Misteri Bencana Banjir Dahsyat yang Terjadi Ribuan Tahun Lalu
https://www.naviri.org/2019/02/bencana-banjir-dahsyat.html
Naviri Magazine - Sumeria adalah bangsa kuno di kawasan Timur Tengah pada 3500 Sebelum Masehi, yang sekarang masuk kawasan Irak. Dari daerah gurun pasir Irak masa kini, tergali pelat lumpur sfenogram (tulisan paku) yang cukup besar, di mana tercatat legenda atau mitologi Mesopotamia. Disebutkan, pada zaman dahulu bumi pernah mengalami banjir besar yang menggemparkan.
Di atas pelat lumpur terdapat catatan yang menakjubkan: Pada masa yang lama, 4 dewa bersama-sama menguasai bumi; dewa langit, dewa pelindung, dewi perang dan damai, serta dewa air. Di antara mereka, dewa air paling memperhatikan manusia, dan menjadi dewa pelindung manusia.
Pada masa itu, penduduk bumi sudah padat, manusia terus berkembang biak, seluruh dunia dipenuhi suara keras, hingga gaduhnya membuat dewa langit tidak bisa tidur. Dewa pelindung mendengar suara ribut manusia, lalu berkata pada semua dewa, "Hiruk-pikuk manusia benar-benar memekakkan telinga, gaduhnya membuat kita tidak bisa tenang." Lalu, semua dewa memutuskan memusnahkan manusia.
Dewa air merasa kasihan pada manusia. Dia lalu ke istana Raja, berdiri di luar tembok, berkata pada raja di istana bahwa dunia manusia akan segera mengalami bencana besar, harus segera membuat kapal, untuk melindungi keluarga.
"Bongkar rumahmu, buat sebuah kapal, buang semua harta kekayaan, segeralah menyelamatkan diri! Jangan merasa berat meninggalkan semua harta benda, menyelamatkan diri lebih penting. Dengarkan baik-baik, buatlah kapal dengan ukuran panjang dan lebar seimbang. Simpan semua bibit makhluk hidup di dunia ke dalam kapal."
Raja tidak berani menentang, dan segera mulai membuat kapal. Dia memindahkan semua harta ke dalam kapal, serta menyimpan semua bibit makhluk hidup ke dalam kabin. Setelah sekeluarga masuk kapal, baru memasukkan sapi, kuda, dan binatang lainnya, serta tukang dari berbagai macam keahlian ke dalam kapal.
Hari itu bencana akhirnya tiba. Begitu fajar menyingsing, muncul gumpalan awan hitam di langit, dewa topan mencambuk, mengeluarkan ledakan halilintar, siang hari berubah menjadi malam. Itu berlangsung selama 6 hari 6 malam, badai dan banjir bergemuruh dahsyat bersamaan, dan banjir menenggelamkan dunia.
Hari ke-7 dini hari, badai mulai reda, permukaan laut berangsur-angsur tenang kembali, banjir mulai surut. Manusia di atas bumi semuanya terkubur di air. Yang tampak di bumi hanyalah air yang sangat luas, di dalam air berdiri tegak sebuah gunung. Kapal hanyut ke sana, dan kandas di gunung.
Raja menambatkan kapalnya erat-erat di atas gunung pada hari ke-7 subuh. Raja membuka sangkar burung dan melepaskan seekor merpati. Hewan itu berputar sejenak di atas permukaan air, tidak menemukan dahan kayu yang bisa digunakan untuk bertengger, dan terbang kembali ke atas kapal.
Raja lalu mengeluarkan seekor walet. Hewan itu juga tidak menemukan tempat untuk berpijak, dan kembali lagi. Raja mengeluarkan lagi seekor gagak. Hewan itu melihat banjir sudah surut, dan terbang gembira hingga keempat penjuru, mencari makanan, dan dalam sekejap sudah hilang.
Tahun 1992, arkeolog Inggris, Sir Rondenna Woolly, mengadakan penggalian terhadap kawasan gurun pasir Mesopotamia, antara Boswana dan Irak, dan hasilnya menemukan bekas peninggalan negeri kuno Sumeria, dan menemukan makam keturunan raja kota tersebut.
Di bawah lubang lurus kuburan itu, Woolly dan para asistennya menemukan lapisan onggokan tanah liat bersih, yang tebalnya 2 meter lebih. Dari manakah lapisan tanah liat bersih yang tebal itu?
Penelitian dan analisa terhadap tanah liat menunjukkan bahwa lapisan tanah liat yang bersih itu lumpur setelah endapan banjir. Dari situ dapat ditarik kesimpulan: Sebelum manusia menggunakan pelat lumpur pencatat sejarah, di kawasan tersebut pernah terjadi banjir dahsyat, yang menghancurkan peradaban Sumeria, bahkan segenap peradaban manusia.
Yang membuat orang terguncang adalah catatan-catatan itu bukan hanya terdapat di catatan kuno Sumeria. Dalam pelat lumpur lainnya, yang tergali di Irak, juga terdapat kisah serupa, bahkan di antaranya ada sejumlah pelat lumpur yang masa sejarahnya hampir 5.000 tahun.
Bencana di negeri lain
Dalam legenda India, bencana air bah juga pernah terjadi. Diceritakan, seorang biksu pertapa bernama Mo Nu sedang mandi di sungai Gangga, saat tanpa sengaja telah menyelamatkan seekor ikan. Sang ikan memberitahu kepadanya, dalam musim panas tahun ini air bah akan menggenangi, dan akan memusnahkan semua makhluk hidup. Ia mengingatkan supaya sang pertapa bersiap diri.
Ketika air bah meluap, sang ikan menarik kapal pertapa itu ke tempat yang aman. Setelah itu, anak cucu sang pertapa bertambah banyak, dan menjadi nenek moyang orang India, sementara kitab Mo Nu juga diwariskan turun temurun.
Legenda bangsa Babilonia juga menceritakan: Dewa sangat murka pada manusia, lalu memutuskan mengirim air bah untuk memusnahkan manusia. Sebelumnya, dewa pernah berpesan pada seorang kakek di muara sungai untuk memilih sebuah kapal, mempersiapkan segala sesuatunya, kemudian turunlah hujan lebat selama 7 hari.
Di antara lebih dari 130 suku Indian benua Amerika, tidak ada satu suku pun yang tidak menjadikan air bah sebagai tema legenda. Dalam dokumen kuno Meksiko, digambarkan, "Langit mendekati bumi, dalam satu hari semua manusia musnah, gunung juga tenggelam di tengah-tengah banjir."
Catatan dalam kitab suci bangsa Maya juga menyebutkan, "Ini adalah bencana dahsyat yang memusnahkan makhluk hidup, sebuah bencana banjir, orang-orang mati tenggelam di tengah hujan lebat yang turun dari langit".
Begitu pula dalam budaya penduduk asli di kepulauan Polinesia Oseania, juga terdapat legenda tentang air bah. Bahkan berbagai macam ingatan, di mana air mendadak naik dari samudera.
Ahli etnologi Inggris pernah menunjukkan bahwa di antara 130 lebih suku Indian di Amerika Utara, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan, pasti terdapat legenda tentang banjir besar sebagai tema.
Melalui catatan di seluruh dunia, kita dapat memastikan bahwa manusia pada zaman dulu pernah mengalami sebuah bencana banjir yang mematikan. Bangsa yang bermukim berpencaran di setiap negeri. Meskipun telah mengalami waktu yang sangat lama, tetap menyimpan ingatan sama, dan hal ini tidak mungkin merupakan sekadar legenda yang dibuat sekehendak hati.
Baca juga: Misteri Rama Bridge, Jembatan Kuno Berusia 1 Juta Tahun Lebih