Kisah dan Mitos di Balik Logo Apple yang Terkenal (Bagian 2)
https://www.naviri.org/2019/02/logo-apple-part-2.html
Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Sejarah, Asal Usul, dan Misteri Harta Karun Bung Karno - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.
Makna di balik warna pelangi itu, Jobs ingin semua orang di Apple “berpikir beda.”
Apple menyiapkan logo itu untuk peluncuran produk komputer Apple II pada April 1977. Logo kemudian menghiasi semua produk Apple, dan dipromosikan lewat iklan di media massa.
Mantan eksekutif Apple, Jean-Louis Gassee, yang juga pendiri Be Operating System (BeOS), mengatakan bahwa logo Apple adalah misteri baginya.
“Salah satu misteri yang mendalam untuk saya adalah logo kami. Simbol nafsu dan pengetahuan, menggigit, semua disilangkan dengan warna pelangi dalam urutan yang salah. Anda tidak bisa memimpikan sebuah logo yang lebih tepat; nafsu, pengetahuan, harapan, dan anarki.”
Selama bertahun-tahun, logo Apple telah mengilhami banyak mitos urban tentang makna dan penciptaannya. Bahkan, mitos di balik logo Apple diabadikan dalam berbagai literatur, termasuk buku tentang desain grafis, hingga artikel di internet.
Berdasarkan sejumlah analisa, warna-warni pada logo Apple mencerminkan budaya hippie pada 1960-an, yang kala itu sedang digandrungi.
Warna-warni pada logo itu juga disebut simbol Bendera Pelangi yang mencerminkan keragaman komunitas LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transeksual). Bahkan, ada pula yang mengatakan warna-warni itu merupakan penghormatan untuk Alan Turing, seorang ilmuwan matematika dan komputer asal Inggris, yang ditangkap dan diadili karena tindak pidana homoseksualitas. Pada masa itu, homoseksulitas dianggap mengancam keamanan. Turing lalu bunuh diri pada 1954.
Untungnya, Janoff yang kini masih sehat walafiat dan masih bekerja untuk perusahaan di Chicago, mau memberi jawaban lengkap tentang analisa logo Apple dan mitos yang dikaitkan kepadanya.
Dalam wawancara dengan CreativeBits pada 2009, Janoff melontarkan alasan mengapa dipilih warna pelangi pada logo. Warna-warni itu merepresentasikan Apple II yang merupakan komputer pribadi atau komputer rumah pertama yang bisa mereproduksi gambar pada monitor berwarna.
“Jadi, itu adalah warna bar di layar. Juga, itu usaha untuk membuat logo yang bisa diterima semua orang, terutama generasi muda, sehingga Steve bisa membawa mereka ke sekolah-sekolah,” ucap Janoff.
Selain itu, ada pula yang mengatakan, gigitan di apel menggambarkan kisah di kitab suci, tentang Adam dan Hawa yang menggigit buah terlarang. Inilah yang disebut Jean-Louis sebagai simbol “nafsu.”
Janoff tidak heran dengan segala mitos itu, karena semua telah ia dengar sejak lama. Tetapi, dengan tegas ia membantah segala mitos tersebut. Menurutnya, gigitan itu diaplikasikan agar desain buah apel yang sederhana benar-benar terlihat seperti buah apel, dan bukan buah ceri.
“Aku akan memberi tahu. Aku mendesainnya dengan gigitan untuk skala (pembeda), sehingga orang yang melihatnya mendapatkan maksud bahwa itu adalah apel, bukan ceri,” kata Janoff kepada CreativeBits.
Logo Apple versi pelangi bertahan selama 22 tahun, dari 1977 hingga 1998. Perusahaan mengganti warna logo setelah Steve Jobs kembali ke Apple, ketika perusahaan berada dalam krisis keuangan. Sejak saat itu, mitos tentang warna-warna pada logo Apple pun hilang.
Ikonik
Kendati mengalami perubahan warna, namun bentuk dasar logo Apple tidak berubah. Warna pada logo Apple akan terus mendefinisikan produk-produk Apple di masa depan.
Janoff menilai perubahan warna pada logo Apple terlihat baik dari masa ke masa. Setiap warna dan garis memenuhi tujuan dan sesuai dengan kondisi saat itu. Ia percaya Jobs sangat sadar akan desain, dan Apple memiliki tim desain grafis serta desain industri yang kuat.
“Bentuk apelnya berubah sedikit dari desain asli saya di awal 1980-an. Perusahaan desain Landor & Associates yang membuat perubahan itu. Mereka pakai warna cerah, mereka membuat bentuk yang lebih simetris, jauh lebih geometris,” kata Janoff.
Di industri teknologi, Janoff juga pernah mengerjakan desain untuk IBM dan Intel.
Janoff sendiri menyukai karakter desain logo yang sederhana, contonya desain logo Volkswagen, NBC, dan FedEx. Ia menyukai logo yang ada hubungannya antara ruang positif dan negatif, di mana akan ada sesuatu yang terungkap di sana.
“Logo biasanya harus ditafsirkan dari hal yang sangat-sangat kecil, hingga yang sangat-sangat besar, dan itu tidak selalu mudah. Jadi, saya pikir kesederhanaan dan mudah dibaca adalah kunci,” terangnya.
Terlepas dari mitos-mitos yang beredar tentang logo Apple, desain Apple karya Janoff diakui sebagai salah satu logo perusahaan paling ikonik di dunia, abadi, dan terbukti bertahan hingga puluhan tahun.
Logo Apple sangat mudah ditafsirkan. Inilah alasan mengapa Apple tak pernah menaruh keterangan nama perusahaan di sekitar logonya. Janoff berhasil memberi identitas untuk Apple, yang sederhana, tapi kuat, sesuai keinginan Jobs.
Baca juga: Sekarang, Apple Bukan Lagi Merek Paling Mahal di Dunia