Gara-gara Malu Bertanya, Remaja Ini Tersesat Sampai 10 Hari
https://www.naviri.org/2019/01/gara-gara-malu-bertanya.html
Naviri Magazine - Sebagian orang punya daya ingat yang kuat dalam hal lingkungan dan arah jalan. Mereka biasanya bisa langsung hafal arah jalan, saat memasuki suatu lokasi baru. Sebaiknya, ada sebagian lain yang memiliki daya ingat lemah, khususnya dalam hal sama. Ketika berada di suatu lokasi baru, mereka kerap kebingungan, dan harus tanya-tanya orang lain untuk menemukan arah yang tepat.
Karena itulah, muncul peribahasa terkenal, “Malu bertanya, sesat di jalan.” Sayangnya, kenyataan itu pula yang dialami oleh Zhang Daming, seorang remaja 18 tahun asal Malaysia, yang terpaksa menggelandang selama berhari-hari di Singapura, karena malu bertanya saat tersesat.
Awalnya, Zhang berniat tinggal di Singapura, untuk mencari pekerjaan dan menumpang di apartemen temannya yang sudah lebih dahulu merantau ke Kota Singa. Suatu hari, sebelum berangkat kerja, teman Zhang memberikan uang 50 SGD kepada Zhang, yang saat itu hanya memiliki ringgit Malaysia saja.
Zhang lalu menggunakan uang tersebut untuk mencari makan siang di dekat apartemen. Namun, setelah makan, ia baru menyadari bahwa ia tersesat, dan lupa bagaimana caranya kembali ke apartemen temannya.
"Saya berjalan ke restoran terdekat untuk makan siang, tapi tidak dapat menemukan jalan kembali ke apartemen teman saya. Saya bingung, semua gedung terlihat sama bagi saya, dan saya tidak mengenali jalan kembali," ucap Zhang dilansir Sinchew News.
Parahnya, Zhang lupa membawa handphone, paspor, dan uang ringgitnya, karena merasa akan segera kembali setelah makan. Sehingga, ia tidak memiliki pilihan lain selain meminjam telepon kepada orang lain atau bertanya jalan.
"Tapi saya sangat pemalu. Saya tidak tahu orang Singapura itu seperti apa, jadi saya tidak berani minta bantuan atau meminjam telepon pada mereka. Saya juga tidak menemukan pos polisi di sekitar situ," bebernya.
Alih-alih mencari bantuan, Zhang justru menghabiskan 10 hari berikutnya dengan menggelandang di Singapura. Setiap hari, ia terpaksa tidur di jalan dan menggunakan kamar kecil di mal atau restoran, serta menggunakan sisa uang pemberian temannya untuk makan.
"Dua puluh empat jam pertama, saya tidak berani tidur. Saya berjalan dari pagi hingga subuh. Tapi segalanya menjadi lebih buruk setelah sepekan, dan uang saya habis. Saya lalu menghabiskan hari berikutnya dengan mengemis," ucap remaja itu.
Ia terpaksa mengemis karena kelaparan dan dehidrasi. Namun, ia masih juga belum berani bertanya kepada orang soal jalan menuju ke apartemen temannya. Zhang bahkan hanya berani mengemis pada segelintir orang saja, karena terlalu malu.
"Saya tidak berani bertanya kepada semua orang. Saya hanya bertanya kepada enam atau tujuh orang dalam dua hari itu. Beberapa orang yang baik hati memberikan saya satu atau dua dolar," kenang Zhang.
Beruntung, setelah sepuluh hari menggelandang, seorang penduduk setempat mengenali wajah Zhang dari pengumuman orang hilang yang dipasang. Rupanya, teman sekamar Zhang langsung melaporkan kehilangan, karena Zhang tak kunjung pulang di hari pertama ia pergi.
Zhang ditemukan di sebuah taman bermain, sekitar enam kilometer dari apartemen temannya. Setelah ditemukan, beberapa hari kemudian Zhang pun memutuskan kembali ke Kuala Lumpur menggunakan bus, dan mengaku tidak mau kembali ke Singapura karena takut tersesat lagi.
Baca juga: Menjual Ginjal Demi Bisa Beli iPhone, Akibatnya Malah Begini