Misteri Teotihuacan, Kota Zaman Kuno yang Mengerikan (Bagian 2)
https://www.naviri.org/2019/02/misteri-teotihuacan-kota-zaman-kuno-part-2.html
Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Misteri Teotihuacan, Kota Zaman Kuno yang Mengerikan - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.
Bisa dikatakan, orang dari seluruh Mesoamerika datang untuk hidup di kota piramida ini. Piramida-piramida diibaratkan sebagai pencakar langit yang mengisyaratkan kekuasaan dan dominasi.
Tafsiran arkeologis menyebutkan bahwa kemungkinan terbesar mengapa kota itu ditinggalkan adalah adanya penemuan-penemuan mengerikan di jantung setiap piramida. Nantinya, tulang-belulang yang berserakan di dalamnya akan menyibak sifat asli dari kota besar ini. Mungkin merupakan kunci mengapa kota yang begitu kuat dan mulia ini akan ditinggalkan oleh orang-orang yang membangunnya.
Jauh di dalam kota, terdapat bukti mengenai sisi lain Teotihuacan yang amat berbeda. Mungkin juga penuh kekerasan seperti Suku Maya atau Aztec, Teotihuacan juga punya masa lalu kelam dan berdarah.
Saburo Sugiyama, seorang arkeolog yang telah bertahun-tauhn meneliti Artefak di Teotihuacan, mendapatkan penemuan aneh, jauh di dalam Piramida Bulan. Tulang belulang manusia berserakan di tanah, dan tampaknya tempat tersebut bukan merupakan penguburan normal.
Kerangka-kerangka manusia itu terpenggal, lengan-lengan mereka diikat di punggung. Sesuatu yang keras, kelam dan mengerikan tentu pernah terjadi di sini. Ahli antropologi forensik, Michael Spence, yakin bahwa ia bisa tahu kisah sebenarnya orang-orang itu meninggal.
Kerangka-kerangka manusia itu dulunya adalah korban persembahan. Mereka mengorbankan orang-orang dengan mengikat, lalu memukulinya minimal dua kali. Untuk menjaga kemakmuran kota piramida, nyawa mereka dipersembahkan untuk para dewa.
Teotihuacan sebenarnya juga bukan kota yang damai dan harmonis, mata uangnya adalah darah manusia. Teotihuacan juga dikatakan sering berperang, dan mereka memuaskan dewa-dewa mereka dengan darah para tawanan perang.
Tapi entah kenapa, di puncak kejayaan dan pengaruhnya, ada yang tak beres. Darah saja tak cukup. Selama lebih dari 5 abad kota ini berkembang, lalu di sekitar abad 6 ia runtuh, dan pusat kota itu pun ditinggalkan.
Sangat sulit membayangkan kota ramai seperti New York, misalnya, secara mendadak ditinggalkan para penduduknya dalam waktu yang sangat cepat, begitu pula Teotihuacan.
Hilangnya para pembangun piramida ini adalah misteri besar yang bisa diselesaikan dengan petunjuk terkecil. Bukan dari piramidanya, tapi dari gigi yang dikumpulkan dari kuburan kuno, sebab gigi termasuk cara terbaik memahami kesehatan seseorang. Gigi yang kuat menandakan kesehatan yang bagus, namun gigi yang ditemukan di sini menunjukkan semuanya tidak baik.
Di tahun-tahun terakhir kemahsyuran kota itu, kesehatan penduduk tak sebaik sebelumnya. Akibat dari penurunan kesehatan ialah popularitas piramida itu sendiri. Terlalu banyak orang datang untuk hidup dalam bayang perlindungannya. Kota ini menjadi sekumpulan jalanan padat, rawan penyakit, dan bau buangan kotoran. Tak ada cukup makanan atau air minum, sehingga manusia tidak bisa hidup lama di Teotihuacan.
Piramia-piramida itu terlalu angkuh, sehingga tidak menyadari bahwa kota ini menuju titik kehancuran. Tumbuh perpecahan antara orang kaya dan miskin. Jalan utama kota saat itu menjadi wilayah terlarang bagi rakyat jelata.
Lalu ada bencana terakhir yang tak bisa dicegah, yaitu kekeringan. Kebutuhan akan hujan sangat mendesak, para pendeta bahkan membunuh bayi-bayi di kota itu, dengan harapan air mata bayi dapat mendatangkan hujan.
Para ilmuwan dulu percaya, saat runtuh dari dalam, kota itu juga diserang dan dimusnahkan oleh bangsa lain. Tapi tak ada bukti kekuasaan yang cukup besar di wilayah itu, yang menyerang dan mengalahkan kota selemah Teotihuacan. Teotihuacan pasti menghancurkan diri, lahir dari ketakutan akan gunung berapi, kota ini akan mati dalam api.
Hampir 15 abad kemudian, bukti masih terlihat di dinding piramida dan kuil, yaitu tanda-tanda pembakaran. Apinya begitu panas, hingga menghanguskan batu. Mungkin terjadi secara spontan pada suatu malam, saat ritual suci pengorbanan memohon hujan atau makanan.
Menurut suatu teori, warga kota bangkit memberontak, dan membakar lambang kejayaan mereka dulu. Dan mereka percaya, seluruh penderitaan mereka bersumber pada piramida-piramida yang terletak di kota mereka. Petunjuk menarik mendukung teori ini, yaitu bukti samar kerusakan akibat api di 2.000 kompleks apartemen di Teotihuacan.
Tapi teori lain jauh lebih aneh, dan bahkan lebih menakutkan. Para arkeologis mendapati bukti tumpukan kayu hangus di reruntuhan kuil. Ada sisa-sisa api unggun besar, dan bukan disebabkan oleh kekacauan, tapi sesuatu yang direncanakan. Pelakunya mungkin para pendeta yang melayani para dewa dan piramida. Mereka menganggap kejayaan Teotihuacan sudah berlalu, sehingga kediaman kekuasaan harus dibasmi.
Mereka membakar kuil yang ada di puncak piramida, dan menghancurkan pahatan dewa-dewa mereka. Para pendeta merusak ikatan suci antara kota dan kosmos selamanya. Bak gunung berapi membara, kuil di puncak piramida terbakar. Pesan terakhir bagi para dewa, Teotihuacan sudah mati. Seiring waktu berjalan, para penduduk dengan cepat pula meninggalkan kota besar yang telah sekarat tersebut.
Baca juga: Misteri di Balik Rahasia Mata Mona Lisa Akhirnya Terungkap