Ngeri dan Menakjubkan, Inilah 10 Temuan Paling Aneh di Bumi
https://www.naviri.org/2019/01/temuan-paling-aneh-di-bumi.html
Naviri Magazine - Meski telah lama tinggal di bumi, pengetahuan manusia mengenai planet ini bisa dibilang masih terbatas. Pasalnya, kita hidup di permukaan bumi, sementara segala hal yang ada di kedalaman bumi masih misteri. Penelitian manusia belum mampu menembus kedalaman bumi yang paling jauh, sehingga segala hal yang ada di sana masih misteri.
Bumi telah ada sekitar 4,5 miliar tahun yang lalu, dan sejak saat itu planet kita telah mengalami beberapa perubahan yang dramatis, seperti pembentukan dan pecahnya superkontinen, penampakan dan lenyapnya lautan, zaman es ekstrem yang hampir menyelimuti seluruh permukaan bumi, dan banyaknya kepunahan massal yang melenyapkan hampir 96% kehidupan pada waktu itu.
Dibandingkan bumi yang lebih muda dan tidak stabil, bumi saat ini tampaknya cukup aman. Tetapi, dunia kita juga merupakan planet yang dinamis. Ada banyak sejarah dan proses yang terus berlangsung di darat, di lautan, dan juga jauh di bawah permukaan yang masih terus ditemukan oleh para ilmuwan.
Berikut adalah 10 temuan paling aneh di bumi selama beberapa tahun terakhir, yang dilansir dari livescience.com.
Benua terbelah
Pada Maret 2018, jurang menganga menguap dan disusul oleh hujan lebat serta aktivitas seismik di Great Rift Valley, Kenya. Dengan keretakan hingga beberapa mil panjangnya, dengan lebar lebih dari 15 meter. Temuan aneh di Bumi ini mewakili pergeseran yang saat ini terjadi, jauh di bawah permukaan bumi, di lempeng kerak di bawah Afrika.
Afrika berada di atas dua lempeng yang sebagian besar berada di Lempeng Nubia, dan sebagian lainya di Afrika Timur, berada di atas Lempeng Somalia. Pergeseran tektonik yang didorong oleh mantel aktif menarik pelat terpisah, sehingga membuka celah di atas permukaan. Namun, dibutuhkan waktu puluhan juta tahun lagi untuk membuat Benua Afrika menjadi dua.
Dasar laut yang tenggelam
Saat Bumi menghangat, gletser mencair dan lapisan es yang menuangkan air ke lautan dapat meningkatkan permukaan air laut di seluruh dunia. Pada saat yang sama, berat semua air tambahan itu dapat mendorong dasar laut.
Para peneliti baru-baru ini menyelidiki bagaimana es meleleh yang mengalir dari daratan mungkin mempengaruhi bentuk dasar lautan, antara tahun 1993 dan akhir tahun 2014.
Mereka menemukan cekungan laut global mengalami cacat rata-rata 0,004 inci per tahun, dengan total deformasi 0,08 unci selama dua dekade. Karena pengukuran satelit dari perubahan permukaan laut tidak memperhitungkan dasar laut yang lebih rendah, temuan ini menunjukkan bahwa data penelitian sebelumnya dapat meremehkan kenaikan permukaan laut sekitar 8 persen.
Misteri mineral
Mineral yang belum pernah terlihat sebelumnya di alam, baru-baru ini muncul dalam berlian kecil yang digali di tambang Cullinan, Afrika Selatan. Meskipun hanya memiliki panjang 3 milimeter, berlian tersebut menyimpan banyak informasi bagi bagi para ahli geologi, tentang mineral langka yang dikenal sebagai kalsium silikat perovskit (CaSiO3).
Meskipun mineral ini langka di permukaan bumi, CaSio3 dianggap umum di bawah tanah, dan mungkin merupakan mineral paling umum keempat di interior bumi. Karena tidak stabil, sangat sulit untuk menemukannya di atas permukaan tanah.
Potongan batu
Perbandingan batu dari dua benua yang jauh mengungkapkan bahwa bagian Amerika Utara yang ada saat ini terjebak di Australia. Batuan sedimen di wilayah Georgetown di Queensland utara tidak seperti batu lain di Australia, tetapi sangat mirip dengan batu yang ditemukan di Kanada saat ini.
Para peneliti mengungkapkan bahwa 1,7 miliar tahun yang lalu, bagian yang disebut Amerika Utara sekarang dipisahkan dan hanyut ke selatan, bertabrakan dengan Australia utara sekitar 100 juta tahun yang lalu.
Kerasnya tabrakan kemungkinan meningkatkan jangkauan gunung di wilayah tersebut. Seperti halnya Himalaya terbentuk sekitar 55 juta tahun yang lalu setelah terjadinya tabrakan Lempeng Asia dan India.
Hujan virus
Temuan aneh di bumi selanjutnya adalah saat miliaran virus mengendarai arus udara di sekitar planet bumi, yang kadang-kadang menempuh hingga ribuan mil jauhnya untuk kemudian menghujani permukaan bumi. Ditularkan angin pada ketinggian 8.200 hingga 9.840 kaki di atas permukaan laut.
Virus menumpang pada semprotan laut dan partikel tanah kecil. Para ilmuwan menemukan bahwa, hanya dalam waktu satu hari, 1 meter persegi tanah dapat dihujani ratusan juta virus dan puluhan juta bakteri.
Setelah menganalisi "jalan raya mikroba" dalam arus udara, para peneliti menemukan bahwa virus mencapai 461 kali lebih banyak daripada bakteri, karena virus yang menempel pada partikel lebih ringan, dan dengan demikian dapat tetap tinggi lebih lama dan bergerak lebih jauh.
Pemakan laut
Pergerakan di antara lempeng tektonik Bumi adalah membajak air dari lautan, dan mendorongnya ke bagian dalam planet. Para peneliti secara diam-diam meneliti gumaman seismik di Palung Mariana, tempat lempeng pasifik meluncur di bawah lempeng Filipina, yang juga disebut zona subduksi.
Kecepatan gemuruh bawah permukaan mengisyaratkan jumlah air yang terbawa dalam perjalanan saat batuan mulai terkikis.
Pengukuran suhu dan tekanan air, bersama kecepatan cegukan seismik, mengungkapkan bahwa zona subduksi kemungkinan menyedot sekitar 3 miliar teragram (teragram adalah satu miliar kilogram) air setiap 1 juta tahun.
Tornado
Tornado telah lama dianggap terbentuk dari atas ke bawah, terbentuk dari arus udara yang berputar-putar selama terjadinya badai yang hebat. Tetapi penelitian baru membalikkan keadaan itu. Peneliti menganggap tornado mendapatkan putarannya dari bawah ke atas.
Para ilmuwan telah menyelidiki empat tornado yang terbentuk dari Badai Supercell, antara tahun 2011 hingga tahun 2013 lalu. Peneliti menemukan bahwa semuanya membentuk corong di tanah, sebelum memanjang ke atas.
Untuk satu tornado, yang melanda El Reno, Oklahoma, pada 24 Mei 2011, pengamat di darat menangkap angin puting beliung yang menyentuh bumi beberapa menit sebelum radar melihat tornado di atas tanah pada ketinggian sekitar 15-30 meter.
Laut magma
Jauh di dalam mantel bumi, terdapat gumpalan misterius yang mungkin sisa-sisa samudera magma kuno, yang berasal dari 4,5 miliar tahun lalu, yang terbentuk setelah tabrakan kosmik yang menciptakan Bulan.
Kolam gumpalan yang dekat dengan inti planet ini disebut zona kecepatan ultra-rendah, karena gelombang seismik yang berjalan melalui interior planet melambat secara signitifkan, ketika mereka melintasi wilayah ini.
Tetapi apa "gumpalan" itu? Eksperimen laboratorium menunjukkan bahwa mereka mungkin terdiri dari mineral kaya besi-oksida yang disebut magnesiowustite, dari lautan magma yang diciptakan setelah benda besar dari ruang angkasa menghantam bumi miliaran tahun lalu.
Suara tanaman
Bisakah Anda mendengar suara tanaman ‘bernafas’? Anda bisa mendengarnya jika mendengarkan ganggang merah dengan hati-hati.
Saat ganggang melakukan fotosintetis, memproses karbon dioksida dan sinar matahari, seperti yang dilakukan tanaman di darat, mereka menghasilkan gelembung-gelembung kecil yang terkumpul di permukaanya. Ketika gelembung terlepas untuk naik ke permukaan air, mereka mengeluarkan suara "ping".
Para ilmuwan pertama kali mendeteksi suara tanaman ini di dekat perairan sekitar terumbu karang dekat Hawaii. Sementara kebisingan awalnya dikaitkan dengan jentikan udang. Para peneliti segera menyadari ada korelasi antara suara dengan keberadaan ganggang.
Biosfer yang dalam
Selama beberapa dekade terakhir, para ilmuwan telah menemukan temuan aneh di bumi dengan komunitas mikroba yang beragam, dan banyak hidup jauh di bawah permukaan bumi di lingkungan yang lebih dikenal dengan sebutan biosfer yang dalam.
Para peneliti baru-baru ini mengungkapkan bahwa wilayah ini bisa menjadi rumah bagi jutaan spesies yang tidak diketahui, dan organisme telah berevolusi di sana sejak bumi masih muda.
Baca juga: Kisah Lahirnya Stainless Steel, Baja Antikarat Pertama di Dunia