Kejanggalan dan Misteri di Balik Ledakan WTC di Amerika (Bagian 2)
https://www.naviri.org/2019/02/kejanggalan-wtc-part-2.html
Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Kejanggalan dan Misteri di Balik Ledakan WTC di Amerika - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.
Profesor Steven E. Jones, dari Brigham Young University, Utah, yang melakukan penelitian dari sudut teori fisika, mengatakan bahwa kehancuran dahsyat seperti yang dialami Twin Tower serta gedung WTC hanya mungkin terjadi karena bom-bom yang sudah dipasang pada bangunan-bangunan tersebut.
Teori fisika Jones tersebut tentu sangat bertentangan dengan hasil penelitian FEMA, NIST, dan 9-11 Commision, bahwa penyebab utama keruntuhan gedung-gedung tersebut adalah api akibat terjangan pesawat dengan bahan bakar penuh.
Dalam kertas kerjanya, berjudul “Why Indeed Did the WTC Buildings Collapse?” dan dipublikasikan harian Deseret Morning News yang terbit di Salt Lake City, ilmuwan dari Departerment of Physic and Astronomy Brigham Young University itu menguraikan secara ilmiah penyebab sesungguhnya kehancuran tersebut.
Pihak Brigham Young University sendiri sebelumnya mengatakan bahwa isi kertas kerja tersebut sepenuhnya tanggung jawab penulis, bukan pandangan pihak universitas.
“Saya mengimbau dilakukan suatu investigasi secara serius atas hipotesa bahwa gedung WTC 7 dan Menara Kembar WTC runtuh bukan hanya oleh benturan (pesawat) dan kebakaran, tapi juga karena bahan peledak yang sudah ditempatkan sebelumnya,” kata Jones.
Detik-detik keruntuhan Menara Kembar WTC, dan juga gedung WTC 7 di dekatnya, disaksikan jutaan pasang mata, baik secara langsung maupun melalui siaran live televisi di seluruh dunia.
Jones sendiri dalam kertas kerjanya tidak menyorot soal politik dan aksi terorisme, tapi ia memfokuskan pada teori fisika atas keruntuhan gedung-gedung tersebut. Ia tidak mau berspekulasi mengenai bagaimana bom itu dipasang, dan siapa yang melakukannya.
Bukan hanya api
Dalam paper yang dipublikasikan oleh situs harian Deseret Morning News yang terbit di Salt Lake City, Jones memberi keyakinan bahwa tidak mungkin hanya api yang memporakporandakan gedung berkonstruksi baja tersebut.
Menurut teori Prof Jones, simetrikal dan cepatnya keruntuhan gedung-gedung tersebut membuktikan bawa penjelasan resmi FEMA, NIST, dan 9-11 Commission, yang kini sudah jadi pegangan publik, pada umumnya adalah salah.
“Fakta sebenarnya, tampaknya ada bahan peledak yang sudah ditempatkan sebelumnya pada tiga gedung di Ground Zero itu,” ujar ilmuwan yang mengambil spesialisasi metal-catalysed fussion, archaeometeri dan solar enegy tersebut.
Sebelum dan sesudah peristiwa WTC, belum pernah ada gedung berkerangka baja yang hancur total karena kebakaran. Namun bahan peledak dapat dengan efektif memotong tiang-tiang baja,” katanya.
Gedung WTC 7, yang tidak ditabrak pesawat, runtuh pada petang hari 11 September 2001 dalam waktu 6,6 detik atau hanya 0,6 detik lebih lama dari perjalanan jatuhnya sebuah benda dari puncak gedung 47 lantai itu ke tanah.
“Dimana faktor kelambatan yang harus terjadi karena kekekalan gaya gerak, yang merupakan hukum dasar fisika?” katanya.
Dengan demikian, muncul hipotesa penghancuran lewat ledakan, termasuk pada bagian bawah dan tiang-tiang baja penyangga, sehingga jatuhnya mendekati kecepatan benda jatuh bebas.
Puing-puing bekas gedung itu memperkuat dugaan kehancuran akibat ledakan, karena sebagian besar materi gedung menjadi seperti bubuk. “Bagaimana kita bisa yakin pada kejanggalan ini selain kerena bahan peledak?” katanya.
Lelehan logam yang ditemukan di reruntuhan WTC bisa sebagai akibat suatu reaksi suhu tinggi dari bahan ledakan yang biasa digunakan, seperti thermite. Gedung yang jatuh bukan oleh ledakan tidak cukup punya energi langsung untuk mengakibatkan lelehan metal dalam jumlah besar.
Argumentasi lainnya, untuk menguapkan struktur baja penyangga diperlukan api dengan temperatur mendekati 5.000 derajat Fahrenheit, sementara barang-barang kantor dan minyak disel yang terbakar tidak bisa mencapai suhu sepanas itu.
Api yang disebabkan oleh bahan bakar jet dari pesawat tersebut paling lama hanya beberapa menit, dan selanjutnya api dari materi kantor akan membakar ke mana-mana dalam 20 menit.
Pendapat Jones yang kontroversial ini juga menarik perhatian jaringan televisi MSNBC, yang lalu mengundangnya untuk menjadi pembicara dalam suatu wawancara yang dipandu Tucker Carlson.
“Yang saya lakukan adalah menghadirkan bukti, ini suatu hipotesa yang harus diuji. Ada perbedaan besar dengan yang sudah disimpulkan, dan saya hanya ingin mengklarifikasi,” kata Jones dalam wawancara tersebut.
Wawancara dalam program “The Situation” MSNBC itu hanya berlangsung enam menit, sehingga tidak banyak waktu untuk Jones menjelaskan lebih jauh mengenai teorinya.
Carlson mengaku bahwa ia banyak mendapat respons dari pemirsa mengenai acara tersebut, yang umumnya memuji keberaniannya menghadirkan Jones dalam program itu.
Ada juga pemirsa, melalui e-mail, yang memprotes karena sempitnya waktu yang disediakan untuk Jones menjelaskan soal konspirasi.
Meskipun memakai dasar-dasar ilmu alam, pandangan Jones memang merupakan hal yang sangat sensitif, karena bisa berpengaruh pada hal-hal lainnya di balik tragedi yang menewaskan ribuan jiwa tersebut. Jones juga mempublikasikan teorinya itu dalam bentuk buku, berjudul “The Hidden History of 9/11?.
Terakhir, Osama bin Laden, tersangka dalang tragedi 11 September, menegaskan ”Saya telah katakan, saya tidak terlibat dalam 11 September”.
Karenanya, menjadi penting upaya untuk menyingkap misteri Tragedi WTC meskipun telah lama berlalu. Dari keempat hal penting di atas, dapat disimpulkan perang melawan terorisme yang diprakarsai pemerintahan Bush perlu dikaji ulang, termasuk upaya mengungkap pelaku peledakan Menara Kembar WTC yang sesungguhnya.
Baca juga: Ini Sumber Kekhawatiran Masyarakat di Berbagai Belahan Dunia