Fakta di Balik Grup Idol Korea, dari Pelatihan Sampai Kompetisi
https://www.naviri.org/2019/02/fakta-di-balik-grup-idol-korea.html
Naviri Magazine - Grup-grup idol Korea Selatan tidak muncul begitu saja. Mereka muncul dan dikenal dunia setelah melewati masa-masa pelatihan yang lama, berat, dan berbiaya mahal. Karenanya, ketika masa pelatihan mereka akhirnya selesai, dan terbentuk grup idol baru, mereka pun menunjukkan kemampuan yang luar biasa.
Grup-grup idola yang ditelurkan dari mekanisme pelatihan akan menandatangani kontrak lebih dari dua tahun. Banyak agensi menerapkan kontrak berat dan memeras tenaga artisnya karena merasa harus balik modal. Di sisi lain, banyak artis memilih mundur dari grup dan bersolo karier setelah mencapai puncak kesuksesan, sehingga grup yang ditinggalkan turun popularitasnya.
Grup yang dibangun dari kompetisi adalah solusi menghindari masalah tersebut. Dengan masa kontrak singkat, para anggota jadi tidak terikat satu sama lain. Setelah akhir masa kontrak, atau ketika mereka gagal di pasaran, setiap anggota bebas memilih karier di bidang lain.
Anggota Wanna One contohnya. Mereka kembali ke agensi asal, bersolo karier, bermain drama, atau kembali menjalani pelatihan dan debut dengan grup lain.
“Tapi tetap saja, pada kasus I.O.I, mereka lebih populer ketika tampil dalam kelompok ketimbang solo,” tambah Billboard.
Di balik kesuksesan stasiun televisi mengorbitkan grup idola baru, muncul sejumlah protes dari para pelaku industri musik Korea. Masih dilaporkan oleh Billboard, Federasi Manajemen Korea, Asosiasi Industri Konten Musik Korea, dan Asosiasi Produsen Hiburan Korea, merasa senasib. Mereka khawatir apabila acara kompetisi serupa terus dijalankan dan menjadi tren, agensi semakin sulit mendapat calon bintang berbakat.
“Kami cuma diberi sedikit ruang, kondisi ini mengarah ke praktik monopoli bakat oleh acara kompetisi,” ujar Chang Dong-woo, perwakilan dari ketiga asosiasi tersebut.
Kompetisi menyanyi memang bukan hal baru di Korea, bahkan cikal bakal grup idola di Korea, Seo Taiji and Boys pun terlahir dari kompetisi. Hanya saja, kompetisi di era lalu memfasilitasi kontestannya untuk mendapat kontrak dengan agensi tertentu.
Sekarang, stasiun televisi menggeser model bisnis mereka sekaligus menjadi produser dengan dengan membikin acara seperti Produce 101 dan The Unit. Mereka dengan mudah memperoleh bakat-bakat baru tanpa mengeluarkan banyak uang, tapi mendapat imbal balik besar.
Dari Wanna One saja, CJ E&M, label yang mengoperasikan Mnet (stasiun televisi), mendapat 25 persen laba dari aktivitas grup. Jumlah setara diperoleh YMC Entertainment, label yang dibuat khusus untuk mengelola aktivitas grup hingga kontrak berakhir.
Sisa laba sebanyak 50 persen dibagi rata dengan 11 anggota beserta agensi asal, tiap anggota dan agensi asal hanya mendapat 4,5 persen dari hasil keringat mereka. Kompetisi ini, jika tidak diatur mekanismenya, bisa menjadi bentuk baru dari kontrak budak bisnis musik Korea.
Baca juga: Jalan Panjang dan Proses Berat Menjadi Idol di Korea Selatan