Rahasia Senyuman Monalisa yang Misterius Akhirnya Terungkap
https://www.naviri.org/2019/01/rahasia-senyuman-monalisa.html
Naviri Magazine - Senyuman misterius yang ditunjukkan Monalisa dalam lukisan potret terkenal karya Leonardo daVinci, akhirnya terungkap. Para akademisi Jerman merasa yakin mereka telah berhasil memecahkan misteri yang telah berlangsung beberapa abad di balik identitas gadis cantik yang menjadi obyek lukisan terkenal itu.
Lisa Gherardini, istri seorang pengusaha kaya Florence, Francesco del Giocondo, telah lama dipandang sebagai model yang paling mungkin bagi lukisan abad 16 tersebut. Namun demikian, para sejarawan seni sering bertanya-tanya apakah mungkin wanita yang tersenyum itu sebetulnya kekasih daVinci, ibunya, atau artis itu sendiri.
Kini, para pakar di Universitas Heidelberg menyatakan, berdasarkan catatan yang ditulis pemiliknya dalam sebuah buku pada Oktober 1503, diperoleh kepastian bahwa Lisa del Giocondo adalah model yang sesungguhnya dalam lukisan itu, yang merupakan salah satu lukisan potret terkenal di dunia.
"Semua keraguan tentang identitas Monalisa telah pupus, menyusul penemuan oleh Dr. Armin Schlechter," kata seorang pakar naskah kuno itu dalam pernyataannya.
Hingga kini, hanya diperoleh ''bukti kurang meyakinkan'' dari berbagai dokumen abad 16. "Hal ini menciptakan ruang bagi berbagai interpretasi, dan ada banyak identitas berbeda dikemukakan," lanjutnya.
Catatan itu dibuat oleh Agostino Vespucci, seorang pejabat Florence dan sahabat daVinci, dalam koleksi surat tulisan orator Romawi, Cicero. Tulisan dalam catatan itu membandingkan Leonardo dengan artis Yunani kuno, Apelles, dan menyatakan ia sedang menggarap tiga lukisan, salah satunya adalah potret Lisa del Giocondo.
Para pakar seni, yang sudah mengaitkan tahun pembuatan lukisan itu pada zaman abad pertengahan, menyatakan penemuan Heidelberg merupakan terobosan dari penyebutan sebelumnya, yang menghubungkan istri saudagar itu dengan lukisan potret tersebut.
"Tak ada alasan untuk terus meragukan bahwa potret ini adalah wanita yang lain," kata sejarahwan seni Universitas Leipzig, Frank Zoelner.