Kisah Jengis Khan, Penguasa Mongol Paling Legendaris Sepanjang Masa
https://www.naviri.org/2019/01/kisah-jengis-khan-penguasa-mongol.html
Naviri Magazine - Jengis Khan, penakluk Mongol terbesar, dilahirkan kira-kira tahun 1162. Ayahnya seorang kepala suku kecil, menamai anaknya Temujin, sesudah dia mengalahkan kepala suku lain. Tatkala Temujin berumur sembilan tahun, ayahnya terbunuh oleh suku lawannya, dan sesudah itu anggota familinya yang kebetulan masih hidup berada dalam cengkeraman ketakutan dan keterasingan.
Itu betul-betul suatu permulaan dari kehidupan yang getir bagi Temujin. Tatkala menginjak usia remaja, dia tertawan dalam suatu pertempuran melawan suku lawannya.
Untuk mencegah dia lolos, sebuah gelang bambu digantungkan di batang lehernya. Dari keadaan yang tampaknya tak ada jalan lolos itu, bersama tahanan kelompok buta huruf yang primitif dari negeri yang kering kerontang, Temujin mampu bangkit menjadi manusia terkuat di dunia.
Kebangkitannya bermula dari usahanya meloloskan diri dari tahanan. Kemudian dia bergabung dengan Toghril, teman akrab mendiang ayahnya, seorang kepala suku yang punya kaitan dan hubungan di daerah itu. Di tahun-tahun berikutnya, yang penuh baku hantam antar suku, Temujin setapak demi setapak berjuang keras mencapai puncak.
Suku-suku Mongol lama terkenal sebagai penunggang-penunggang kuda yang mahir, dan pendekar-pendekar yang keras tak kenal ampun. Sepanjang sejarah, mereka tak henti-hentinya menggempur Cina bagian utara. Tetapi, sebelum Temujin muncul, antar suku Mongol suka berhantam sesamanya, menyia-nyiakan energi.
Dengan kelihaian menggabungkan sikap keberanian, diplomasi, kekerasan, dan kesanggupan mengorganisir, Temujin berhasil menyatukan semua suku di bawah kepemimpinannya. Pada tahun 1206, sebuah permusyawaratan besar antar suku-suku Mongol memberi julukan untuk Temujin, "Jengis Khan", yang berarti "Kaisar semesta".
Kekuatan militer Jengis Khan yang menakutkan, yang digalangnya, menujukan ujung tombak ke negeri-negeri yang berdampingan. Mula-mula dia melabrak Hsi Hsia di timur laut Cina dan Kekaisaran Chin di utara Cina.
Tatkala pertempuran berlangsung, percekcokan timbul antara Jengis Khan dan Khwarezm Shah yang memerintah kerajaan lumayan besar di Persia dan Asia Tengah. Pada tahun 1219, Jengis Khan menggerakkan pasukannya melabrak Khwarezm Shah. Asia Tengah dan Persia diambil alih, dan kerajaan Khwarezm Shah dihancurkan.
Bersamaan dengan itu, sebagian pasukan Mongol menyerang Rusia. Sementara Jengis Khan memimpin tentara menyerbu Afganistan dan India bagian utara. Dia kembali ke Mongolia tahun 1225, dan wafat di sana tahun 1227.
Sesaat sebelum Jengis Khan menghembuskan napas terakhir, dia minta agar putra ketiganya, Ogadai, ditetapkan jadi penggantinya. Ini merupakan pilihan bijaksana, karena Ogadai menjadi jenderal brilian atas hasil usahanya sendiri.
Di bawah kepemimpinannya, pasukan Mongol meneruskan penyerbuan di Cina, sepenuhnya menguasai Rusia, dan menyerbu Eropa. Pada tahun 1241, gabungan tentara Polandia, Jerman, dan Hongaria, sepenuhnya dipukul oleh orang-orang Mongol yang maju pesat menuju Budapest. Tetapi, tahun itu Ogadai meninggal dunia, dan pasukan Mongol mundur dari Eropa, dan tak pernah kembali.
Ada masa lowong tatkala para kepala suku Mongol saling adu alasan mengenai pengganti pimpinan. Tetapi, sementara itu, di bawah dua Khan berikutnya (Mangu Khan dan Kublai Khan, keduanya cucu Jengis Khan) orang-orang Mongol meneruskan maju mendesak Asia.
Tahun 1279, orang-orang Mongol sudah menguasai imperium terluas dalam sejarah. Penguasaan daerahnya meliputi Cina, Rusia, Asia Tengah, juga Persia dan Asia Tenggara. Tentaranya melakukan gerakan maju yang penuh keberhasilan, menambah daerah yang membentang dari Polandia hingga belahan utara India, dan kekuasaan Kublai Khan diakhiri di Korea, Tibet, dan beberapa bagian Asia Tenggara.
Imperium yang begitu luas daerahnya, dengan sendirinya sukar diatasi lewat sistem transportasi yang masih primitif. Akibatnya, musykil memelihara keutuhan daerah kekuasaan, sehingga akhirnya imperium itu terpecah belah.
Tetapi, kekuasaan Mongol masih mampu bertahan bertahun-tahun. Orang Mongol baru terhalau dari sebagian besar Cina pada tahun 1368. Bahkan, kekuasaan mereka atas daerah Rusia berlangsung lebih lama.
"Pengelana Emas," begitulah julukan yang diberikan kepada kerajaan cucu Jengis Khan, bernama Batu, yang didirikan di Rusia hingga abad ke-16, dan Khamate dari Crimea bertahan hingga tahun 1783.
Cicit-cicit lain Jengis Khan mendirikan dinasti-dinasti yang menguasai Asia Tengah dan Persia. Kedua daerah ini ditundukkan di abad ke-14 oleh Timurleng (Tamerlane), juga berdarah Mongol dan mengklaim diri keturunan Jengis Khan. Dinasti Tamerlane berakhir pada abad ke-15.
Tetapi, meski berakhir, bukan berarti penaklukkan-penaklukkan dan penguasaan Mongol sudah berhenti. Cicit Tamerlane, bernama Baber, menyerbu dan menduduki India dan mendirikan dinasti Mogul (Mongol). Penguasa-penguasa Mogul, yang menguasai hampir seluruh India tetap menggenggam tampuk kekuasaan, hingga pertengahan abad ke-18.
Baca juga: Misteri Gajah Mada, Patih Majapahit yang Hilang Misterius