evolution of toilet and its current state,” bisa memberikan penjelasannya.
Kakus duduk tertua ditemukan di Palace Knossos, Mesopotamia. Kakus ini diperkirakan dibuat pada masa pemerintahan Raja Sargon I pada 3000 SM. Kakus itu terlihat seperti sebuah kursi dengan lubang kunci di atasnya. Di bawahnya ada panci portabel untuk menampung tinja. Ada 6 kakus duduk di Palace Knossos.
Penemuan yang sama juga terjadi pada peradaban Mesir Kuno dan Mohenjo-Daro di Lembah Sungai Indus, India. Bedanya, tinja dari kakus itu mengalir lewat sistem drainase yang ditanam di bawah rumah mirip kehidupan modern sekarang, bedanya mereka tidak menutupi lubang drainase di jalan-jalan, alhasil aroma tidak sedap bisa tercium.
Pada periode ini, bahan yang digunakan dan tinggi kakus terpengaruh dari status sosial-ekonomi si pengguna. Mereka yang miskin dan budak, toilet kursi mereka hanya berupa tumpukan bata dan dekat dengan tanah. Berbeda dengan orang kaya dan bangsawan, yang kakusnya dibuat dengan kayu dan lebih tinggi.
Kakus duduk pun melekat pada peradaban Yunani dan Romawi kuno. Pada periode ini, saluran drainase semakin dibenahi, akibat kesadaran tentang kebersihan semakin meningkat, lokasi kakus pun didekatkan dengan dapur di belakang rumah. Pengolahan air limbah untuk irigasi atau menyuburkan tanaman dan kebun mulai digunakan, di Romawi disebut Kloaka Maxima – sebuah kanal pembuangan yang dibangun pada abad ke-6 SM.
Setelah Romawi jatuh, Eropa memasuki abad pertengahan dan kegelapan. Budaya bersih di era Yunani dan Romawi dibuang percuma.
Di Inggris, buang air besar dilakukan di pot – khusus para bangsawan, mereka membuang kotoran di pot berlapis perak atau porselen. Tidak adanya drainase membuat kotoran dibuang lewat jendela. Agar orang lain tak terciprat, si pembuang kemudian akan berteriak “gardyloo” sebagai penanda awas ada tahi. Budaya jorok ini membuat wabah black death merajelala antara 1348 dan 1350.
Setelah itu, orang-orang mulai menyembunyikan pispot mereka ke bawah kursi kayu, yang alasnya bisa ditutup dan dibuka. Bangku ini menyerupai furnitur sehingga tamu rumah tidak menyadari bahwa itu adalah toilet.
Seiring dengan kepahaman akan drainase dan kesadaran kebersihan, kakus duduk semakin berkembang. Pada 1775, Aleksander Cumming menciptakan kakus duduk siram untuk kali pertama. Kakus ini mulai memakai konsep pembilasan dengan menambahkan retensi air dalam kakus, demi mencegah bau busuk. Pasca penemuan Cumming ini, bangsa Eropa semakin lekat dengan kakus duduk.
Barat selalu menyebut kakus jongkok sebagai kakus India, kakus Turki, kakus Jepang, atau kakus Asia. Ini karena sejarah kakus jongkok populer di sana. Kakus jongkok tertua ditemukan pada perabadan India kuno, 2500 SM. Sampai kini, penduduk di Asia Selatan memang identik dengan kakus jongkok.
Selain di India, kakus jongkok pun melekat pada peradaban Anatolia dalam kurun 2000 SM hingga 800 SM. Kakus jongkok tertua ditemukan di kastil Urartian, Gürpinar, Turki timur. Namun setelah Anatolia diserbu dan diperintah oleh Bizantium Roma, pengunaan kakus jongkok mulai ditanggalkan dan beralih ke kakus duduk.
Namun semua itu berubah kembali setelah Kekhilafan Ottoman berkuasa di Turki. Kembalinya kakus jongkok tidak lepas dari saran Nabi Muhammad yang terbiasa buang air besar secara jongkok. Anjuran kebersihan yang dijunjung tinggi dalam Islam dan cebok menggunakan air, membuat sistem drainase dan pembilasan mulai populer.
Di saat Barat baru menggabungkan kakus dan kamar mandi dalam satu ruang pada abad ke-16, Islam dan Ottoman telah melakukannya 300 tahun sebelumnya. Faktor Ottoman pula yang membuat kakus jongkok menyebar ke Eropa, khususnya ke jajahan mereka di Eropa Timur dan negara Balkan.
Selain di Turki dan India, di Asia kakus jongkok pun begitu mengakar. Kakus kontemporer jongkok tertua ditemukan dalam penggalian Istana Kashihara di Nara, diperkirakan kakus ini berasal dari 1300 SM. Pada peradaban Cina, kakus jongkok ditemukan pada makam seorang raja dari Dinasti Han Barat, yang hidup sekitar tahun 206 SM sampai 24 Masehi.
Baca juga: Ternyata Ini Penyebab Minggu Dijadikan Hari Libur di Dunia