5 Peradaban Kuno Afrika yang Lebih Maju dari Mesir dan Romawi
https://www.naviri.org/2019/01/peradaban-kuno-afrika.html
Naviri Magazine - Mesir kuno dan Romawi kuno dikenal sebagai dua peradaban yang sangat maju pada zamannya. Mesir mewariskan aneka pengetahuan penting yang tetap dipelajari hingga zaman sekarang, sementara Romawi dikenal sebagai wilayah yang sangat luas karena memiliki banyak wilayah taklukan.
Namun, ternyata, kawasan Afrika di zaman kuno juga memiliki peradaban-peradaban yang sama maju, bahkan dipercaya lebih maju dibanding peradaban Mesir kuno dan Romawi kuno. Berikut ini lima di antaranya.
Kekaisaran Axum
Perdagangan dan militer Kekaisaran Axum merupakan yang terpenting di kawasan yang sekarang bernama Eritrea dan Ethiopia utara, pada tahun 100-940 M.
Pada masa puncak kejayaannya, Kekaisaran Axum pernah menjadi empat negara adidaya bersama Persia, Romawi, dan Cina, pada masanya. Kekaisaran Axum mengendalikan beberapa wilayah Ethiopia Utara, Eritrea, Sudan utara, Mesir selatan, Djibouti, Yaman barat, dan Arab Saudi bagian selatan.
Total luas wilayah Kekaisaran Axum mencapai 1,25 juta km (setara dengan setengah luas negara India). Aktivitas perdagangan Kekaisaran Axum telah sampai jauh ke wilayah timur, yaitu Cina dan India. Kota aksum pernah menjadi kota metropolis yang ramai, pusat budaya dan pusat perekonomian.
Kerajaan Benin
Benin merupakan negara Afrika pra-kolonial, yang berdiri pada 1300 M. Wilayah kerajaan ini terletak di selatan bagian tengah Nigeria yang kita kenal sekarang. Sampai akhir abad ke-19, kekaisaran ini menjadi salah satu kekuatan utama di Afrika Barat.
Menurut salah satu saksi sejarah, bernama Olfert Dapper, dalam satu hari Raja Benin dapat menyiapkan 20.000 orang untuk berperang, bahkan dalam keadaan genting dapat menyiapkan sampai 180.000 orang.
Kerajaan Benin memiliki pengaruh besar di antara bangsa-bangsa yang ada di sekitarnya. Kekuasaanya membentang di kota-kota dan pelosok desa. Tidak ada raja lain di sekitarnya saat itu yang memiliki banyak kota indah seperti milik Raja Benin.
Kerajaan Ghana
Kerajaan ini berpusat di wilayah yang sekarang disebut Senegal dan Mauritania. Pengaruh Kerajaan Ghana mendominasi daerah Afrika Barat dari 750-1078 M. Bangsa-bangsa yang ada wilayah Afrika Utara menyebut kerajaan ini sebagai “Tanah Emas”.
Ghana dapat dikatakan telah memiliki sistem metode administrasi yang rapi dan tertata, kekuatan tentara yang besar, dan terkenal atas monopolinya terhadap tambang emas.
Soninke merupakan raja yang mendirikan Kerajaan Ghana, Meskipun dia tidak pernah sepenuhnya memeluk Islam, hubungan baik dengan pedagang Islam dapat terjaga. Kekayaan Kerajaan Ghana berasal dari tambang emas, dan menjadikan unta sebagai moda pengangkutnya.
Kekaisaran Mali
Setelah jatuhnya Kerajaan Ghana, Kekaisaran Mali mendominasi wilayah Afrika Barat. Terletak di Sungai Niger dan di sebelah barat Ghana (saat ini dikenal dengan Nigeria dan Mali), kekaisaran ini mencapai puncaknya pada 1350-an.
Kekaisaran Mali didirikan oleh Mansa (Raja) Sundiata Keita, dan menjadi terkenal karena kekayaannya, khususnya karena Mansa Musa adalah cucu saudara tiri Sundiata.
Mansa Musa inilah yang berhasil membawa Mali kepada kajayaannya, di mana perdagangan mencapai tiga kali lipat dari masa sebelumnya. Selama pemerintahannya, Mansa Musa telah berhasil memperluas wilayahnya hingga dua kali lipat lebih luas, sehingga kerajaan ini lebih besar daripada kerajaan-kerajaan Eropa pada saat itu.
Kota-kota Mali menjadi pusat perdagangan penting di Afrika Barat, serta terkenal dengan pusat-pusat kekayaan, budaya, dan pendidikan. Timbuktu, sebuah kota penting di Mali, menjadi salah satu pusat budaya yang penting, tidak hanya bagi bangsa Afrika, tetapi dari seluruh dunia.
Peradaban Nok
Sekitar 2.500 tahun yang lalu, diduga hadir sebuah peradaban yang disebut Nok. Peradaban Nok pernah tumbuh dan berkembang di wilayah Nigeria, namun sayangnya tidak dapat bertahan hingga saat ini, dan hilang ditelah waktu.
Bukti kehadiran peradaban Nok adalah ditemukannya sebuah artefak berupa patung tanah liat, pada tahun 1928. Peradaban Nok diyakini tidak memiliki sistem penulisan, namun telah memiliki sistem sosial yang maju, serta menjadi pelopor pembuat patung tanah liat dengan ukuran besar di wilayah Sub-Sahara pada masanya.
Beberapa teori menyebutkan, penyebab hancurnya peradaban ini adalah eksploitasi sumber daya alam berlebihan, yang mengakibatkan turunnya jumlah populasi. Meskipun diyakini sebagai salah satu peradaban paling tua di Afrika, bukti keberadaan mereka sangat sedikit, dan karenanya sulit untuk diteliti.
Para arkeolog modern percaya, kebudayaan Nok memiliki peran penting dalam pengembangan budaya lain di sekitarnya, seperti Yoruba dan Benin. Bangsa Nok tampaknya memiliki pengetahuan dan jiwa seni yang tinggi, terlihat dari bukti peninggalan sejarah berupa patung-patung terakota di sekitar situs pemukiman kuno.
Baca juga: Asal Usul Lahirnya Peradaban Dalam Kehidupan Manusia