Kisah James Frankel, Profesor Yahudi yang Masuk Islam
https://www.naviri.org/2019/02/james-frankel-profesor-yahudi.html
Naviri Magazine - Ketika James Frankel memberitahu ibunya bahwa ia sudah mausk Islam, reaksi ibunya sungguh kuat sekali. Dia menangis dan memandang suaminya (ayah James), seolah-olahnya bertanya, “Apa salah kita? Mengapa hal ini bisa terjadi?”
Sementara ayah James tampak lebih santai. Dia mungkin berpikir, “Anak saya seorang komunis ketika berusia 13 tahun. Dia menjadi pengikut Skinhead ketika berusia 16 tahun. Dia melewati berbagai fase dalam kehidupannya, mungkin jadi muslim juga hanya merupakan sebuah fase”.
James menegaskan bahwa pendapat ayahnya salah. Bagi James, yang merupakan seorang profesor Yahudi, masuk Islam bukan sebuah fase. Ibunya, yang tampak menyadari bahwa James serius, merasa takut dan menyesal. Jadilah tahun-tahun pertama itu James masuk Islam sebagai tantangan besar baginya.
James terus berusaha untuk berkomunikasi dengan kedua orang tuanya. “Alhamdulillah, mereka dapat memahami saya, dan sabar dalam hal ini. Pada mulanya memang ibu saya merasa bimbang. Dia takut saya berubah menjadi monster. Saya berusaha membuktikan kepadanya bahwa setelah memeluk Islam, saya menjadi pelajar yang lebih baik, dan anak yang lebih baik. Saya bukan seorang yang nakal sebelum Islam,” papar James.
James merasa, Islam telah menjadikannya sebagai orang yang lebih baik.
“Setiap orang punya jalan sendiri. Bagaimana mereka sampai ke sana, dan ketika mereka memeluk Islam, setiap orang punya cara yang berbeda. Bagi saya, Islam banyak berkaitan dengan pembelajaran dan pengetahuan,” ujar James. “Tujuan hidup yang utama dalam Islam ialah untuk memperoleh pengetahuan; pengetahuan tentang diri kita, tentang dunia kita, tentang alam raya, dan pengetahuan hubungan akrab kita dengan Allah.”
James berpendapat bahwa ia tidak akan menjadi seorang profesor andai ia bukan seorang muslim.
“Saya bukan mengatakan bahwa setiap orang mesti menjadi profesor. Tetapi bagi saya, menjadi profesor merupakan perjalanan pembelajaran dan pengajaran yang panjang. Di perjalanan tersebut, saya memperolehi kehormatan dan apresiasi dari agama lain yang dulunya saya tidak terpikir bisa dicapai jika saya tidak memeluk Islam,” demikian papar James.
Perlu waktu 20 tahun bagi James untuk menjadi seorang muslim. Nasihatnya kepada muslim baru atau mungkin mereka yang telah menganut Islam adalah bersabar dan melihat apa yang dikaruniakan Allah; bukan dengan takut, tetapi dengan cinta dan harapan.
Baca juga: Kisah Benito Mussolini, Diktator yang Menyebabkan Perang Dunia