Perkembangan dan Persaingan Bisnis Minimarket di Indonesia
https://www.naviri.org/2019/02/persaingan-bisnis-minimarket.html
Naviri Magazine - Indofood Group merupakan perusahaan pertama yang menjadi pionir lahirnya minimarket di Indonesia pada tahun 1988. Kemudian Hero Supermarket mendirikan Starmart pada tahun 1991. Di susul Alfa Group mendirikan Alfa Minimart pada tahun 1999, yang kemudian berubah menjadi Alfamart.
Dalam hitungan tahun, minimarket telah menyebar ke berbagai daerah, seiring dengan perubahan orientasi konsumen dalam pola berbelanja untuk kebutuhan sehari-hari. Dulu, konsumen hanya mengejar harga murah, sekarang tidak hanya itu tetapi juga kenyamanan berbelanja menjadi daya tarik tersendiri.
Bisnis minimarket melalui jejaring waralaba alias franchise berkembang biak sampai pelosok kota dan kecamatan kecil. Tumbuh subur bak jamur di musim hujan. Khususnya minimarket dengan brand Indomaret dan Alfamart. Siapa yang tidak kenal Indomaret? Dan siapa yang tidak kenal Alfamart?
Kedua merek ini dimiliki oleh group perusahaan raksasa, yaitu Indomaret, milik PT. Indomarco Prismatama (Indofood Group), dan Alfamart milik perusahaan patungan antara Alfa Group dan PT. HM Sampoerna, Tbk.
Indomaret ternyata berkembang tidak hanya dengan jejaring waralaba yang mencapai 785 gerai, tetapi gerai milik sendiri seabreg jumlahnya, mencapai 1072 gerai. Sedangkan Alfamart memiliki 1.400 gerai, namun tidak ada data mengenai jumlah yang dimiliki sendiri dan yang dimiliki terwaralaba.
Bila kita hitung rata-rata nilai investasi minimal untuk mendirikan minimarket waralaba sekitar Rp. 300 juta saja (diluar bangunan), dikalikan dengan 1.072 gerai yang dimiliki sendiri, berapa ratus milyar PT. Indomarco Prismatama mengeluarkan dana untuk investasi di bisnis minimarket?
Indofood Group juga tidak hanya memiliki merek Indomaret, tetapi juga mendirikan minimarket Omi, Ceriamart, dan Citimart, lewat anak perusahaannya yang lain. Belum lagi didukung dengan distribusi barang, bahkan juga sebagai produsen beberapa merek kebutuhan pokok sehari-hari. Semua dikuasai dari hulu sampai hilir. Dari sabang sampai Merauke.
Persaingan tidak seimbang
Pasti kita maklum, betapa sengitnya persaingan di bisnis ritel, khususnya Indomaret dan Alfamart, sebagai market leader minimarket. Mengutip Swa Sembada No.01/XX/6-8, ”Yang mungkin sangat sengit persaingannya adalah dalam hal perebutan lokasi. Pastinya setiap pemain memperebutkan lokasi-lokasi yang dinilai strategis. Apalagi di bisnis ini lokasi merupakan salah satu faktor yang sangat penting. Perebutan lokasi strategis bisa juga berpengaruh terhadap harga properti. Bisa saja harga ruko naik karena tingginya demand terhadap minimarket.”
Jadi, betapa agresifnya Indomaret dan Alfamart dalam memperebutkan lokasi yang dinilai strategis. Bahkan hampir di setiap komplek perumahan/pemukiman pasti akan berdiri salah satu minimarket waralaba tersebut, dan atau keduanya.
Sudah tidak mungkin pedagang eceran tradisional akan mampu mencari lokasi strategis lagi untuk saat ini dan di masa mendatang. Jika kita bandingkan dari modal saja, pedagang eceran sudah sulit bergerak.
Selain itu, supermarket, toserba, dan bahkan kini ada pasar raksasa bernama hypermarket, bermunculan. Baik hypermarket lokal maupun hypermarket dari luar. Sekadar ilustrasi, mari kita berhitung sejenak, berapa banyak jumlah pasar raksasa tersebut mulai dari jalan Thamrin, Cikokol sampai BSD City di serpong, Tangerang.
Di Kota Modern (Modernland) ada Hypermart, lalu hanya sekitar berjarak 1 km berdiri megah Carefour. Berikutnya, di Serpong Town Square, Kebon Nanas, berdiri Giant Hypermarket. Kemudian di World Trade Centre (WTC) Matahari, Serpong, berdiri kembali Hypermart.
Di samping pintu gerbang perumahan Villa Melati Mas, ada Giant Hypermarket. Dan di International Trade Centre (ITC) BSD City ada Carefour. Jarak antara pasar raksasa yang satu dengan pasar raksasa yang lain hanya sekitar 1 km.
Baca juga: Kisah dan Mitos di Balik Logo Apple yang Terkenal