Misteri Penemuan Palu Berusia 110 Juta Tahun yang Membingungkan
https://www.naviri.org/2019/01/palu-berusia-110-juta-tahun.html
Naviri Magazine - Palu mungkin bisa disebut alat yang primitif, karena nyatanya telah dikenal sejak ratusan tahun yang lalu. Tapi bagaimana jika kita menemukan palu, dan diketahui telah berusia jutaan tahun? Kenyataan aneh itulah yang terjadi di Texas, AS, dan membingungkan para ilmuwan sedunia.
Pada Juni 1936, Max Hahn dan istrinya, Emma, sedang berjalan di tepi sungai Red Creek, dekat rumah mereka di London. London yang dimaksud di sini adalah sebuah wilayah di Texas, Amerika Serikat—bukan London di Inggris. Tanpa sengaja, mereka melihat sebuah batu mineral dengan sepotong kayu mencuat keluar darinya. Karena tertarik, mereka memutuskan untuk membawanya pulang.
Kemudian, sekitar tahun 1946, karena rasa ingin tahu, putra mereka yang bernama George memecahkan batu itu, dan menemukan sesuatu yang luar biasa. Di dalam batu yang terbelah tersebut, ada sebuah palu dengan kepala besi yang tertanam dengan rapi. Potongan kayu yang dilihat oleh Max Hahn dan istrinya 10 tahun sebelumnya, ternyata pegangan palu yang terbuat dari kayu.
Sebenarnya, dalam kondisi yang umum, penemuan palu ini tidak terlalu aneh. Namun, yang menyebabkannya misterius, adalah umur batu tempat palu tersebut ditemukan.
Karakteristik geologis Red Creek, tempat ditemukannya batu itu, berasal dari formasi pasir Hensel dari masa Lower Cretaceous. Formasi ini diperkirakan terbentuk sekitar 110-115 juta tahun.
Bagaimana sebuah palu yang relatif modern, bisa tertanam dengan rapi di sebuah batu berumur 110 juta tahun?
Inilah yang disebut Ooparts. Salah tempat dan salah waktu. Palu misterius itu kemudian dikenal dengan nama London Hammer.
London Hammer kemudian dibeli oleh seorang ilmuwan bernama Carl Baugh. Mengenai palu ini, Carl berkata, “Jika artefak tersebut benar-benar berasal dari masa Cretaceous, bagaimana teori evolusi menjawabnya? Menurut teori evolusi, manusia belum menempati bumi ini pada 100 juta tahun yang lalu. Jika artefak tersebut adalah artefak modern, maka itu berarti batu tempat palu tersebut berumur relatif baru. Sekali lagi, bagaimana teori evolusi menjawabnya?”
Sejak lama, sebagian ilmuwan telah menentang metode penentuan umur objek purba yang dilakukan oleh para evolusionis, seperti metode carbon 14 yang belakangan diketahui ternyata tidak akurat, apabila digunakan untuk mengukur objek dengan usia tertentu.
Jika metode-metode ini terbukti tidak akurat, maka jelas fondasi teori evolusi akan runtuh berantakan.
Argumen para kreationis segera mendapat sanggahan dari para evolusionis. Menurut mereka, mineral yang terdapat pada lapisan tanah purba dapat menyelimuti sebuah objek baru yang menyentuhnya hingga mengeras.
Jadi, bisa saja palu tersebut dijatuhkan oleh seorang tukang kayu sekian tahun yang lalu, dan kemudian terbungkus oleh lapisan tanah mineral yang kemudian membatu di Red Creek.
Baca juga: Misteri Antikythera, Alat Super Canggih dari Zaman Purba