Aura dan Misteri Tubuh Halus yang Menyelimuti Tubuh Kita
https://www.naviri.org/2019/02/aura-dan-misteri-tubuh-halus.html
Naviri Magazine - Dalam literatur kesehatan seperti yoga, prana, autohipnotis, meditasi, dan sebagainya, dikenal bahwa manusia selain mempunyai fisik yang bisa dilihat dan diraba juga mempunyai tubuh halus yang hanya bisa dilihat oleh orang-orang yang berbakat kewaskitaan, yaitu orang yang extrasensory perception (ESP)-nya berkembang dengan baik, karena tubuh halus itu berbentuk energi sinar yang tak terlihat mata biasa.
Mata hanya mampu melihat warna pelangi, yaitu dari ungu sampai merah. Sedangkan badan halus berada di bawah warna merah, termasuk far infra red ray (FIR) dengan panjang gelombang sekitar 12-6 mikron, frekuensi 60-120 Hz, dan orang awam mengenalnya dengan sebutkan aura. Yaitu sinar elektromagnetik dari tubuh.
Sinar elektromagnetik yang memancar dari tubuh seseorang berbentuk elips, mengelilingi tubuh fisik, kualitas warna dan kepadatannya mengindikasikan kesehatan dan karakter seseorang.
Untuk mengetahui apa warna sinar elektromagnetik yang dikenal sebagai aura, kini orang tidak perlu menunggu sampai mempunyai kemampuan ESP yang dikenal juga dengan istilah "mata ketiga". Di Jakarta sudah ada mesin foto aura generasi akhir, yang disebut Aura Video Station.
Di situ kita bisa melihat secara langsung di layar monitor, energi sinar elektromagnetik atau aura itu bergerak membentuk selubung dari tubuh fisik sesuai dengan tingkatan kesehatan dan emosi seseorang yang diproyeksikan dengan warna. Warna anak indigo sementara ini, berdasarkan fakta yang terkumpul, umumnya berwarna biru sampai violet, sebagai dominasi dari aktifnya cakra keenam, yang juga disebut cakra "mata ketiga".
Berikut ini kita akan melihat apa itu cakra, dan dari mana kaitan warna itu dengan intuisi tajam yang menjadikan seseorang berpredikat indigo dengan ketajaman intuisinya.
Di tubuh halus manusia yang disebut juga tubuh bioplasmik, diketahui punya pintu-pintu energi. Kesehatan pintu-pintu energi itulah yang mendasari energi elektromagnetik (aura) seseorang, dan warna yang tertangkap sebagai pancaran sinar elektromagnetik itu adalah hasil dominasi keaktifan pintu-pintu energi tersebut. Pintu-pintu energi itu disebut cakra, diambil dari bahasa Sansekerta yang berarti roda yang berputar.
Dalam literatur Yoga, dikenal tubuh bioplasmik seseorang punya pintu-pintu energi yang berjumlah sekitar 360, dan terdiri dari pintu-pintu besar, sedang, dan kecil.
Tetapi yang sangat berperan menghasilkan warna aura adalah pintu-pintu besar, dan dikenal dengan sebutan cakra-cakra utama yang berjumlah tujuh, dan punya nama dan warna tertentu, serta memberi intensitas energi sendiri-sendiri pada tiap wilayah kesehatan organ dari tubuh fisik itu sendiri. Berikut penjabarannya:
1. Cakra dasar warna energi merah, bertanggung jawab untuk kesehatan tulang dan otot di tubuh fisik, dan memberi energi pada semangat hidup seseorang.
2. Cakra kedua warna energi oranye, bertanggung jawab untuk kesehatan organ-organ reproduksi, dan memberi energi pada kemampuan berinteraksi dengan sesama.
3. Cakra ketiga warna energi kuning, bertanggung jawab untuk kesehatan organ-organ reproduksi, dan memberi energi pada ambisi seseorang, baik positif maupun negatif.
4. Cakra keempat warna energi hijau, bertanggung jawab pada semua organ yang berada dalam rongga dada, dan memberi energi pada timbang rasa perasaan seseorang.
5. Cakra kelima warna energi biru, bertanggung jawab pada organ dalam rongga leher termasuk telinga, hidung, dan tenggorokan (THT), dan memberi energi pada kemampuan seseorang dalam berinteraksi dan berkomunikasi, juga berkreativitas halus seperti melukis dan menulis.
6. Cakra keenam warna energi indigo, bertanggung jawab pada seluruh organ dalam rongga kepala, termasuk pancaindera, dan memberi energi pada kepekaan intuisi dan ketajaman perasaan (felling) untuk hal-hal abstrak, seperti berpikir cepat.
7. Cakra ketujuh warna energi violet, bertanggung jawab pada semua organ di kepala, khususnya otak, dan memberi energi pada sikap seseorang berhubungan dengan keilahian.
Baca juga: Kapan Seorang Manusia Mencapai Puncak Kecerdasannya?