Mengenang Masa-masa Keemasan Sumatera Barat (Bagian 2)
https://www.naviri.org/2019/02/masa-keemasan-sumatera-page-2.html
Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Mengenang Masa-masa Keemasan Sumatera Barat - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.
Sungai Pinang
Nagari Sungai Pinang berada 79 kilometer dari Painan, ibu kota Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat. Di kampung sederhana dan tenang ini, pukat ikan merupakan mata pencaharian utama untuk membiayai kehidupan mereka sehari-hari. Bahkan mereka membiayai pembangunan kampung dari hasil menangkap ikan tersebut.
Pukat adalah cara tradisional menangkap ikan. Awalnya, satu ujung tali pukat diikat di daratan. Lalu kapal berlayar ke tengah laut menebar pukat, membentuk setengah lingkaran. Lalu ujung pukat yang ada di kapal dibawa ke laut. Setelah dua ujung ada di darat, pukat ditarik secara bersamaan.
Hasil pukat tentu saja beragam setiap harinya. Rusman, orang yang dituakan di Sungai Pinang, mengatakan hasil pukat bisa bernilai Rp 10 juta, yang jika dibagikan ke dua puluh penarik pukat mencapai Rp 500 ribu.
“Tapi seringkali mendapatkan hasil untuk lima ribu rupiah per orang saja tidak dapat, kami syukuri,” kata Rusman.
Tambang Emas Salido
Pak Paraf adalah seorang penambang emas dari Desa Tambang Nagari Salido, Kota Painan, Kabupaten Pesisir Selatan. Pak Paraf tidak sendiri. Dia bersama empat temannya yang lain. Membuat lubang di salah satu bagian di Bukit Salido. Mereka mengambil batu dari perut bukit tanpa perlindungan sama sekali. Hanya kayu-kayu dijadikan penopang di bibir lubang.
Batu-batu yang berurat emas kemudian dikumpulkan dalam karung. Menjelang sore, karung diangkut ke rumah mereka di lereng bukit. Hampir setiap rumah di Desa Tambang memiliki alat pengolahan emas.
Paraf menceritakan cara mengolah batu-batu tersebut menjadi emas. Yakni dengan mengamplas batu yang berurat emas, dan memisahkannya dengan air raksa. Kemudian melewati proses pemasakan seperti direbus dan dibakar.
“Bisa satu sampai dua gram hasilanya. Dikumpulkan dulu baru dibawa ke Padang untuk dijual,” katanya.
Aktivitas penambangan konvensional ini berlangsung hingga sekarang. Sebagai sumber mata pencaharian dan penopang hidup masyarakat di Desa Tambang.
Wisata air dan udara
Mana yang Anda suka? Hopping Island atau terbang melayang dengan paralayang? Penyuka suasana pantai, lengkap dengan biru langit, biru air dan pasir putih, silakan mampir ke Kawasan Wisata Mandeh.
Disebut sebagai kawasan wisata karena salah satu kampung yang terkenal di kawasan ini adalah kampung Mandeh. Terletak di Teluk Carocok Tarusan, teluk ini memiliki lanskap yang menawan, airnya tenang dan pantainya landai.
Gugusan pulau yang tersebar kian mempercantik kawasan teluk. Pulau-pulau kecil itu di antaranya Pulau Traju, Pulau Setan Besar, Pulau Saronjong Besar, dan Pulau Saronjong Kecil. Dan saat ini yang menjadi primadona adalah Pulau Cubadak. Pulau dengan sistem ecoresort ini dikelola oleh warga negara Italia. Paduan ketenangan dan keindahan menjadikan pulau ini magnet pesisir selatan Sumatera Barat.
Sementara untuk penyuka olahraga pemacu adrenalin seperti paralayang, silakan mampir ke Bukit Langkisau. Terletak di Nagari Salido, bukit dengan ketinggian 400 meter di atas permukaan laut ini masuk dalam wilayah Kota Painan, Ibu Kota Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat.
Jika Bukit Langkisau menjadi titik start Paralayang, maka titik mendaratnya adalah Pantai Salido yang berpasir putih keemasan.
Bukit yang menjadi sunset point favorit bagi para wisatawan ini juga merupakan tempat berlatih para anggota Langkisau Paralayang berlatih.
Baca juga: Kisah Menakjubkan Petualangan Marco Polo di Tiongkok Kuno