Memahami Misteri di Balik Ilmu Leak yang Populer di Bali
https://www.naviri.org/2019/01/ilmu-leak.html
Naviri Magazine - Pada zaman sekarang, orang bertanya-tanya apa betul leak itu ada? Apa betul leak itu menyakiti? Secara umum, leak tidak menyakiti. Leak adalah proses ilmu yang cukup bagus bagi yang berminat. Karena ilmu leak juga mempunyai etika tersendiri.
Tidak gampang mempelajari ilmu leak. Dibutuhkan kemampuan yang prima untuk mempelajari ilmu leak. Di masyarakat, sering kali leak dicap menyakiti bahkan bisa membunuh manusia, padahal tidak seperti itu. Ilmu leak juga sama dengan ilmu yang lainnya, yang terdapat dalam lontar-lontar kuno Bali.
Dulu, ilmu leak tidak sembarang orang mempelajari, karena merupakan ilmu yang cukup rahasia sebagai pertahanan serangan dari musuh. Orang Bali Kuno yang mempelajari ilmu ini adalah para petinggi raja, disertai bawahannya.
Tujuannya sebagai ilmu pertahanan dari musuh, terutama serangan dari luar. Orang-orang yang mempelajari ilmu ini memilih tempat yang cukup rahasia, karena ilmu leak memang rahasia. Jadi tidak sembarangan orang yang mempelajari.
Namun, zaman telah berubah, dan otomatis ilmu ini juga mengalami perubahan sesuai dengan zamannya. Namun esensinya sama dalam penerapan. Yang jelas, ilmu leak tidak menyakiti.
Yang menyakiti itu ilmu teluh atau nerangjana, inilah ilmu yang bersifat negatif, khusus untuk menyakiti orang, karena beberapa hal seperti balas dendam, iri hati, ingin lebih unggul, dan ilmu ini disebut pengiwa. Ilmu pengiwa inilah yang banyak berkembang di kalangan masyarakat, yang seringkali dicap sebagai ilmu leak.
Seperti yang dikatakan di atas, leak memang ada sesuai dengan tingkatan ilmunya, termasuk dengan endih leak. Endih leak biasanya muncul pada saat mereka latihan atau lbercengkrama dengan leak lainnya, baik sejenis maupun lawan jenis.
Munculnya endih pada saat malam hari, khususnya tengah malam. Harinya pun hari tertentu, tidak sembarangan orang menjalankan untuk melakukan ilmu tersebut.
Mengapa di tempat angker? Ini sesuai dengan ilmu leak, dimana orang yang mempelajari ilmu ini harus di tempat yang sepi, biasanya di kuburan atau di tempat sepi. Endih bisa berupa fisik atau jnananya (rohnya) sendiri, karena ilmu ini tidak bisa disamaratakan bagi yang mempelajarinya.
Untuk yang baru belajar, endih adalah lidahnya sendiri, dengan menggunakan mantra atau sarana. Dalam menjalankan ilmu ini, dibutuhkan sedikit upacara. Sedangkan yang melalui jnananya (rohnya), pelaku menggunakan sukma atau intisari jiwa ilmu leak. Sehingga kelihatan seperti endih leak, padahal ia diam di rumahnya. Yang berjalan hanya jiwa atau sukma.
Bentuk endih leak beraneka ragam, sesuai tingkatannya. Ada seperti bola, kurungan ayam, tergantung pakem (etika yang dipakai). Ilmu ini juga memegang etika yang harus dipatuhi oleh penganutnya.
Endih leak tidak sama dengan sinar penerangan lainnya. Endih leak biasanya tergantung dari yang melihat. Kalau yang pernah melihatnya, endih berjalan sesuai arah mata angin, kelap-kelip, tidak seperti penerangan lainnya yang hanya diam.
Warnanya pun berbeda. Endih leak lebih dari satu warna, dan endih itu berjalan, sedangkan penerangan biasanya satu warna dan diam. Karena endih leak memiliki sifat gelombang elektromagnetik, dan mempunyai daya magnet.
Ilmu leak tidak menyakiti. Orang yang kebetulan melihatnya tidak perlu waswas. Bersikap sewajarnya saja. Kalau takut melihat, ucapkanlah nama nama Tuhan. Endih juga tidak menyebabkan panas. Dan endih tidak bisa dipakai untuk memasak karena sifatnya beda. Endih leak bersifat niskala, tidak bisa dijamah.
Leak di kuburan
Pada dasarnya, ilmu leak adalah ilmu kerohanian yang bertujuan mencari pencerahan lewat aksara suci. Dalam aksara Bali tidak ada yang disebut leak. Yang ada adalah “liya, ak”, yang berarti lima aksara (memasukkan dan mengeluarkan kekuatan aksara dalam tubuh melalui tata cara tertentu).
Lima aksara tersebut adalah Si, Wa, Ya, Na, Ma. Si mencerminkan Tuhan, Wa adalah anugerah, Ya adalah jiwa, Na adalah kekuatan yang menutupi kecerdasan, dan Ma adalah egoisme yang membelenggu jiwa.
Kekuatan aksara ini disebut pancagni (lima api). Manusia yang mempelajari kerohanian apa saja, apabila mencapai puncaknya pasti akan mengeluarkan cahaya (aura). Cahaya ini keluar melalui lima pintu indra tubuh, yakni telinga, mata, mulut, ubun-ubun, serta kemaluan.
Pada umumnya, cahaya itu keluar lewat mata dan mulut. Sehingga apabila kita melihat orang di kuburan atau tempat sepi, api seolah-olah membakar rambut orang tersebut.
Pada prinsipnya, ilmu leak tidak mempelajari cara menyakiti seseorang. Yang dipelajari adalah bagaimana mendapatkan sensasi ketika bermeditasi dalam perenungan aksara tersebut.
Ketika sensasi itu datang, orang itu bisa jalan-jalan keluar tubuhnya melalui ngelekas atau ngerogo sukmo. Ngelekas artinya kontaksi batin agar badan astral bisa keluar. Ini pula alasannya orang ngeleak. Apabila sedang mempersiapkan puja batinnya, disebut angeregep pengelekasan. Sampai di sini, roh bisa jalan-jalan dalam bentuk cahaya, yang umum disebut endih.
Bola cahaya melesat dengan cepat. Endih adalah bagian dari badan astral manusia (badan ini tidak dibatasi oleh ruang dan waktu). Di sini, pelaku bisa menikmati keindahan malam dalam dimensi batin yang lain.
Jangan salah, dalam dunia leak ada kode etiknya. Sebab tidak semua orang bisa melihat endih. Juga tidak sembarangan berani keluar dari tubuh kasar kalau tidak ada kepentingan mendesak.
Peraturan yang lain juga ada, seperti tidak boleh masuk atau dekat dengan orang mati. Orang ngeleak hanya shoping-nya di kuburan (pemuwunan). Apabila ada mayat baru, anggota leak wajib datang ke kuburan untuk memberikan doa, agar rohnya mendapat tempat yang baik sesuai karmanya. Sambil membawa kelapa gading untuk dipercikkan sebagai tirta.
Kenapa harus di kuburan? Paham leak adalah, apa pun status diri menjadi manusia, orang sakti, sarjana, kaya, miskin, akan berakhir di kuburan.
Tradisi sebagian orang di India tidak ada tempat tersuci selain di kuburan. Kenapa demikian? Di tempat inilah para roh berkumpul dalam pergolakan spirit.
Di Bali, kuburan dikatakan keramat, karena sering muncul hal-hal yang menyeramkan. Ini disebabkan karena kita jarang membuka lontar tatwaning ulun setra. Sehingga kita tidak tahu sebenarnya kuburan adalah tempat yang paling baik untuk bermeditasi dan memberikan berkat doa.
Sang Buda Kecapi, Mpu Kuturan, Gajah Mada, Diah Nateng Dirah, Mpu Bradah, semua mendapat pencerahan di kuburan. Di Jawa, tradisi ini disebut tirakat.
Leak juga mempunyai keterbatasan, tergantung tingkatan rohani yang dipelajari. Ada tujuh tingkatan leak, yaitu leak barak (brahma): Leak ini baru bisa mengeluarkan cahaya merah api. Lalu leak bulan, leak pemamoran, leak bunga, leak sari, leak cemeng rangdu, leak siwa klakah. Leak siwa klakah inilah yang tertinggi. Sebab dari ketujuh cakranya mengeluarkan cahaya yang sesuai kehendak batinnya.
Setiap tingkat mempunyai kekuatan tertentu. Di sinilah penganut leak sering kecele, ketika emosinya labil. Ilmu tersebut bisa membabi buta atau jadi bumerang bagi dirinya sendiri. Hal inilah yang membuat rusaknya nama perguruan.
Sama halnya seperti pistol, salah pakai bisa berbahaya. Makanya, kestabilan emosi sangat penting, dan di sini sang guru sangat ketat dalam memberikan pelajaran. Selama ini leak dijadikan kambing hitam sebagai biang ketakutan serta sumber penyakit, atau aji ugig bagi sebagian orang.
Padahal ada aliran yang memang spesial mempelajari ilmu hitam, disebut penestian. Ilmu ini memang dirancang bagaimana membikin celaka, sakit, dengan kekuatan batin hitam. Ada pun caranya dengan memancing kesalahan orang lain, sehingga emosi. Setelah emosi, barulah dia bereaksi.
Emosi dijadikan pukulan balik bagi penestian. Ajaran penestian menggunakan ajian-ajian tertentu, seperti aji gni salembang, aji dungkul, aji sirep, aji penangkeb, aji pengenduh, dan aji teluh teranjana. Ini disebut pengiwa (tangan kiri). Kenapa tangan kiri, sebab setiap menarik kekuatan selalu memasukkan energi dari belahan badan kiri.
Pengiwa banyak menggunakan rajah (tulisan mistik). Juga pintar membuat sakit dari jarak jauh, dan dijamin tidak bisa dironsen di lab. Yang paling canggih adalah cetik (racun mistik). Aliran ini bertentangan dengan pengeleakan.
Baca juga: Misteri Shroud Of Turin, Kain Kafan yang Membingungkan Dunia