Misteri Kapal dan Banjir Besar di Zaman Nabi Nuh (Bagian 1)
https://www.naviri.org/2019/02/kapal-nuh-part-1.html
Naviri Magazine - Kisah banjir besar di zaman Nabi Nuh dipercaya oleh agama-agama, karena bahkan tertulis di dalam kitab suci, khususnya Al-Quran dan Bible. Kisah mengenai banjir besar itu pertama kali muncul di Timur Tengah, kawasan yang melahirkan agama Yahudi, Kristiani, dan Islam.
Banyak yang tahu kisah ini dari kecil, kisah tentang murka Allah yang memutuskan membuat air bah besar yang akan menyapu semuanya. Kecuali satu keluarga yang dilihat Allah melakukan hal-hal baik, yaitu keluarga Nuh/Noah. Tapi seserius apa kita bisa menerima kisah Nuh dan bahteranya? Apakah benar-benar terjadi seperti kata kitab suci?
Sebagian orang modern merasa ragu bahwa ada air bah dan sebuah bahtera. Orang yang meragukannya, umumnya melihat dari tidak adanya bukti/petunjuk geologi mengenai pernah terjadinya musibah air bah yang bersifat global di masa silam. Jika demikian, bisakah kisah Nuh, bahtera, dan air bah, diterima secara harfiah?
Pertama kita mulai dengan usia orang-orang yang terlibat. Nabi Nuh, misalnya, beliau berusia 500 tahun saat mendapat peringatan itu. Dan hal itu menjadi masalah bagi banyak pembaca modern.
Usia orang-orang saat meninggal, yang disebutkan dalam catatan Qur'an dan Bible, adalah masalah yang tak biasa, karena bukan itu yang terjadi sekarang. Tapi bukannya tak bisa dipecahkan. Mungkin saat diciptakan, manusia dimaksudkan untuk hidup lama. Tapi perubahan lingkungan terjadi, dan mendadak orang mulai hidup lebih singkat.
Tafsiran harfiah waktu dalam kitab suci memiliki sejumlah akibat menarik. Di antaranya adalah memberi dasar untuk menghitung waktu penciptaan dan waktu untuk air bah zaman Nuh. Pembuat perhitungan itu adalah seorang Uskup Irlandia abad ke-17, James Ussher.
Ia memperkirakan dunia diciptakan sekitar tahun 4000 SM. Memakai tanggal penciptaan, Ussher lalu menghitung tahun air bah. Kejadiannya tahun 2348 SM. Menurut perhitungan kasarnya, sekitar 100 tahun sebelum itu, Nuh menerima perintah Tuhan tentang cara ia dan keluarganya selamat dari air bah tersebut.
Allah menyuruh Nuh membangun kapal yang sangat besar, sebuah bahtera. Dan perintah-Nya cukup terperinci. "Bahtera itu 300 hasta panjangnya, 50 hasta lebarnya, 30 hasta tingginya."
Hasta adalah sepanjang lengan manusia dari siku ke ujung jari, atau 45 cm. Jika dimensi bahtera itu benar, berarti ini adalah kapal kayu terbesar dalam sejarah dunia, keajaiban asli buatan manusia. Beberapa orang yakin kapal itu masih ada di suatu tempat, menunggu untuk ditemukan.
Sekitar 100 tahun terakhir, pemburu bahtera Nuh pergi ke Timur Tengah dan mendaki beragam gunung, mencari puncak tempat bahtera itu terletak. Kitab suci tidak menunjukkan di mana bahtera itu terdampar, kita hanya berspekulasi bahwa bahtera itu mendarat di atas pegunungan Ararat. Ararat adalah suatu wilayah kerajaan kuno bernama Uratu. Gunung Ararat merupakan puncak tertinggi yang terletak di Turki timur.
Jadi, bagaimana dengan badai dan air bah yang disebutkan dalam kitab suci? Adakah petunjuk yang bisa menegaskan catatan di dalamnya?
Beberapa orang menganggap ada petunjuk mengenai air bah yang mendunia/global. Dari semua bencana alam yang menimpa orang zaman prasejarah, bencana air bah tampaknya paling meninggalkan kesan terbesar. Semua budaya di seluruh dunia memiliki mitos banjir besar. Mungkin ini satu-satunya mitos dunia sebenarnya yang kita miliki, dan mitos itu tersebar merata di Timur Tengah.
Ada satu cerita yang sangat serupa dengan catatan tentang Nuh. Epik Gilgamesh adalah cerita dari Mesopotamia, berasal dari sekitar tahun 2700 SM, millenium ketiga. Di tempat yang kini disebut sebagai Irak Modern, dulu dikisahkan ada seseorang, satu bahtera, beberapa burung, dan banyak binatang. Ada keluarga kandung dan seluruh umat manusia dibasmi, kecuali satu orang ini, kapalnya, dan semua di dalamnya.
Perbedaan utama antara kedua cerita ini adalah; jika di dalam kitab suci menekankan dimensi moral. Yaitu manusia dihukum atas dosa mereka.
Mungkinkah kedua cerita ini muncul dari peristiwa yang sama? Ada cukup persamaan antara cerita di Alkitab tentang bahtera Nuh, dan cerita mengenai epik kepahlawanan Gilgamesh. Tak diragukan lagi, keduanya berkaitan dan pusat kedua cerita itu ialah air bah.
Di dalam kitab suci, Nuh, keluarganya, dan para hewan, mengunci diri di dalam bahtera, dan menanti badai yang dijanjikan itu datang. Mereka tak menunggu lama. Setelah tujuh hari, datanglah air bah meliputi bumi. Hujan lebat meliputi bumi 40 hari dan 40 malam lamanya.
Alkitab menceritakan airnya naik setinggi 15 hasta, sekitar 6,6 meter. Air itu terus meninggi hingga menutupi seluruh daratan, bahkan gunung-gunung tertinggi. Selama 150 hari, bahtera itu mengarungi air.
Selama bertahun-tahun, banyak teori dikemukakan oleh para penganut penciptaan untuk menjelaskan bagaimana sebenarnya air bah Nuh itu terjadi. Menurut suatu teori, pada awal-awal penciptaan, saat Allah menciptakan langit dan memisahkan laut dari daratan, sebagian air terperangkap di bawah lapisan bumi. Di bawah tekanan, air itu ahirnya menyembur keluar.
Semburan panas meletus bersamaan di seluruh bumi, dan menimbulkan air bah. Namun teori ini tidak dianggap serius oleh para geolog. Sebab, jika semua sumber air panas bawah tanah menyembur keluar, tidak akan pernah masuk akal untuk menghasilkan air sebanyak itu.
Teori populer lainnya diajukan tahun 1960-an oleh Henry Morris dan Jhon Whitchomb. Mereka yakin, sebelum air bah datang, ada tudung uap di atas atmosfer. Air bah dibawa saat tudung uap air ini, entah bagaimana, runtuh melalui mekanisme yang tak diketahui.
Menurut para penganut penciptaan, tudung uap air ini memberi sumber paling tidak separuh dari keseluruhan air yang dibutuhkan untuk menghasilkan air bah tersebut. Tapi, ada sejumlah masalah dengan teori tersebut, terutama tekanan besar dari atmosfer yang sangat lembap.
Teori lainnya tentang dari mana air bah itu berasal, dikembangkan oleh Bruce Masse, seorang ahli purbakala yang bekerja di Laboratorium Los Almost di New Mexico. Menurutnya, air bah itu disebabkan oleh sesuatu dari luar angkasa.
Ia mengatakan telah menemukan petunjuknya dalam mitos di seluruh dunia, termasuk di daerah asalnya sendiri. Orang Amerika asli pada umumnya memiliki legenda mengenai banjir besar, tiap kelompok suku memiliki legenda banjir terpisahnya sendiri. Kelompok-kelompok itu menurunkan sejarahnya secara lisan, namun unsur-unsur juga bertahan dalam seni mereka.
Pictograph atau seni batu, misalnya, banyak yang menceritakan suatu kisah mengenai kehidupan mereka di masa silam. Ini bukan hanya merupakan gambar yang sama sekali tak berarti, namun justru sebaliknya.
Masse khususnya tertarik pada suatu lambang yang umumnya ditemukan di seluruh wilayah Amerika Utara dan Selatan. Banyak kebudayaan Indian yang terkait dengan legenda air bah, biasanya dikaitkan dengan ular air, atau ular dengan hiasan bulu di kepalanya.
Baca lanjutannya: Misteri Kapal dan Banjir Besar di Zaman Nabi Nuh (Bagian 2)