Misteri Perang Nuklir di Zaman Kuno Dalam Kisah Mahabharata
https://www.naviri.org/2019/02/misteri-perang-nuklir-di-zaman-kuno.html
Naviri Magazine - Perang Mahabharata pada masa India kuno kemungkinan besar merupakan perang berteknologi tinggi semacam perang nuklir. Bukti-bukti kerusakan akibat perang menunjukkan hal itu.
Mahabharata adalah sebuah wiracarita India kuno yang terkenal, berbahasa Sansekerta, yang melukiskan konflik keturunan Pandu dan Dritarastra dalam memperebutkan tahta kerajaan. Bersama dengan Ramayana, disebut sebagai 2 besar wiracarita India, yang ditulis pada tahun 1500 SM, dan hingga kini sudah lebih dari 3.500 tahun.
Fakta sejarah yang dicatat dalam buku tersebut, masanya juga lebih awal 2.000 tahun dibanding penyelesaian bukunya. Artinya, peristiwa yang dicatat dalam buku, kejadiannya hingga kini kira-kira telah lebih dari 5.000 tahun silam.
Buku itu mencatat kehidupan dua saudara sepupu, yakni Kurawa dan Pandawa, yang hidup di tepian sungai Gangga, serta dua kali perang hebat antara kerajaan Alengka dan Astina.
Namun, yang membuat orang tidak habis pikir, kenapa perang pada masa itu begitu dahsyat? Dengan menggunakan teknologi perang tradisional, tidak mungkin bisa memiliki kekuatan yang begitu besar. Spekulasi baru menyebutkan, perang yang dilukiskan tersebut kemungkinan semacam perang nuklir!
Perang pertama kali dalam buku dilukiskan seperti berikut:
Arjuna duduk dalam Weimana (sarana terbang yang mirip pesawat terbang) dan mendarat di tengah air, lalu meluncurkan Gendewa, senjata yang mirip rudal, yang dapat menimbulkan sekaligus melepaskan nyala api yang gencar di atas wilayah musuh, seperti hujan lebat yang kencang, mengepung musuh, dan kekuatannya sangat dahsyat.
Dalam sekejap, sebuah bayangan tebal terbentuk di atas wilayah Pandawa. Angkasa menjadi gelap gulita, semua kompas yang ada dalam kegelapan jadi tidak berfungsi, kemudian badai yang dahsyat mulai bertiup, disertai debu pasir, burung-burung bercicit panik... seolah langit runtuh, bumi merekah.
Matahari seolah bergoyang di angkasa, panas membara mengerikan yang dilepaskan senjata itu membuat bumi berguncang, gunung bergoyang. Di kawasan darat yang luas, binatang-binatang mati terbakar dan berubah bentuk, air sungai kering kerontang, ikan dan lainnya semua mati. Saat roket meledak, suaranya bagaikan halilintar, membuat prajurit musuh terbakar bagai batang pohon yang hangus.
Jika akibat yang ditimbulkan oleh senjata Arjuna bagaikan badai api, maka akibat serangan yang diciptakan oleh bangsa Alengka juga merupakan ledakan nuklir dan racun debu radioaktif.
Gambaran yang dilukiskan pada perang itu juga membuat orang bergidik dan merasa ngeri:
Pasukan Alengka menumpang kendaraan yang cepat, meluncurkan sebuah rudal yang ditujukan ke-3 kota musuh. Rudal itu seperti mempunyai kekuatan alam, terangnya seperti puluhan matahari, kembang api bertebaran naik ke angkasa.
Mayat yang terbakar, sehingga tidak bisa dibedakan, bulu rambut dan kuku rontok terkelupas, barang-barang porselen retak, burung terbakar gosong oleh suhu tinggi. Demi menghindari kematian, para prajurit terjun ke sungai bersama senjatanya.
Spekulasi perang Mahabharata sebagai perang nuklir diperkuat dengan adanya penemuan arkeologis. Para arkeolog menemukan puing-puing yang telah menjadi batu hangus di atas hulu sungai Gangga, yang terjadi pada perang seperti yang dilukiskan di atas.
Batu yang besar-besar pada reruntuhan itu dilekatkan jadi satu, permukaannya menonjol dan cekung tidak merata. Jika ingin melebur bebatuan tersebut, dibutuhkan suhu paling rendah 1.800 Celcius. Bara api yang biasa tidak mampu mencapai suhu seperti ini, hanya pada ledakan nuklir baru bisa mencapai suhu yang demikian.
Di hutan primitif di pedalaman India, orang-orang juga menemukan lebih banyak reruntuhan batu hangus. Tembok kota yang runtuh dikristalisasi, licin seperti kaca, lapisan luar perabot rumah tangga yang terbuat dari batuan di dalam bangunan juga telah dikristalisasi.
Selain di India, di Babilon kuno, gurun sahara, dan gurun Gobi di Mongolia, juga telah ditemukan reruntuhan perang nuklir prasejarah. Batu kaca pada reruntuhan semuanya persis dengan batu kaca pada kawasan percobaan nuklir saat ini.
Baca juga: Wow, Ilmuwan Menemukan Permainan Dadu Tertua di Dunia