Legenda Dewi Ma Zu, Sosok Pelindung Para Pelaut (Bagian 3)
https://www.naviri.org/2019/01/dewi-ma-zu-part-3.html
Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Legenda Dewi Ma Zu, Sosok Pelindung Para Pelaut - Bagian 2). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.
Usai memanjatkan doa, tiba-tiba langit di sekitar kediaman keluarga Lin di Pulau Mei Zhou dikelilingi selubung awan putih. Pendar sinar warna-warni yang indah terlihat di atas langit. Banyak orang menyaksikan sinar terang, dan sosok Dewi Kuan Im berada di atas sebuah awan yang paling terang.
Lalu, tiba-tiba Lin Mo Niang menatap ke atas, dan melompat ke awan. Awan tiba-tiba menutup, dan terang cahaya semakin memudar. Akhirnya, awan membumbung terbang jauh, seiring sinar yang menghilang lenyap… langit pun kembali normal. Lin Mo Niang pun lenyap bersama awan.
Klenteng Dewi Ma Zu
Lin Mo Niang tetap dikenang sampai seribuan tahun. Perempuan yang sudah dianggap sebagai Dewi Ma Zu itu hingga kini tetap dipuja sebagai "Bunda Pelindung" dan "Bunda Penolong" bagi sebagian besar orang Tiongkok.
Setelah "kepergiannya" yang gaib, di Pulau Mei Zhou (Matsu), sebuah klenteng dibangun untuk memujanya. Klenteng itu dikenal sebagai Tian Hou Gong (Istana sang Dewi).
Kini, diperkirakan sekitar 5.000-an unit klenteng Ma Zu di dua puluh negara di dunia sudah didirikan. Seluruh klenteng itu dibangun untuk memuja Dewi Ma Zu oleh sekitar 200 juta jiwa orang yang mempercayainya.
Setiap tahun, lebih dari sejuta orang memenuhi klenteng untuk sembahyang dan meminta berkat pada Dewi Ma Zu. Karena orang Tiongkok percaya bahwa Dewi Ma Zu bisa melindungi dan mengabulkan segala permohonan mereka. Bahkan kaum pelaut di wilayah pantai dan perairan Timur RRC (termasuk Taiwan) memuja Dewi Ma Zu sebagai Dewi Pelindung Laut. Dewi yang melindungi mereka saat melaut.
Dua tahun sekali, persisnya pada tanggal 23 bulan 3 dalam penanggalan lunar (kalender China/Imlek) dan tanggal 9 bulan 9, pemuja Dewi Ma Zu berkumpul dan melakukan sembahyang di klenteng Dewi Ma Zu untuk menghormatinya. Tanggal 23 bulan 3 adalah peringatan ulang tahunnya, dan tanggal 9 bulan 9 adalah peringatan wafatnya.
Hingga kini, Klenteng Ma Zu di Pulau Mei Zhou sebagai klenteng pertama bagi Lin Mo Niang, tetap dipenuhi orang. Bahkan menjadi salah satu daerah tujuan wisata di Selat Taiwan, Laut China Timur.
Klenteng itu dibangun pada masa Dinasti Song sekitar tahun 987 M, di puncak sebuah bukit. Ditandai dengan patung Dewi Ma Zu setinggi 14,35 meter. Inilah yang menjadi lambang kebanggaan dan ciri khas budaya penduduk Pulau Mei Zhou.
Sejak tahun 1998, pemerintah Pulau Mei Zhou juga telah membangun sebuah istana Dewi Ma Zu di dekat klenteng tuanya. Bangunan istana ini didirikan sepanjang 323 meter, dengan lebar bangunan 99 meter. Arsitekturnya ditata seindah mungkin, mengikuti garis kontur perbukitan di pulau tersebut.
Istana Dewi Ma Zu sangat megah. Mengimbangi kemegahan Potala Palace tempat Dalai Lama Tibet di Lhasa. Bangunan istana untuk menghormati Dewi Ma Zu selesai dikerjakan pada 2002. Kini menjadi satu obyek wisata yang tersohor.
Sementara di Indonesia, khususnya di Medan, terdapat juga klenteng Dewi Ma Zu (Dewi Macho) di kawasan Jalan Pandu Medan. Selain itu juga tersebar di tepi pantai timur Sumatera dan daerah lainnya.
Kepercayaan kepada Dewi Ma Zu
Dewi Ma Zu sangat diagungkan di Taiwan. Hampir seluruh warga Taiwan selalu memuja dan menghormati Dewi Ma Zu. Bukan hanya rakyat biasa, para pejabat tinggi pemerintahan juga senantiasa memohon restu padanya.
Bahkan Presiden Taiwan sendiri, Chen Shui-bian, juga kerap mengunjungi klenteng Dewi Ma Zu untuk meminta restu dan perlindungan dari sang dewi, agar ia senantiasa dicintai rakyatnya. Pada saat menjelang Pemilu di Taiwan, banyak kandidat dan tokoh politik yang juga melakukan sembahyang di klenteng Dewi Ma Zu.
Sementara kisah-kisah rakyat dan para pelaut menyebutkan bahwa penampakan Dewi Ma Zu sering terlihat. Umumnya saat ombak laut sedang mengganas atau badai mendera. Dewi Ma Zu disebutkan hadir untuk menolong para pelaut yang mempercayainya.
Konon kehadiran Dewi Ma Zu ditandai dengan sinar merah terang. Mungkin karena sejumlah saksi mata yang pernah terselamatkan dari amuk lautan mengatakan bahwa Dewi Ma Zu senantiasa menggunakan pakaian merah sambil memegang lampion terang benderang yang juga berwarna merah. Dengan panduan lampion tersebut, Dewi Ma Zu membimbing pelaut dan nelayan meniti gelombang menuju tempat yang aman.
Karena itulah, Dewi Ma Zu begitu populer di kalangan masyarakat nelayan dan desa-desa tepi laut. Bahkan sejak dulu para pelaut Tiongkok selalu sembahyang kepada Dewi Ma Zu agar diberi keselamatan dalam pelayaran. Mereka juga memasang patung Dewi Ma Zu di kapalnya.
Walau dikenal sebagai Dewi Pelindung Laut, Dewi Ma Zu dipuja bukan hanya oleh kalangan nelayan dan pelaut semata. Ia juga dipercaya dapat memberikan berkat untuk menyembuhkan penyakit, menepis bencana dan malapetaka, memberi kesuburan, sampai memberi perlindungan dan keselamatan.
Baca juga: Legenda Simardan, Anak Durhaka yang Berubah Wujud Menjadi Pulau