Kisah 10 Musisi Indonesia yang Pernah Mengalami Pencekalan
https://www.naviri.org/2019/02/musisi-indonesia.html
Naviri Magazine - Zaman berubah, pemerintahan berganti, dan dunia musik terus berkembang. Kenyataan itu pun terjadi di Indonesia. Dalam perjalanan itu, musik kadang menjadi semacam penyaluran protes atas keadaan yang sedang terjadi di suatu zaman, atau menjadi sindiran bagi pihak-pihak tertentu.
Musik semacam itu kadang berhadapan dengan pemerintah yang tidak senang. Entah merasa disindir atau alasan lain, yang jelas tidak semua lagu bisa “cocok” di telinga pemerintah yang berkuasa. Lalu lahir pencekalan dan pelarangan.
Sepuluh musisi Indonesia berikut ini pernah mengalami pencekalan karena karya-karya mereka, atau karena aksi panggung mereka.
Slank
Pada tahun 2008, grup Slank sempat akan digugat oleh DPR yang tersinggung dengan lagu yang berjudul Gossip Jalanan. Lagu ini tercantum dalam album PLUR, yang CD-nya diberikan ke KPK sebagai bentuk dukungan kepada lembaga pemberantasan korupsi.
DPR merasa kebakaran jenggot ketika mendengar lagu ini, dan menuduh bahwa ini penghinaan kepada lembaga negara. Dukungan terhadap Slank pun berdatangan, termasuk dari KPK.
Slank mengatakan, jika DPR tidak seperti yang mereka nyanyikan dalam lagu itu maka tidak perlu menuntut. Kasus ini pun selesai dengan sendirinya, namun kesulitan Slank tak berhenti di situ. Setiap mereka akan membuat konser besar, biasanya dipersulit perizinannya.
Dewa 19
Dewa 19 harus berhadapan dengan ormas Islam di Indonesia, yaitu Front Pembela Islam (FPI). Permasalahannya adalah sampul album Laskar Cinta, yang memuat logo seperti kaligrafi.
Masalah itu pun memanas, hingga FPI melaporkan Dewa 19 ke polisi. Setelah cukup lama dan saling melempar komentar panas, akhirnya pihak Dewa 19 mengalah, dan berniat mengganti desain sampul albumnya.
Menyangkut perubahan logo, Dewa 19 juga mencetak ulang cover album Laskar Cinta. Dalam cetak ulang cover album itu, selain ada perubahan logo, juga ada perubahan di gambar personel Dewa 19. Yang sebelumnya terlihat memakai tato, dihilangkan sesuai saran dari Majelis Ulama Indonesia.
Iwan Fals
Penyanyi legendaris Indonesia ini sudah kenyang dengan pencekalan pemerintah, khususnya di zaman Orde Baru. Namun tak ada kapok bagi pemilik nama asli Virgiawan Listianto ini untuk menyuarakan keadilan, protes, dan hal bersifat sosial lainnya.
Puncaknya adalah saat dia mendirikan SWAMI bersama musisi lain, seperti Sawong Jabo. Karya mereka yang terkenal adalah lagu berjudul Bongkar dan Bento, yang memang ditujukan untuk pemerintahan Orde Baru kala itu.
Beside
Ada tragedi yang masih membekas bagi para musisi underground tanah air. Tragedi itu menimpa saat launching album dari band metalcore asal bandung, Beside. Launching yang seharusnya menyenangkan berubah menjadi duka akibat penumpukan massa di pintu masuk, dan mengakibatkan 11 nyawa melayang akibat susah napas.
Tragedi itu berbuntut pencekalan pada band-band undergorund di Bandung dan Jakarta. Ironisnya, Beside dianggap sebagai band pembawa maut. Sebuah beban bagi Beside, tentu saja. Bisa dibilang, sejak itu musik underground tanah air sempat mati suri, lantaran susahnya pihak polisi memberikan izin acara.
Elpamas
Lirik-lirik bertema kritik sosial yang diusung Elpamas membuat mereka harus berurusan dengan pemerintah. Terutama lirik Pak Tua yang masih dikenal oleh masyarakat hingga kini. Lagu yang diciptakan oleh Elpamas bersama Pitat Haeng ini menceritakan seorang penguasa yang sudah tua tapi belum mau pensiun.
Banyak yang mengira, lagu itu ditujukan kepada Soeharto yang kala itu menjabat sebagai presiden dengan periode sangat lama. Klip lagu itu dicekal TV, lantaran liriknya yang menyinggung. Pun begitu, album ini laris di pasaran.
Ratu
Meski terkenal dengan lagu pop yang jauh dari kritik mengkritik, namun Duo Ratu sempat dicekal oleh pemerintah Malaysia. Lagu Lelaki Buaya Darat, yang dinyanyikan oleh Maia dan Mulan, dicekal di Malaysia lantaran dianggap berkonotasi negatif.
Ratu sempat mengganti judul lagu tersebut, namun tidak sukses. Pun begitu, beberapa radio di Malaysia masih memutar lagu ini secara sembunyi-sembunyi.
Bimbo
Mungkin kita tak mengira jika Bimbo pernah berurusan dengan pemerintah karena lagunya. Selama ini, kita mengetahui karya Bimbo cukup manis, dan tak ada kritik sosial yang pedas di dalam lagunya.
Ternayata, lagu Bimbo yang berjudul Tante Sun pernah membuat pemerintah pada era 70-an merasa terhina. Mereka menuduh lagu ini sebagai sindiran terhadap istri pejabat.
Micky Jaguar
Pencekalan tak hanya dari lirik lagu, namun juga dari penampilan musisi saat di panggung. Sebuah momen yang masih melekat di benak pecinta musik rock, dan merupakan bagian dari sejarah rock Indonesia, adalah aksi panggung Micky Jaguar.
Vokalis band bernama Bentoel dari Malang ini menyuguhkan aksi panggung yang belum pernah ada di Indonesia. Dia menyembelih kelinci dan meminum darahnya di atas panggung. Aksi menyeramkan ini membuat penonton kaget, dan tak ayal polisi segera mengintogerasi pria asal Malang ini.
D'Lloyd
Pergantian pemerintahan dari Soekarno ke Soeharto ternyata tak menguntungkan bagi musisi saat itu. Kebebasan mereka untuk mengungkapkan lagu masih dibatasi. Grup band D'Lloyd pun pernah harus berhadapan dengan pihak berwajib terkait lagu-lagunya.
Lagu mereka, berjudul Hidup Di Bui, dianggap menggambarkan keadaan yang tak benar mengenai lembaga pemasyarakatan. D'Lloyd pun terus dipantau oleh polisi kala itu.
Koes Plus
Memainkan musik di akhir tahun 60-an adalah perbuatan makar terhadap negara. Pemerintahan Soekarno saat itu melarang budaya barat. Bahkan pria yang berambut gondrong dan berpenampilan ala hippies harus ditangkap dan diminta memotong rambutnya.
Di tengah masa sulit tersebut, sekelompok pemuda asal Tuban bernama Koes Plus memainkan musik pop dan rock n roll. Kenekatan itu membuat mereka ditangkap dan dituduh mewakili aliran politik kapitalis, dan dianggap meracuni pemuda dengan lagu-lagu yang mereka mainkan.
Baca juga: Ini 4 Artis Indonesia yang Terkenal Sering Gonta-ganti Pacar