Kisah Bocah 12 Tahun yang Jualan Cilok untuk Menghidupi Keluarga
https://www.naviri.org/2019/02/kisah-bocah-12-tahun-jualan-cilok.html
Naviri Magazine - Walau masih kecil dan tinggal tanpa orangtua, bocah berusia 12 tahun ini tetap semangat menjalani hari-harinya. Dia adalah Muhammad Saputra, yang sempat menjadi perhatian masyarakat karena di usianya yang masih anak-anak harus banting tulang untuk bertahan hidup.
Putra, panggilannya, tinggal di Jalan Cikini Dalam, Juramangu Barat, Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan, bersama 3 saudaranya. Jika biasanya bocah seusianya sibuk bermain, Putra sudah mencari nafkah.
Setiap hari, ia berkeliling berjualan cilok menggunakan sepedanya. Putra berjualan cilok setiap sore hari, seusai pulang dari sekolah.
"Jualan setiap hari, sore (setelah) pulang sekolah," katanya.
Pernah diusir hingga diserempet mobil
Putra memang sudah tak memiliki dua orang tua, tapi ia tak pantang menyerah untuk menghidupi dirinya dan keluarga. Walaupun menemukan banyak rintangan, bocah ini tetap terus berjualan.
Putra juga sering mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan saat berjualan cilok. Pasalnya, bocah ini kerap diusir pedagang cilok lain, karena dianggap mengambil wilayah jualannya.
Tidak hanya itu, bocah ini juga pernah diserempet mobil. Tapi bukannya minta maaf, ia malah disuruh ganti rugi dan membayar uang kepada sang pemilik mobil.
"Diomelin suruh ganti rugi, tapi ada yang belain juga. Kalau disuruh ganti rugi, mah, nanti uang cilok habis semua," ceritanya lugu.
Bayar kontrakan dan kebutuhan sehari-hari
Bocah 12 tahun ini tinggal di rumah kontrakan kayu berukuran kurang lebih 3x5 meter. Ia tinggal di rumah tersebut bersama 3 saudaranya. Kakak Putra, Siti Juleha (17), dan 2 adiknya yang masih TK, serta yang baru berumur 10 bulan.
Uang hasil jualan cilok digunakan untuk membeli susu dan popok buat sang adik, serta membiayai sekolahnya. Sekaligus untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Dalam sehari, Putra bisa menjual sampai 250 tusuk yang dihargai Rp 2.000 per tusuknya. Ia juga mengaku, kadang ada orang yang merasa iba, sehingga saat membeli ciloknya, Putra sering mendapat uang lebih.
"Ada lumayan dikasih buat jajan Rp 20.000, Rp 30.000," ujarnya.
Dibantu tetangga untuk membuat cilok
Karena kasihan dengan nasib bocah berusia 12 tahun ini, salah satu tetangganya yang bernama Ratini membantu Putra untuk membuat cilok. Biasanya, ia yang membuatkan, kemudian Putra yang menjualnya.
"Putra yang jualin, saya yang bikinin doang. Kasihan, enggak ada yang bantuin," ungkap Ratini.
Putra punya cita-cita bisa beli rumah dari jualan ciloknya. Ratini juga ingin nantinya Putra menjadi orang sukses, bisa membantu keluarga dan adik-adiknya.
"Semoga jadi orang sukses, sudah berjuang berat begini, enggak ada emaknya enggak ada bapaknya, kasihan," pungkas Ratini.
Baca juga: Kisah Anak yang Menuntut Orang Tua karena Telah Melahirkannya