Misteri Kapal Hantu Paling Aneh dan Mengerikan di Dunia
https://www.naviri.org/2019/02/misteri-kapal-hantu-paling-aneh.html
Naviri Magazine - Semua awak kapal tewas, dengan penyebab yang misterius. Mereka semua tewas dengan tubuh kaku, dan ekspresi mata melotot seperti ketakutan. Tidak ada satu pun yang hidup, bahkan anjing di kapal itu juga mati, dengan tubuh sama kaku dan mata melotot. Itulah pemandangan yang sempat terlihat di kapal SS Ourang Medan, yang kelak menjadi kapal hantu paling misterius di dunia.
S.S. Ourang Medan adalah kapal kargo Belanda, yang karam di perairan Selat Malaka, setelah seluruh krunya tewas tanpa diketahui akibatnya.
Referensi pertama mengenai insiden kapal ini adalah pada Proceedings of the Merchant Marine Council, pada Mei 1952. Catatan ini juga dipublikasi oleh United States Coast Guard, suatu lembaga resmi dengan kredibilitas tinggi.
Catatan mengenai insiden kapal ini telah muncul juga di berbagai buku dan majalah, terutama Forteana, sebuah majalah yang awalnya didirikan dan diterbitkan oleh Charles Hoy Fort (6Agustus 1874 – 3 Mei 1932).
Ia adalah penulis sekaligus peneliti asal Amerika, yang menulis tentang kejadian-kejadian anomali atau fenomena-fenomena aneh dan misterius, yang terkenal di zamannya. Bahkan majalah ini masih diterbitkan hingga kini.
Begitu juga dengan Vincent Hayes Gaddis, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Gaddis (28 Desember 1913 – 26 Februari 1997) juga ikut menulis kisah ini. Ia adalah penulis terkenal yang juga dari Amerika Serikat asal Ohio. Salah satu dari beberapa tulisannya yang sangat terkenal adalah tentang Segitiga Bermuda, yang ditulisnya pada tahun 1964.
Kebenaran peristiwa SS Ourang Medan masih belum diketahui dengan pasti, bahkan catatan mengenai pembangunan dan sejarah kapal juga belum diketahui. Lalu dari mana asal kapal ini?
Beberapa teori aneh bermunculan di kala belum ada jawaban logis berdasarkan keilmuan mengenai hal itu. Tapi peristiwa ini banyak diyakini orang, mungkin nyata dan benar adanya, karena telah dicatat dan ditulis dalam banyak laporan resmi.
Peristiwa
Dari dokumen dan catatan para saksi mata, peristiwa itu terjadi pada Juni 1947. Namun, menurut Gaddis, dan catatan lainnya, peristiwa itu terjadi pada Februari 1948.
Adanya ketidaksamaan waktu pada peristiwa ini disebabkan karena kebanyakan dari para saksi mata tak mencatat tepatnya kejadian tersebut, hingga beberapa tahun kemudian.
Semua ini terjadi karena banyak awak kapal setelah kejadian tersebut yang enggan untuk mengungkapkan kembali kisahnya kepada kerabat, karena takut dianggap “tak waras” pada masa itu.
Alkisah, ada dua kapal Amerika yang sedang berada di Selat Malaka, yaitu kapal City of Baltimore dan kapal Silver Star. Tiba-tiba, mereka mendapat pesan radio tentang keadaan darurat atau SOS, yang mengaku sebagai sebuah kapal kargo Belanda, bernama SS Ourang Medan.
Dari operator komunikasi melalui radio morse di kapal SS Ourang Medan, dilaporkan tentang kematian kapten kapal dan seluruh kru, bahkan pesan radio tersebut juga diterima beberapa kapal di sekitarnya.
Kebetulan, morse darurat itu juga ditangkap oleh kru kapal Silver Star, yang berada paling dekat dengan koordinatnya, dan akhir dari pesan morse operator SS Ourang Medan itu mengatakan. “Aku hampir mati…”
“All officers including captain are dead lying in chart-room and bridge. Possibly whole crew dead… I die…”
Akhirnya, kapal Silver Star, yang berada paling dekat dengan lokasi, langsung beralih halauan, dan berusaha menemukan koordinat agar dapat memberikan bantuan.
Setelah kapal Silver Star berhasil menemukan koordinat kapal SS Ourang Medan, mereka kemudian berusaha mendekati kapal itu, dan para kru Silver Star mulai meneropong dari kejauhan. Setelah berdampingan dengan kapal itu, para kru mulai meneriaki kapal Ourang Medan yang sudah terapung-apung tanpa kendali, di tengah ombak yang menerpa.
Cukup lama kru Silver Star berusaha mengadakan kontak melalui radio dan suara teriakan, bahkan klakson kapal, namun tak satu pun awak SS Ourang Medan yang merespons.
Kru Silver Star akhirnya membentuk tim kecil untuk usaha penyelamatan. Mereka lalu turun ke sekoci, dan mendekati kapal Ourang Medan yang terlihat sudah sunyi, dan mengapung tiada terkendali. Tak lama, para kru Silver Star sampai di dek kapal Ourang Medan.
Setelah mereka berhasil naik ke geladak kapal, ternyata kapal itu sudah penuh mayat-mayat kru kapal, yang semuanya mati kaku, mirip orang kedinginan, dengan mata terbuka seperti ketakutan! Bahkan termasuk seekor anjing juga terlihat tewas dengan keadaan sama, seperti kedinginan dan juga kaku dengan mata yang melotot.
Lalu para tim penyelamat berkeliling kapal, dan berusaha menemukan kru yang mungkin masih hidup.
Ketika mendekati mayat-mayat di ruang boiler, para kru Silver Star merasa menggigil kedinginan, padahal kapal sedang berada di perairan Indonesia, di wilayah Khatulistiwa, tepatnya di Selat Malaka dekat kota Medan, dengan suhu sekitar 110° Fahrenheit atau sekitar 43° Celcius!
Setelah tak berhasil menemukan satu pun kru kapal Ourang Medan yang masih hidup, tim penyelamat memutuskan untuk menarik kapal Ourang Medan ke pelabuhan.
Mereka mengikat seutas tambang besar di halauan kapal SS Ourang Medan, lalu disambungkan ke buritan kapal Silver Star melalui kru kapal lain yang berada di Silver Star, agar kapal hantu itu bisa ditarik ke pelabuhan terdekat.
Akhirnya, tim penyelamat berhasil mengikat kapal SS Ourang Medan ke kapal Silver Star, dan memulai berlayar kembali sambil melakukan penarikan ke pelabuhan. Namun terjadi keanehan lagi. Belum lagi mereka memulai pelayaran, tiba-tiba terlihat asap menggulung dari lambung kapal SS Ourang Medan.
Hanya dalam waktu sekejap, api tiba-tiba membesar tak terkira, dan terlihat dengan jelas api berasal dari bagian kargo kapal Ourang Medan.
Tim penyelamat tak dapat berbuat apa pun, mereka lari pontang-panting meninggalkan kapal yang sangat cepat terbakar itu, dan nyaris tidak punya waktu lagi untuk memotong tambang penarik kapal tersebut. Beberapa di antara tim penyelamat bahkan terjun langsung ke laut untuk menyelamatkan diri.
Setelah semua tim penyelamat berhasil masuk ke dalam sekoci, dan tali tambang yang menyambung ke SS Ourang Medan juga telah diputuskan, para kru penyelamat dan kapten kapal Silver Star sama-sama berusaha dengan cepat untuk menjauh dari kapal SS Ourang Medan yang sedang terbakar.
Semua itu dilakukan untuk mencegah hal-hal yang tak diinginkan, karena sudah merupakan prosedur di dunia pelayaran untuk selalu menjaga jarak aman terhadap kapal yang sedang terbakar.
Untung bagi semua kru Silver Star, kerena tiba-tiba terdengar dentuman sangat kencang, bersamaan dengan munculnya bola api yang sangat besar. SS Ourang Medan meledak dengan dahsyat! Meledak persis di depan mata puluhan kru kapal Silver Star!
Tak lama kemudian, kapal hantu tanpa awak yang telah tewas secara misterius dan mengenaskan itu akhirnya tenggelam, tertelan lautan di Selat Malaka yang berada di antara pulau Sumatera dan semenanjung Malaysia.
Semua kru dan tim kapal Silver Star selamat, baik yang ada di kapal Silver Star maupun yang berada di sekoci. Mereka semua terheran-heran tak percaya, begitu cepatnya api meluluh-lantakkan kapal itu, dan diakhiri dengan ledakan sangat hebat, dan kapal hantu itu karam di depan mata mereka.
Mereka tak dapat berucap untuk sesaat, hanya bisa bengong dengan mulut menganga, tak ada yang berbicara. Mereka merasa beruntung, masih sempat berlari, dan beberapa di antaranya bahkan terjun ke laut, lalu mendayung sekoci menjauhi kapal hantu itu. Tidak ada investigasi lebih lanjut atas peristiwa ini.
Kargo yang berbahaya
Bainton, seorang penyelidik di bidang pelayaran, dan beberapa orang lainnya, mengeluarkan hipotesis bahwa Ourang Medan mungkin terlibat dalam operasi penyelundupan bahan kimia, seperti potasium sianida dan nitrogliserin.
Menurut teori ini, air laut telah masuk ke palka kapal, dan kargo bereaksi dengan mengeluarkan gas beracun yang menyebabkan kru tewas keracunan. Selanjutnya, air laut bereaksi dengan nitrogliserin, menyebabkan kapal terbakar dan meledak.
Keracunan karbon monoksida
Gaddis mengeluarkan teori bahwa api atau malfungsi pada sistem uap di kapal itu yang menyebabkan kapal karam. Selanjutnya, karbon monoksida yang dikeluarkan menyebabkan seluruh kru tewas, dengan api pelan-pelan menjalar, menyebabkan hancurnya Ourang Medan.
Fenomena paranormal
Kisah ini muncul di berbagai majalah dan buku di Forteana, dimulai pada artikel di Fate Magazine tahun 1953. Penulis seperti Jessup memperkirakan bahwa kapal tersebut diserang oleh benda terbang (UFO) atau kekuatan paranormal sejenisnya.
Bukti yang dimasukan oleh sumber tersebut adalah ketiadaan penyebab alami kematian, ekspresi ketakutan pada wajah mayat, dan rumor bahwa mayat tersebut menunjuk musuh yang tidak diketahui.
Keraguan
Beberapa penulis menyatakan keraguannya, karena ketidakmampuan mereka untuk menemukan kapal ini pada Lloyd’s Shipping Register. Selain itu, tidak ada catatan registrasi untuk kapal bernama Ourang Medan, termasuk di Belanda.
Anehnya, pencarian catatan resmi, dokumen dan sejarah mengenai kapal tersebut, oleh banyak peneliti, hingga detik ini juga belum membuahkan hasil, dan peristiwa misterius ini masih menggantung hingga kini.
Maka, hal tersebut membuat peristiwa ini menimbulkan lebih banyak pertanyaaan daripada jawaban. Apakah kapal SS Ourang Medan benar-benar nyata? Apakah kapal itu berasal dari masa lalu sebelum laporan ini dibuat? Ataukah itu kapal hantu? Atau kapal dari “dimensi lain”?
Kurangnya informasi mengenai kapal SS Ourang Medan menumbuhkan kecurigaan mengenai kebenaran peristiwa tersebut. Akibatnya, hal ini menyebabkan adanya beberapa teori dan kesimpulan-kesimpulan yang simpang-siur. Namun, karena banyaknya saksi yang melihat, maka banyak juga orang yang tetap percaya, dan menganggap bahwa peristiwa ini benar-benar terjadi.
Baca juga: Benarkah Tsunami di Aceh Disebabkan Bom Nuklir Amerika?