Bagaimana Adolf Hitler Menjadi Politisi dan Menguasai Jerman
https://www.naviri.org/2019/02/bagaimana-adolf-hitler-menjadi-politisi.html
Naviri Magazine - Hitler adalah diktator besar yang pernah dicatat sejarah dunia, di samping Stalin, Mussolini, ataupun Genghis Khan. Ada sisi gelap dan ada pula pelajaran darinya.
Adolf Hitler dilahirkan di Austria, 20 April 1889, dari keluarga biasa. Ayahnya, Alois Hitler, adalah seorang pegawai negri sipil biasa. Ibunya, Clara, adalah seorang ibu rumah tangga. Dalam pendidikan, Hitler memasuki Sekolah Menengah Kejuruan di Steyr, yang tak sampai ia tamatkan.
Pada tahun 1907, ia mengikuti pendidikan sebagai pelukis di sebuah Akademi Kesenian, namun lagi-lagi tidak berhasil menyelesaikannya, yang menyebabkan ia tidak memiliki pekerjaan hingga mendaftarkan diri sebagai pengangguran kepada negara.
Hitler tinggal di sebuah kota di mana ide rasialis anti Yahudi bertebaran, sehingga membentuk pola pemikirannya menjadi seorang anti semit (anti Yahudi).
Menuju karir politik
Perjalanan karirnya sebagai politikus dimulai tahun 1913, saat ia mendaftarkan diri ke militer sebagai tentara pada Resimen Infanteri cadangan Bayern. Hingga akhir November 1918, ia menderita luka dan trauma karena serangan gas di Lazarret, yang membuatnya dipulangkan dari dinas militer.
Sesampainya di Muenchen, kala itu situasi politik sedang bergolak karena perekonomian Jerman menurun. Atasannya menyuruh Hitler menjadi "mata-mata" dalam sebuah forum diskusi. Oleh atasannya, Hitler hanya disuruh menguping pembicaraan dalam diskusi tanpa menyampaikan sepatah kata pun.
Namun, kala melaksanakan tugas tersebut, Hitler tak dapat menahan diri untuk menyampaikan pendapatnya mengenai sesuatu yang disebut "nasionalisme".
Awalnya, suara Hitler hanya sayup. Ia sedang belajar menyampaikan pemikirannya, dan mempengaruhi pemikiran pendengarnya. Di pertemuan berikutnya, suaranya mulai lebih lantang, jelas, dan memberi pengaruh besar kepada pendengar di forum tersebut.
Kemampuan orasinya kemudian makin menakjubkan dan sangat mempengaruhi. Hitler tahu bagaimana cara berbicara yang mampu menyulut semangat. Dalam waktu singkat, namanya menjadi pembicaraan di tiap sudut kota.
Pendengarnya bertambah banyak. Dari rasa penasaran dan pergunjingan dari mulut ke mulut yang mengatakan adanya seorang "pembicara" di sebuah forum diskusi, Hitler mulai merekrut pengikut. Kalangan komunis mencoba menghentikan popularitas Hitler, begitu pun para jurnalis. Namun, dari waktu ke waktu, namanya kian besar seiring semakin besarnya jumlah pengikut.
Dengan modal itu, Hitler mulai menapakkan kakinya di pentas politik Jerman. Melalui pengikutnya, ia mulai mendekati tokoh penting dalam percaturan politik Jerman kala itu, Jenderal Erich Ludendorff. Ia berhasil mempengaruhi sang Jendral, sehingga mau mendukungnya dalam pergerakan politik.
Pemerintah pusat mencium pergerakan Hitler, dan segera berusaha memadamkannya. Bersama para pengikutnya, Hitler berbaris menghadapi para tentara bersenjata. Hitler dan kaki tangannya ditangkap, lalu diadili dalam pengadilan rakyat di Muenchen, 26 Februari 1924, sebagai pengkhianat negara. Para jurnalis dan penentang pergerakan Hitler menduga ini akhir perjalanan karir Hitler.
Ternyata tidak. Hitler mempergunakan peradilan itu sebagai ladang penyampaian pemikiran nasionalisnya, sehingga menambah jumlah pengikutnya. Ia menyampaikan propaganda bahwa dirinya mengaku sebagai pengkhianat negara, tetapi ada yang lebih pengkhianat dari dirinya. Yaitu pemerintah pusat yang tidak memperhatikan kesejahteraan rakyat, dan membiarkan martabat bangsa Jerman rendah di banding kaum Yahudi.
Propagandanya berhasil. Bahkan hakim pengadilan pun terpengaruh, sehingga hanya memberikan hukuman penjara beberapa bulan.
Di dalam penjara, Hitler memperoleh pelayanan istimewa dari sipir penjara, yang ternyata bersimpati dengan pergerakannya. Ia diberi ruangan seperti kantor, lengkap dengan seorang sekretaris kepercayaan. Di dalam penjara itulah ia menulis buku "Mein Kampf". Sebuah buku yang berisi pemikiran politiknya.
Dalam penyusunan buku tersebut, ia dibantu seorang penerbit buku terkenal di Muenchen. Hitler merevisi beberapa hal mengenai keluarganya, agar mampu menaikkan popularitas. Semisal mengenai pekerjaan ayahnya sebagai pegawai negri sipil, ia selipkan kata "terhormat", sehingga menjadi pegawai negri sipil terhormat. Ia pun memilih foto mana yang akan ia taruh di bukunya. Foto yang mengikuti gaya diktator Italia, Mussolini, ia pilih.
Pada 27 Februari 1925, ia mendirikan partai NSDAP, yang kemudian menjadi salah satu partai yang diperhitungkan dalam kancah politik Jerman kala itu.
Tahun 1934, Hitler mulai berkuasa dan menjadi diktator. Yang ia lakukan pertama kali tentunya menyingkirkan lawan-lawan politiknya, dan membungkam serta mengatur media massa. Para jurnalis yang menentangnya ditangkapi, lalu dibunuh dalam sebuah kamp.
Demikianlah secuplik perjalanan karir politik Hitler, dari seniman gagal, menjadi politikus.
Baca juga: Vladimir Lenin, Tokoh Soviet Paling Berpengaruh di Dunia