Misteri Monster Duyung yang Tersimpan di Kuil Jepang
https://www.naviri.org/2019/01/misteri-monster-duyung.html
Naviri Magazine - Ada banyak kisah duyung dari Jepang, namun kisah yang satu ini berbasis pada cerita kuno, 1.400 tahun lalu. Satu kisah yang berasal dari kepercayaan Shinto di Kota Fujinomiya, dekat kaki Gunung Fuji, Jepang.
Di salah satu Kuil Shinto di Fujinomiya, tersimpan sebuah mumi duyung setinggi 170 cm, berusia 1.400 tahun. Ini merupakan salah satu mumi duyung tertua dan terbesar yang kini masih tersimpan di Jepang.
Dari bentuknya, mumi duyung itu berpenampilan menyeramkan, berkepala besar, bundar, dan botak, hanya sejumput rambut yang tumbuh di depan kepala sampai ke hidungnya. Mata dan mulutnya tampak terbuka. Ia memiliki sepasang tangan, dengan kuku yang tajam (20 cm).
Setengah tubuh bagian atas menyerupai manusia, dan setengah bagian bawah menyerupai ekor ikan. Namun, struktur tulangnya tidak diketahui pasti bagaimana bentuknya, karena belum pernah diteliti.
Legenda mengenai duyung monster ini muncul pada masa Putra Mahkota Jepang Shotoku (Shotoku Taishi), di tahun 574-622 Masehi. Saat itu, Shotoku berjalan melintas tepian Danau Biwa.
Saat ia menyepi, tiba-tiba muncul sesosok monster dari dalam danau yang berseru pada Shotoku, bahwa ia adalah nelayan yang dikutuk menjadi monster duyung bertubuh setengah orang setengah ikan, karena perbuatan di masa lalunya yang sering membunuh hewan untuk disantap.
Ia mengaku baru memahami kekeliruannya, dan berharap agar ia menjadi peringatan bagi seluruh manusia agar tidak melakukan pembunuhan terhadap satwa. Pesan ini disampaikan untuk dunia di masa depan. Karena itu, monster tersebut minta agar ia (setelah mati nanti) dikeringkan, dan ditempatkan di sebuah kuil sebagai peringatan bagi umat manusia.
Setelah menyampaikan pesan-pesan itu, monster duyung tersebut mati. Shotoku kemudian merenungkan ucapannya, dan mengeringkan duyung tersebut menjadi mumi. Sesuai permintaan sang duyung, putra mahkota mendirikan sebuah kuil untuk mumi sang duyung.
Selama 1.400 tahun, mumi ini berpindah-pindah tangan, sampai akhirnya ditempatkan di Kuil Shinto di Fujinomiya, hingga kini. Keberadaan mumi ini dihubungkan dengan kepercayaan yang berpantang membunuh satwa, alias hidup ala vegetarian.
Baca juga: Bahaya Mengerikan Pemanasan Global dan Ancaman Kiamat Bumi