Kisah Anak yang Menuntut Orang Tua karena Telah Melahirkannya
https://www.naviri.org/2019/02/anak-yang-menuntut-orang-tua.html
Naviri Magazine - Seorang pria India berumur 27 tahun berencana menuntut orang tuanya, karena melahirkannya tanpa seizin dirinya.
Pengusaha Mumbai, Raphael Samuel, mengatakan bahwa suatu kesalahan untuk melahirkan anak ke dunia, karena mereka kemudian harus menghadapi penderitaan seumur hidup.
Samuel tentu memahami bahwa kita tidak bisa memberikan izin dari dalam kandungan, tetapi dia menegaskan bahwa "bukan keputusan kita untuk dilahirkan". Jadi, karena kita tidak diminta dilahirkan, kita seharusnya dibayar sepanjang hidup, katanya.
Tuntutan seperti itu berpotensi menimbulkan perpecahan keluarga, tetapi Samuel mengaku hubungannya dengan orang tuanya sangat baik. Kedua orang tuanya adalah pengacara, dan tampak menanggapi rencana tuntutan dengan humor.
Dalam pernyataannya, sang ibu, Kavita Karnad Samuel, memaparkan reaksinya terhadap "pergolakan yang ditimbulkan oleh putra saya".
"Saya harus mengakui keberanian putra saya yang ingin membawa orang tuanya ke pengadilan, dengan penuh pemahaman kami berdua adalah pengacara. Dan jika Raphael muncul dengan penjelasan rasional tentang bagaimana kami bisa meminta persetujuannya sebelum dilahirkan, saya akan menerima kesalahan saya," jelasnya.
Keyakinan Samuel berasal dari apa yang dinamakan antinatalism, sebuah filosofi yang memandang kehidupan penuh masalah, sehingga manusia seharusnya segera berhenti melahirkan.
Ini, katanya, secara bertahap akan membinasakan manusia dari Bumi, dan ini juga akan sangat baik bagi planet.
"Kemanusiaan tidak berguna. Begitu banyak orang menderita. Jika manusia punah, Bumi dan binatang akan lebih bahagia. Mereka sudah pasti akan berada dalam keadaan yang lebih baik. Juga tidak akan ada manusia yang menderita. Keberadaan manusia sama sekali tidak ada gunanya."
Setahun lalu, dia membuat laman Facebook, Nihilanand, yang memperlihatikan foto-fotonya dengan jenggot palsu lebat, topeng mata, dan pesan antinatalis seperti; "Bukankah memaksa seorang anak ada di dunia ini dan memaksanya berkarier, suatu bentuk penculikan dan perbudakan?" Atau, "Orang tua memiliki Anda, dan bukannya mainan atau seekor anjing, Anda tidak berutang apapun kepada mereka, Anda adalah sarana hiburan mereka."
Samuel ingat pertama kali dirinya mempunyai pikiran antinatalis ketika berumur lima tahun.
"Saya seorang anak biasa. Suatu hari saya sangat frustrasi, dan saya tidak ingin ke sekolah tetapi orang tua saya terus memaksa. Jadi saya menanyakan mereka: 'Mengapa Anda memiliki saya?' Dan ayah saya tidak bisa menjawab. Saya pikir kalau saja dia mampu menjawab, kemungkinan saya tidak akan berpikir seperti ini."
Sementara pemikiran ini berkembang dan terbentuk dalam pikirannya, dia memutuskan untuk memberi tahu orang tuanya.
Samuel mengatakan reaksi ibunya "sangat baik", dan ayahnya juga "semakin memahami pemikiran ini".
"Ibu mengatakan dia berharap telah bertemu saya sebelum saya dilahirkan, dan jika saja itu terjadi, dirinya sudah pasti tidak akan melahirkan saya," katanya tertawa, dan menambahkan dia dapat memahami jalan pikirannya.
"Dia mengatakan kepada saya bahwa dirinya sangat muda ketika melahirkan saya, dan dia tidak mengetahui apakah terdapat pilihan lain. Tetapi itulah yang saya coba katakan; semua orang memiliki pilihan."
Lewat sebuah pernyataan, ibunya, Kavita Karnad Samuel, mengatakan tidaklah adil memusatkan perhatian pada "sebagian dari apa yang dia yakini".
"Keyakinannya pada natalisme, kekhawatirannya membebani sumber daya Bumi disebabkan kehidupan tanpa arah, kepekaan terhadap rasa sakit yang dialami anak tanpa persetujuan mereka saat menjadi besar, dan banyak sekali hal yang terlupakan.
"Saya sangat bahagia anak laki-laki saya tumbuh menjadi seorang pria muda tanpa rasa takut dan berpikiran mandiri. Dia sudah pasti akan menemukan jalan mencapai kebahagiaan."
Samuel mengatakan, keputusan menuntut orang tuanya di pengadilan hanya berdasarkan keyakinannya bahwa dunia akan lebih baik jika tidak terdapat manusia di dalamnya.
Karena itulah, enam bulan lalu, saat makan pagi, dia mengatakan kepada ibunya bahwa dirinya akan menuntut. "Dia mengatakan itu tidak apa-apa, tetapi jangan berharap saya akan memperlakukan Anda dengan halus. Saya akan menghancurkan Anda di pengadilan."
Samuel sekarang sedang mencari seorang pengacara yang bersedia menangani kasusnya. Sampai sejauh ini, dia belum berhasil. "Saya berpikir ini akan ditolak karena tidak seorang hakim pun mau menanganinya. Tetapi saya ingin mengajukannya, karena saya ingin menekankan sesuatu."
Posting Facebook-nya juga menarik banyak perhatian, "sebagian positif, tetapi kebanyakan negatif" sebagian menyarankan agar dia "bunuh diri".
Para ibu yang khawatir juga bertanya kepada Samuel, tentang apa yang akan terjadi jika anak-anak mereka melihat posting-nya.
"Sebagian mendebat secara masuk akal, yang lainnya tersinggung, dan sebagian lagi menyerang saya. Bagi orang-orang yang melecehkan saya, biarkan saja mereka melecehkan saya.
"Tetapi saya juga mendengar dari orang-orang yang mengatakan mereka mendukung saya, tetapi tidak bisa mengatakannya secara terbuka karena berbagai alasan. Saya meminta mereka untuk menyatakannya secara terbuka," katanya.
Pengecamnya juga mengatakan bahwa dia melakukan ini untuk mencari perhatian.
"Saya melakukan ini bukan untuk mendapatkan publisitas," katanya, "tetapi saya ingin pemikiran ini diketahui umum. Pemikiran sederhana bahwa tidak masalah untuk tidak memiliki anak."
Ketika ditanya apakah dirinya tidak bahagia karena dilahirkan, ia menjawab, "Saya berharap saya tidak dilahirkan. Tetapi ini bukan karena kehidupan saya tidak bahagia. Kehidupan saya baik, tetapi saya lebih suka tidak ada di sini. Anda tahu, seperti ada kamar yang indah, tetapi saya tidak ingin berada di dalam ruangan itu," dia menjelaskan.
Baca juga: Sulit Dapat Istri di Negeri Sendiri, Terpaksa Cari di Negara Lain