Misteri Kapal dan Banjir Besar di Zaman Nabi Nuh (Bagian 3)
https://www.naviri.org/2019/02/kapal-nuh-part-3.html
Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Misteri Kapal dan Banjir Besar di Zaman Nabi Nuh - Bagian 2). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.
Bertahun-tahun, ahli purbakala mencari petunjuk mengenai bencana banjir besar di Timur Tengah, sesuatu yang bisa menegaskan catatan kitab suci mengenai kejadian tentang Nuh dan bahteranya. Dan selama bertahun-tahun, hasilnya nihil. Lalu di tahun 1920-an, ahli purbakala bernama Leonard Woolley menemukan lapisan tebal endapan lumpur saat menggali kota kuno Ur, yang berlokasi di Irak.
Ia mengira, di sinilah petunjuk sebenarnya mengenai banjir global itu muncul. Namun hasilnya, tidak. Salah satu situs purbakala yang digali Woolley, ternyata hanya terjadi banjir lokal/setempat, bukan merupakan banjir global. Tapi cukup drastis, hingga ada puing sedalam 90 cm yang menyapu kota itu.
Lalu, di tahun 1996, dua geolog bekerja di lepas pantai Turki, di salah satu perairan yang dianggap paling misterius di dunia. Suatu wilayah laut asin besar, selebar 1.200 km dari timur ke barat, yang disebut Black Sea/Laut Hitam.
Bill Ryan dan Walter Pitman tengah memetakan topografi bawah airnya, dan mereka melihat sesuatu yang menarik. Suatu pantai, jauh di bawah permukaan. Ini menunjukkan bahwa ketinggian air di masa lalu jauh lebih rendah.
Mereka menemukan sejumlah pantai, karena saat air menyusut akibat penguapan di kondisi zaman es yang sangat gersang meninggalkan garis pantai tua yang mirip noda-noda bak mandi di kedalaman 90-110 meter. Dan garis pantai terdalam yang ditemukan adalah sedalam 156 meter. Contoh isi dari dasar lautnya menunjukkan bahwa pada suatu waktu, dulunya Laut Hitam merupakan danau air tawar, dan contoh inti juga menunjukkan perubahan mendadak dari remis air tawar menjadi remis laut.
Pengujian menghasilkan bahwa semua moluska laut tampaknya muncul di semua kedalaman laut hitam pada saat yang bersamaan, 7.600 tahun yang lalu. Jadi, sesuatu yang luar biasa pernah terjadi disini.
Ya, sesuatu yang luar biasa itu adalah banjir dengan skala besar, dan sangat mungkin terjadi akibat... global warming/pemanasan global.
Di akhir zaman es, jutaan ton air terkurung di es kutub. Tapi sungai es mundur dan es kutub meleleh, permukaan laut naik, termasuk laut Mediterania. Air yang naik mencari tempat tujuan, dan menemukan sisi lain dari tanah genting tipis di suatu lahan, dimana danau air tawar besar menanti di daratan rendah.
Hal ini berarti satu hal, yaitu hukum gravitasi akan mengambil alih. Air dari Mediterania mulai membuat saluran melalui Bosporus, mencari tempat yang lebih rendah. Begitu air saluran dibuat, air yang tertahan di Mediterania menerobos masuk, menyapu semua di jalurnya. Saluran yang terjadi perlahan-lahan kian dalam, dan makin cepat alirannya, diperkirakan butuh 30-90 hari untuk membuat jurang air penuh.
Pertanyaannya, apa ada yang melihat peristiwa penghancur bumi itu?
Menurut ahli purbakala Fred Hiebert, jawabannya ada. Sepuluh ribu tahun yang lalu, saat Bosporus belum ada dan Laut Hitam masih merupakan danau air tawar, permukaannya jauh lebih rendah dibanding sekarang. Itu berarti area luas sekelilingnya adalah daratan kering. Area yang sangat bagus untuk dihuni pemburu atau petani purba.
Masyarakat Neolitikum pasti mengalami sesuatu yang nyaris tak dapat mereka pahami. Sebuah laut berpindah ke laut lain, melalui celah selebar beberapa mil, ini peristiwa yang sungguh menakutkan. Mereka pasti mendengar suara gemuruh itu, dan tanah sangat mungkin bergetar hebat. Mungkin mereka merasakannya sejauh 100-200 km, sejumlah energi yang sangat besar dan luar biasa.
Air menggelora melalui Bosporus dengan kecepatan 96 km/jam dan melepas volume air 200 kali lipat dari air terjun Niagara. Siapa pun yang tinggal dalam beberapa mil dari Bosporus pasti tersapu, sedangkan mereka yang tinggal lebih jauh akan melihat dunia mereka diubah oleh aliran air yang seolah-olah tak ada akhir.
Jika tinggal di lembah sungai, orang pasti masuk jauh ke darat dari beberapa ratus meter, sampai satu kilometer tiap harinya. Terus berlanjut, tiap hari lebih jauh ke darat, di depan air bah ini. Jika dugaan Pitman benar, hampir 5.000 tahun berlalu antara masa air bah itu terjadi dan masa kenangan lama itu ditulis.
Jelas ada banjir buruk yang menutupi semuanya, dan di mana saja. Dan itu mungkin menjadi penyebab munculnya legenda air bah. Peristiwa bencana seperti itu pasti terkesan meliputi seluruh dunia, karena mungkin orang membawa serta ceritanya saat bermigrasi.
Dan mungkin cerita-cerita itu menjadi legenda air bah Mesopotamia, lalu kisah epik Gilgamesh dan kisah Nabi Nuh. Pastilah banjir yang amat besar, bukan yang menutupi seluruh bumi, tetapi menutupi sebagian besar daratan yang saat itu mereka ketahui.
Akhir kata, semua teori yang diuraikan di atas merupakan teori-teori dari beberapa ilmuwan yang mencoba menguak misteri bagaimana banjir Nabi Nuh terjadi. Mungkin teori-teori di atas sama sekali tidak ada yang dapat mewakili kejadian sebenarnya di masa silam. Sebab kita manusia, hanya mampu mengajukan beberapa teori untuk mewakili penggambaran dari musibah-musibah besar itu terjadi.
Walau demikian, kita tidak perlu menjadi ragu. Sebab, firman Tuhan yang tertulis dalam kitab suci adalah benar. Mari kita jadikan peristiwa-peristiwa mengerikan itu sebagai penggambaran mengenai murka Tuhan yang dahsyat dan nyata, yang menimpa nenek moyang kita di masa silam.
Murka Allah yang ditujukan bagi para manusia yang tidak mau patuh dan melalaikan perintah-Nya. Sebagai tambahan untuk mempertebal fondasi keimanan kita.
Baca juga: Ini 3 Golongan Orang yang Kelak Masuk Neraka Pertama Kali