Konspirasi Rahasia di Balik Raibnya Naskah Laut Mati (Bagian 1)
https://www.naviri.org/2019/02/naskah-laut-mati-page-1.html
Naviri Magazine - Naskah Laut Mati adalah manuskrip kuno yang ditemukan di Qumran, dan manuskrip itu sempat menghebohkan dunia karena isinya dinilai kontroversial.
Belakangan, Naskah Laut Mati raib, sehingga sulit dipelajari lebih lanjut, dan hilangnya manuskrip penting itu dinilai sebagai bagian dari konspirasi pihak-pihak tertentu yang memang tidak ingin isi manuskrip itu diketahui.
Uraian berikut ini adalah terjemahan dari buku “Makhtutat al Bahri al Mayit”, yang ditulis Ahmad Osman.
Penemuan tulisan-tulisan tangan berbahasa Ibrani dan Aramaik kuno di Provinsi Qumran, paska Perang Dunia II, telah memicu antusiasme para ahli sejarah kitab suci untuk mendapatkan informasi tentang naskah-naskah tersebut, yang diharapkan dapat memberikan jawaban atas misteri dari periode penting dalam sejarah umat manusia.
Hal itu tentu sangat beralasan, mengingat naskah berbahasa Ibrani paling kuno yang ada saat ini dari Kitab-kitab Perjanjian Lama berasal dari abad ke-10 M. Selain bahwa naskah-naskah tersebut menyimpan perbedaan-perbedaan cukup besar jika dihadapkan dengan naskah-naskah septuagintal Yunani yang telah diterjemahkan di Aleksandria pada abad ke-13 SM.
Manakah di antara kedua naskah yang paling sahih dalam hal terjadinya perbedaan? Manakah di antara keduanya yang paling dapat diandalkan? Tidak hanya terbatas pada jemaat-jemaat Yitzrael, bahkan gereja-gereja Kristen Yunani mengakui Perjanjian Lama sebagai bagian dari Kitab Suci mereka.
Sementara umat Kristen hingga abad ke-10 M, mengandalkan naskah Septuaginta (naskah Yunani) dan setelah itu mereka beralih—kecuali Gereja Yunani Timur—ke naskah Ibrani pada awal abad yang sama.
Sebagaimana sumber-sumber yang sampai kepada kita tentang al-Masih, semuanya berasal dari tulisan-tulisan yang disusun pada setengah abad semenjak waktu yang ditentukan sebagai saat wafatnya Yesus. Dan tidak terdapat satu naskah pun, meski sedikit, dari sumber-sumber sejarah masa kini yang menyebutkan secara pasti periode yang dikatakan bahwa Yesus pernah hidup di masa itu.
Bahkan sebaliknya, Kitab-kitab Perjanjian Baru—sebagai rujukan satu-satunya tetang kehidupan Yesus—memberikan informasi yang kontradiktif berkenaan dengan kehidupan dan kematian Yesus.
Injil Matius menyebutkan bahwa Yesus dilahirkan pada masa pemerintahan Kaisar Herodus, yang mangkat pada tahun ke-4 SM. Sedangkan Injil Lukas menetapkan kelahiran al-Masih pada masa sensus penduduk oleh Romawi, yakni tahun keenam kelahiran al-Masih.
Perbedaan juga muncul berkenaan dengan masa berakhirnya kehidupan al-Masih di bumi. Berdasarkan keterangan-keterangan yang didapat dari kitab-kitab Injil, ada yang menetapkan pada tahun ke30, tahun ke-33, dan ada pula yang menetapkannya pada tahun ke-36.
Sementara keyakinan terdahulu menegaskan bahwa para penulis Injil adalah para murid dan sahabat yang hidup semasa al-Masih, dan mereka menjadi saksi hidup atas maklumat yang mereka tulis. Akan tetapi, saat sekarang menjadi jelas bahwa tidak seorang pun dari para penulis Injil itu yang pernah bertemu Yesus.
Para penulis itu, tanpa terkecuali, bersandar pada riwayat-riwayat yang mereka dengar dari orang lain, atau dari penafsiran-penafsiran mereka terhadap tulisan-tulisan kuno.
Berdasarkan pada kenyataan ini, maka penemuan tulisan-tulisan kuno yang mendahului atau semasa dengan zaman kehidupan Yesus di kawasan yang hanya berjarak beberapa kilometer dari kota Jerusalem, yang disebut-sebut sebagai kota tempat meninggalnya al-Masih, telah membangkitkan kembali harapan untuk menemukan sumber-sumber pengetahuan, untuk menyingkap tabir misteri dan hakikat persoalan dalam sejarah institusi agama Kristen, dan keterkaitannya dengan jemaat-jemaat Yahudi yang ada pada masa itu.
Antusiasme bertambah besar, semenjak dipublikasikannya bagianbagian awal manuskrip pada tahun enam puluhan. Maka jelaslah bahwa tulisan-tulisan tangan itu berkaitan erat dengan kelompok Judeo-Kristen yang dikenal sebagai Kaum Esenes, yang memiliki seorang guru bijak dengan sifat dan karakter yang tidak berbeda dengan al-Masih.
Namun sayang, antusiasme yang muncul di kalangan para ilmuwan sejarah kitab suci dan para pembaca awam justru menimbulkan rasa cemas dan khawatir dari pihak otoritas agama dan institusi-institusi Yahudi maupun Kristen. Alasan kecemasan itu tidak berhubungan dengan rasa takut bahwa informasi yang ditemukan akan terkait keimanan suatu kaum, sebab sejatinya tulisan-tulisan itu merupakan tulisan keagamaan kuno.
Namun kecemasan itu lebih mengarah pada kekhawatiran akan terjadinya penyelewengan dan perubahan, yang tidak saja berkenaan dengan hakikat sejarah, tetapi juga menyangkut penafsiran teks-teks keagamaan berikut maknanya.
Berdasarkan alasan demikian, maka semenjak pemerintah Israel menduduki kota Jerusalem Lama paska Perang Juni 1967, usaha-usaha penerbitan Naskah Laut Mati secara praktis terhenti. Sementara di sana masih tersisa lebih dari separuh yang belum sempat diterbitkan.
Bahkan lebih dari itu, pemerintah Israel berupaya untuk membungkam suara-suara yang datang dari segala penjuru—yang paling lantang justru dari para ilmuwan Israel sendiri. Untuk berkelit dari desakan terusmenerus itu, pemerintah Israel merencanakan sebuah aksi simbolis.
Pihak berwenang di Depertemen Arkeologi Israel mengirimkan gambar-gambar fotografi yang diklaim telah mewakili seluruh naskah yang ada di Museum Rockefeller di Jerusalem, kepada Universitas Oxford di Inggris dan kepada sebuah universitas di Amerika Serikat.
Selanjutnya, pemerintah Israel berpura-pura geram, dan melancarkan aksi protes ketika universitas yang dimaksud menerjemahkan dan mempublikasikan gambar-gambar fotografi manuskrip tersebut tanpa izin resmi dari pemerintah Israel.
Drama simbolis pemerintah Israel ini agaknya dimaksudkan untuk memberi kesan seolah-olah semua naskah manuskrip telah diterjemahkan dan dipublikasikan, sehingga dengan demikian tidak akan ada lagi alasan pihak manapun untuk mendesak pemerintah Israel agar memperlihatkan semua naskah kuno yang ada di tangan mereka.
Baca lanjutannya: Konspirasi Rahasia di Balik Raibnya Naskah Laut Mati (Bagian 2)